Butalah, tulilah, pandirlah kita jika terlintas pikiran seperti ini?. Pertanyaan yang pantas diajukan kepada diri kita, sebagai hamba, adalah "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?". (QS. Ar Rahmaan : 13)
Atau jika ingin berhitung,...berhitunglah tentang amal-amal kita, "Hasibu qabla an tuhasabu", kata 'Umar Ibn al-Khath-thab, "Hitung-hitunglah sendiri sebelum kamu dihitung-hitung". Lebih beratkah timbangan amal kebaikan kita dibanding dengan dosa maksiat?, atau malah sebaliknya?...Naudzubillahimindzalik!.
Jika tidak bisa kita menghitung dan mengira-ngira timbangan amal dan dosa kita, apalah lagi menghitung nikmat-Nya?.
"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya". ( QS. Ibrahim : 34 )
Siapakah yang memerintah jantungmu
hingga berdenyut,
atau tiba-tiba membeku
di suatu sore yang kelabu?
Siapakah yang sampai hari ini
tak membiarkan darahmu berhenti
atau mripatmu kelam dan telingamu tuli?
Siapakah yang menghembuskan nafasmu
memberi gerak bagi persendianmu
untuk memungkinkanmu menapaki waktu?
Siapakah yang menidurkanmu di malam sunyi
sementara tak meneruskannya ke kekekalan abadi
melainkan dibangunkannya engkau di fajar hari
dan menyodorkan di hadapanmu
rejeki yang tiada kunjung selesai?
- emha ainun nadjib
“Tidak seorang pun dapat menghitung nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya sehingga jika air laut dijadikan tinta untuk menulis dan menghitungnya maka tidak akan pernah sanggup menghitung nikmat-Nya yang Maha Besar”.
1 comment :
jazzakallah taushiyahnya ya pak.
Pesan dari Cak Nun itu indah sekali. dari mana Pak Erwin membacanya?
Ternyata senang mendengar taushiyah dari ustadz Aam ya?:)
bgmn Naya&Lila? sudah sehat? Ayah jgn sakit...lebih kasihan lagi Naya, Lila dan Bunda kalau ayah sakit, ya:)
Post a Comment