Monday, November 10, 2008

Khairan Abdillah Ammaar

(Saat kelahiran anak ke-3 kami, 19 Februari 2008, jam 03.00 wib)

...dan kaupun ada
Dia, Illah yang Esa, sekali lagi menyelimuti kami dengan Rahmat-Nya
Indah, Agung, Lembut….
Menghangatkan hati pada dingin sepertiga malam yang utama
Layaknya penegak Tahajjud meraup selaksa ampunan dari sang Khaliq
Tangismu mengukir takbir…Allahuakbar…
Dia, Allah yang Maha Sempurna telah bertitah, “Kun!”…maka jadilah !
dan kaupun ada….

Khairan…(Kebaikan)
Sang pemberi Kebaikan memberi “kebaikan” kepada kami…
Kau, bayi mungil tampan…anak ketiga kami
semoga membawa kebaikan bagi Ayah Bundamu…
bagi saudari-saudarimu…teman-temanmu kelak…kerabat…
lingkungan tempatmu tumbuh nantinya (InsyaAllah)…dan utamanya bagi dirimu sendiri..
agar baik pemahamanmu tentang Dien yang Allah ridho atasnya …
karena…“Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka Allah memberikan pemahaman yang baik tentang agama”. (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim )

Abdillah Ammaar…(Hamba Allah yang Lembut Hati)
Allah turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir. Allah lalu berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada-Ku tentu Aku ampuni.” Demikianlah keadaannya hingga fajar terbit. (HR. Bukhari 145, Muslim 758)

Dan hanya mereka, hamba-hamba Allah yang lembut hatinya yang dapat tegak berdiri
Saat sebagian besar lainnya terlelap didekap malam…
Kau jadilah satu dari mereka yang menegakkan sepertiga malam

Ayah, Bunda, kakak-kakakmu
dan segenap mahluk dibumi adalah hamba-Nya…berlemah lembutlah
“Sesungguhnya Allah Maha lemah lembut dan mencintai kelembutan. Dia memberikan pada kelemah lembutan apa yang tidak Dia berikan pada kekerasan". (HR. Muslim)

…Bin (Anak dari)
Kau anaku, anak Bunda, adik terkasih dari kakak-kakakmu…
Khairan Abdillah Ammaar Baso,
Pembawa Kebaikan dan Hamba Allah yang Lembut hati…
Insya Allah !!

Depok, 19 Februari 2008
03.00 WIB

Tuesday, November 4, 2008

Hijablah diri-diri kalian!

(Menjumpai kakak dan adik perempuanku)

Bismillaahirahmaanirrahiim..

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [QS. An-Nuur:31]

My dear sisters,…
Telah sampai padaku ilmu tentang empat orang wanita yang harus aku, sebagai lelaki, pertanggung jawabkan di “yaumil akhir” nanti, mereka adalah…Ibu, saudara perempuan, isteri dan anak-anak perempuanku.

My dear sisters,…
Banyak hal yang ingin aku sampaikan kepada kalian, hal yang mungkin juga sudah kalian ketahui, entah dari buku yang kalian baca, pengajian yang kalian ikuti dan dengarkan, atau yang lebih mutakhir..email dan internet.

Jika kali ini aku ingin mengulanginya lagi, harap jangan kalian gusar, ini hanya sebagai bentuk kasih sayang dan tanggung jawabku, sebagaimana Allah telah tetapkan untukku.
Seandainya aku abaikan, ketakutanku hanya satu, kemurkaan-Nya.
Oleh karena itu, tolonglah aku dari murka-Nya, dengan membaca dan meresapkan apa yang akan aku sampaikan ini, agar merasuk kedalam kalbu, menetap didalam hati, dan berbuah amaliyah yang abadi.

My dear sisters,…
Hidup kita dibatasi waktu, usia kita bertambah sedangkan jatah hidup kita berkurang
sadarkah bahwa kita pastinya akan kembali menjumpai-Nya, Pencipta Yang Agung dan Maha Segala? sudahkah kita siapkan segala sesuatunya?
Bukan harta benda, bukan pangkat kedudukan, bukan pula gelar kebangsawanan…
Tidak..bukan itu semua…tapi Taqwa!!
Yaa…Taqwa…hanya ketaqwaan itu yang akan menyelamatkan kita, kini dan nanti, dunia akhirat.

Aku sangat paham bahwa kalianpun sudah mengetahui hal ini, tapi sudahkan kalian memulai mengayun langkah berjalan menuju Taqwa?
sudahkan pengetahuan itu membawa kepada kesadaran bahwa hidup kita bisa berakhir kapan saja…bahkan mungkin detik ini….
dan jika saat itu datang, mungkinkah diraih “khusnul khotimah” jika tidak kita persiapkan?

My dear sisters,…
Aku sadar dan mengerti jika kalian menganggap bahwa aku sendiri belumlah pantas menyandang gelar taqwa dan untuk itu belum pantas menasihati kalian…
dan itu benar, akupun teramat sadar akan hal itu…
aku belum separuh jalan menuju taqwa, bahkan seperempatnya pun belum…
jauh..masih jauh dari taqwa sebagaimana tuntunan Nabi kita
hanya saja Rasulullah sendiri telah bersabda, “Ballighu anni walau ayyah" (Sampaikanlah apa yang kalian dapat dariku walau hanya satu ayat)...
sedangkan Allah berfirman " . . . .Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah . . . . " [Al Hasyr:7]

Kini aku sampaikan kepada kalian, walau “hanya” soal Taqwa, walau hanya satu ayat...renungilah...bawalah dalam tidur malam kalian yang panjang...tadaburilah

Setiap hari, setiap jam, setiap detik dalam hidupku
Tak sekejappun aku lupa akan kalian, sebagai bagian dari hisabku dihadapanNya kelak…
Ketahuilah, lebih mudah bagiku menyampaikan kebenaran kalam-kalam Nya dan sunnah-sunnah rasulNya kepada Ibu, Istri dan anak-anakku..
Itu karena Ibu dan anak-anakku berada pada masa yang berbeda dengan kita…
Pada ibu, hormat dan kasihku sudah sampai padanya sebelum aku berbicara, karena keluasan hati dan pengalamannya…
Bagi anak-anakku, aku adalah panutan yang harus di gugu dan ditiru..
dengan seijin Allah, aku berusaha menjadi sebagaimana aku mengharapkan mereka menjadi sesuai harapan kami, orangtua mereka
Sedangkan istriku,…InsyaAllah dia sangat paham bahwa mematuhi saya, selama tidak menyekutukanNya, adalah bentuk pengabdian yang akan membawa dia ke Jannah Nya..
Akan halnya kalian, adik dan kakakku….usia kita tidaklah terpaut jauh...jaman kita sama…pendidikan kita setara…pergaulanlah yang membedakan kita..

Untuk itu, adikku…kakakku…pahamilah…aku berusaha untuk tidak menggurui kalian
Aku tidak melebihi dari kalian sebagai hambaNya
Anggaplah aku teman yang sekedar mengingatkan kalian sekaligus mengingatkan dirinya sendiri..
Bahwa hanya Taqwa yang memungkinkan kita berada bersama rasul-rasul dan orang-orang saleh..
Dan pakaian taqwa yang langsung membedakan perempuan-perempuan kekasihNya dengan yang bukan adalah Hijab!!!

Karena itu, tolonglah aku untuk menolong jiwa kalian,…
Hijablah diri-diri kalian…sesungguhnya itu lebih baik dari dunia dan seisinya…
Tidak, sekali-kali aku tidak memerintah kalian,..tidak…bukan aku, tapi Dia, Allah Tuhan segala Illah!
Dia yang memerintahkan, RasulNya yang menyampaikan, dan aku sekedar penyambung lidah..

My dear sisters,…
Telah aku sampaikan kalimatNya,…
Kini terserah pada kalian, apakah bersedia memenuhi dan meninggikan seruanNya
Atau menjalani kehidupan “sewajarnya” menurut anggapan kalian dan sebagian besar umat
Hijab adalah wajib bagi kalian perempuan sebagaimana wajibnya Sholat…
Hijab bukan sunnah, bukan pula adat istiadat,…bukan..
Janganlah kebiasaan dan kewajaran dunia melampaui apa-apa yang telah ditetapkanNya
Jalani hidup mengikuti aturan-aturanNya dan sunnah rasulNya
Maka keselamatan dunia akhirat ganjarannya

Dia, Allah, pemilik semesta dan seisinya..sudah sepantasnyalah kita berhukum dengan hukum-hukumNya..
Maka kebenaran hukum manakah yang kalian pilih?

Dia, Allah, pemilik sah diri dan jiwa manusia…kepadaNyalah sebenar-benar kita akan kembali..
Maka kemana kalian akan sembunyi jika maut datang meminang?


Wednesday, August 20, 2008

Nutrisari rasa haru...

Benar!, judulnya tidak salah, Nutrisari rasa Haru!. Jangan pikir ini adalah produk baru dari Nutrisari, bukan!, sama sekali bukan, ini cuma kisah kecil tentang anak saya yang tertua, Naya (Khanaya Azzahra Baso) yang baru berusia 6 tahun dan baru duduk di bangku sekolah dasar.

Ada peraturan di sekolah Naya (SD IT Al-Muhajirin, Depok), yaitu anak-anak kelas I tidak diperkenankan membawa uang jajan, peraturan ini sebenarnya lebih ditujukan kepada orang tua murid agar tidak membekali anak-anak mereka dengan uang jajan. Namun ada saja orang tua yang tetap memberikan uang jajan kepada anak-anak mereka.

Naya sediri sejak awal sudah kami terangkan mengenai peraturan tersebut, namun dengan kelonggaran bahwa jika ada Ayah atau Bunda, boleh jajan dengan catatan Ayah atau Bunda yang memilihkan jajanan mana yang baik.

Hari selasa kemarin (19 Agustus 2008) saya datang kesekolah Naya dengan maksud membayar uang SPP bulan Agustus. Setelah masalah administrasi tersebut selesai, saya mencari Naya.

Suasana sekolah sangat ramai karena hari itu tidak ada kegiatan belajar-mengajar, semua siswa sedang melakukan berbagai macam lomba dalam rangka memperingati HUT RI ke-63. Saya menjumpai Naya di taman dekat kelasnya, dia sedang bergandengan tangan dengan temanya, Zahra. Agak terkejut dia ketika melihat saya, kemudian tersenyum malu-malu...he..he..he..lucu anak ini, kalo' ketemu Ayahnya ketika dia sedang bersama teman-temannya, selalu saja tersenyum malu-malu.


Pertanyaan pertama yang dia ajukan adalah, "Ayah...dede' mana?", maksudnya adiknya, Lila (Khalila Humaira Baso), soalnya Naya selalu dengan bangga menceritakan tentang sekolah barunya kepada adiknya, dan adiknya, Lila, selalu senang dengan cerita-cerita 'mbanya tentang sekolah barunya, teman-teman, tempat bermain, dan lain-lainya...pokoknya semua jadi bahan ceritanya setiap pulang sekolah.

"Dede di rumah 'yang 'uti (Eyang Putri)", saya menjawab.

Lila memang dititipkan sementara dirumah Eyangnya, karena Bunda mereka dirumah sakit bersama sikecil Khairan (Khairan Abdillah Ammaar Baso) yang sedang dirawat.


"'Mba ikut lomba 'ga?", saya bertanya.

"Iya..lomba masukin bendera".


"Menang 'ga sayang?", saya bertanya lagi.

"Engga.." Naya menjawab sambil tertawa kecil, saya ikut tertawa lalu memeluknya dan mencium dahinya.


"Naya mau jajan burger 'ga?", saya tahu Naya pasti berharap akan diajak jajan sesuai dengan janji kami jika kami, Ayah atau Bundanya ada disekolah.

"Engga Ayah, jajan yang lain aja".

"Mau apa sayang?"....Tidak ada jawaban dari Naya, saya tahu dia agak sungkan sama Ayahnya.

"Ayo, 'mba tunjukin aja deh sama Ayah 'mba mau apa", kata saya.

Naya langsung menarik tangan saya ke kantin sekolah..tempat burger dilewatinya ... tempat mie ayam juga ... tempat bakso...terus kebelakang....saya masih mengikuti langkah kecilnya, Naya terus menarik tangan saya hingga sampai ke tempat penjual minuman ringan. Dan betapa tertegunnya saya ketika tangan mungilnya yang gendut mengambil satu sachet Nutrisari rasa jambu, mengulurkan kepada saya sambil berkata..

"Tapi engga usah pake es!", Naya memang lagi batuk.


Duh anakku, hampir menetes air mata ini karena menahan rasa, saya tidak tahu harus sedih atau apa...saya bertanya sambil memastikan lagi,

"'mba mau yang rasa jambu?".

"Iya ayah, nanti warnanya pink", jawabnya cepat.

"mau di gelas apa di plastik aja 'nak?", tanya saya lagi.

"diplastik aja" jawabnya.


Selama ini mungkin Naya cuma bisa melihat teman-teman lainnya jajan minuman yang diplastik ini dan dia pasti mengingat yang warna pink itu adalah Nutrisari rasa jambu. Sekali lagi saya menahan rasa sesak didada saya. Sambil tetap menggenggam tangannya, saya membayar Nutrisari rasa jambu tersebut sambil memesan kepada penjualnya,

"diplastikin aja bu, engga usah pake es".

Kami berdua keluar dari kantin sambil tangan kiri Naya tetap menggenggam tangan kanan saya, dan tangan kanannya memegang seplastik Nutrisari rasa jambu, berjalan sambil menyeruput minumannya perlahan. Saya mengantar Naya kekelasnya.

"Udah ya sayang, ayah pulang yaa?".

Naya mengangguk, tersenyum, saya mengecup dahinya, Naya berbalik kekelasnya, masih sambil menyeruput minumannya.

Saya pulang duluan untuk menjemput Istri saya dan Khairan dari rumah sakit, sedangkan Naya pulang dengan jemputan.

Dalam perjalanan pulang saya masih memikirkan kejadian tadi, sedih memang, tapi kami sebagai orang tuanya tetap harus teguh mengajarkan kepada Naya, juga Insya Allah kepada kedua adiknya, Lila dan Khairan, bahwa peraturan harus ditaati, bukan untuk dilanggar. Jika hukum-hukum / peraturan-peraturan kecil saja sudah mulai dilanggar, bagaimana dengan penerapan hukum-hukum Allah?, akankah juga dilanggar?...Naudzubillahimindzalik!,...Yaa Allah, jadikanlah anak-anak kami orang-orang yang teguh menjalankan perintah-MU dan mematuhi hukum-hukum-MU.

Siang itu, Nutrisari rasa jambu buat saya menjadi Nutrisari rasa haru.

Monday, August 11, 2008

Lima Poin Pendidikan Anak Dalam Islam

Ada hal indah yang selalu terlintas jika kita melihat anak-anak yang sedang bermain. Dalam dunia anak memang segala sesuatu disekitar mereka selalu menjadi indah, terlepas dari kesulitan yang dirasakan orang tua mereka dalam menghadapi hidup untuk memenuhi kebutuhan yang merupakan hak anak-anak mereka. Salah satu yang menjadi hak anak adalah mendapatkan pendidikan. Ada artikel yang bagus yang saya baca hari ini dari www.eramuslim.com, yang berkaitan dengan pendidikan anak, semoga saja bagus juga untuk pembaca lainnya. Enjoy it !.


Oleh Siti Aisyah Nurmi


Bunda, apakah ilmumu hari ini? Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan anak-anakmu? Bunda, apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat kembali anakmu? Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi? Bunda, mari kita mengukir masa depan anak-anak kita. Bunda, mari persiapkan diri kita untuk itu.

Hal pertama Bunda, tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak. Belum Bunda, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan Sejati.

Gusti Allah Yang Maha Mencipta Berkata dalam KitabNya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185)

Begitulah Bunda, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.

Kedua, setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kau amati:

Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.

Yang kedua, Bunda, fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya. Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.

Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.

Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:
1. Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2. Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
3. Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.

Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.

Hal ketiga adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.

Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah, yang ketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yang terakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.

Bunda, jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang terpenting adalah Keteladanan (sebagai metode yang paling efektif).

Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikan itu sendiri. Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT.
Setidak-tidaknya ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah: (1) Pendidikan Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran (4) Pendidikan Fisik (5) Pendidikan Sosial (6) Pendidikan Kejiwaan/Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka. Kepribadian (7) Pendidikan

Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan? Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini:
Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.

Insya Allah, Dia Akan Mengganjar kita dengan pahala terbaik, sesuai jerih payah kita, dan Semoga kita kelak bersama dikumpulkan di Negeri Abadi. Amin. Wallahua’lam, (SAN)

Catatan:
- Lima Poin Pendidikan Anak:1.Paradigma sukses 2.Mengenal Tahapan&Sifat 3.Metode 4.Isi 5.Target.
- Buku Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) diterjemahkan dengan judul “Sistem Pendidikan Islam” terbitan Al-Ma’arif Bandung, dan buku Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam) diterjemahkan dengan judul Pendidikan Anak Dalam Islam.


Friday, August 8, 2008

Aku lebih cinta matiiiii...daripada kamu!!

Fuiihhh, sudah hampir 5 bulan sejak terakhir blog ini di update....untung saja hari ini dapat artikel bagus dari milist "pks-depok". Hampir semua konten di Blog ini memang lebih banyak mengambil artikel-artikel yang sudah ada. Bukan tanpa alasan saya melakukannya, karena awalnya saya hanya ingin menyimpan artikel-artikel yang saya suka, untuk supaya bisa dibaca kembali demi memperkaya nurani. Semoga saja setiap mereka yang masuk ke Blog ini mendapatkan pengalaman dan ilmu yang nantinya juga dapat memperkaya nurani mereka, Amin.

Eniwei, mengenai artikel yang saya dapat hari ini,...artikel ringan tapi asik untuk dibaca, terutama buat mereka yang dalam proses ta'aruf ataupun yang baru sampai tahap menginginkan..he..he..he....gini nih ceritanya...




Aku lebih cinta matiiiii....daripada kamu!!
by Admiring Pelangi
[Serius... ini fiksi lho, cuma sekedar cerpen iseng nan spontan]

"Say, aku cinta kamu!"

Akhwat yang diajak ngomong itu bengong. Jangankan tersentuh, kebayangpun nggak dengan apa yang barusan dicelotehkan si Cowok sableng itu.

"Ah... masa' sih? Serius?" sahut si akhwat kesal.

"Seriuuuussss deh, aku cintaaaaaa banget sama kamu!" jawab si cowok dengan tampang memelas.

"Hmmm... kamu berani ngelamar aku hari ini juga?"
Si cowok diam, sekarang giliran dia yang bengong ditodong seperti itu.

"Ngh... aku mau kok nikahin kamu, tapi... masak iya secepat itu?", tanyanya ragu.

"Lho, emangnya kenapa?" tanya akhwat itu menantang.

"Ngh... ya... kita kan belom terlalu mengenal." jawab si cowok sambil garuk-garuk kayak beruk diatas pohon kapuk.

"Lhah... nah, itu dia! Kok bisa kamu ngomong cintrong?", introgasi si Akhwat berubah jadi segalak polwan baru lulus Sepolwan Pasar Jumat.

"Menurut aku kamu baek, pinter, solehah, bla bla bla..." jawabnya sambil terus mengabsen sifat si akhwat yang ada dalam bayangannya.

"Nah... nah... nah..." potong si Akhwat,

"katanya nggak kenal aku. Tapi
kok... kayaknya malah kamu yang lebih kenal diriku dibanding diriku sendiri?".

Si cowok mati kutu... persis kayak kutu dipites pake kuku. Dia terdiam salting sambil sesekali menggaruk kepalanya yang nggak gatal sama sekali.

"Yo wis lah... gini deh, kalo emang kamu cinta sama aku, aku mau kamu ngaji! Mentoring sana... baru bilang cinta sama aku."

Dengan garukan yang semakin keras, si cowok nggak berkata apa-apa. Cuma manggut-manggut walaupun bingung. Seumur-umur, dia ngaji cuman waktu SD, semasa masih ikut TPA. Itupun kabur-kaburan, berhubung harus mengejar jadwal rutin 'penting' seperti Satria Baja Hitam RX dan Saint Seiya yang dijamin mendidik anak-anak indonesia jadi superhero yang siap menyelamatkan profit perusahaan multi nasional dan diberdayakan jadi buruh elit di perusahaan asing.

Si cowok dengan langkah gontai berbalik meninggalkan medan pertempuran. Tapi... tiba-tiba langkahnya terhenti. Kayaknya masih ada yang mengganjal pikirannya yang sehari-hari gak pernah jauh dari analisis seputar pertandingan Serie A atau strategi memenangkan PES, WE, CM dan berbagai game lainnya. Dan iapun belum menyerah...

"Tapi... aku serius loh, Ful..." *berhubung sebenernya nama karakter nggak penting di cerita ini, kita kasih nama aja si Akhwat ini dengan Fulanah*

"Serius apa?" potong si Akhwat dengan nada lembut tapi nyelekit, menusuk dalam-dalam hati cowok yang kurang baik dan tidak rajin menabung itu.

"Ak... Aku..." katanya ragu, "Aku cinta kamu karena Allah lho!!" lanjutnya berusaha memberanikan diri. kata-kata itu terlintas begitu aja ketika dia ingat dengan sebuah artikel di blog saat disuruh membuat makalah kuliah Agama dan Etika Islam. Sejujur-jujurnya, Ia nggak tau pasti arti dari kata-kata itu secara persis.

*Gedubrak* Si Akhwat bingung antara harus geli dengan kata-kata itu atau pengen nonjok si pahlawan cinta monyet yang ia sendiri lupa kenal dimana. Pengen rasanya jurus pamungkas taekwondonya Ia keluarkan. Tapi
tiba-tiba bidadari virtual nan cantik di sebelah kanannya berkata lembut, "sabar atuh ukhti... kesempatan nih, ayo dingajiin! Target potensial nih...". Ia pun menarik nafas puaaaaannjjjjang, lalu...

"Huh... Iya deh... terserah kamu. Aku juga cinta kamu karena Allah..."

Betapa berbunga-bunganya si Cowok sableng itu mendengar kata 'cinta' yang ditujukan padanya.

"Tapi..." lanjut si Akhwat membuyarkan proyek kebon bunga yang baru saja menggusur lapangan bola di hati si Ikhwan, "pokoknya gak mau tau, aku pengen kamu mentoring dulu... Titik!!" lanjutnya sambil segera ngeloyor
pergi dengan perasaan yang sudah mumet dengan serbuan mendadak si cowok di musim Ujian Akhir Semester kayak sekarang ini.

"Eh... eh..." sahut si Cowok kebingungan kayak pejabat korup ketangkep basah KPK.

"Seriuuuuuusss. .. Ful! Aku cinta mati sama kamu!" teriaknya pada si Akhwat yang semakin jauh.

Si Akhwat menoleh sebentar, "Tapi aku lebih cinta mati daripada kamuuuu!!!" balasnya yang disambut
dengan sunyi, bersamaan dengan semakin mematungnya si Ikhwan.

***

Sembilan bulan lebih sembilan hari kemudian...

Seorang ikhwan masuk kedalam mesjid bersama rombongan keluarganya dengan muka cengengesan yang nggak bisa ditahan. Dia menyapa beberapa temannya. Mereka adalah teman satu kelompok mentoringnya. Gerombolan anak nongkrong, yang sama-sama berusaha belajar tentang Tuhan dan Agamanya.

Begitu matanya melirik sedikit pada bidadari bergaun putih yang sudah sejak tadi nangkring di barisan Akhwat yang tersekat hijab, tiba-tiba dadanya kembang kempis. Terasa panas dingin bulu kuduknya melihat bidadari yang dalam hatinya yang paling dalam ia harapkan jadi pendampingnya di surga kelak. Si bidadari tertunduk saja, sama dag-dig-dugnya dengan calon presiden RRT (Republik Rumah Tangga) itu.

Singkat cerita, prosesi akad berjalan lancar dan sukses walaupun sempat diwarnai kericuhan karena si Ikhwan saking gugupnya lupa dengan nama calon istrinya itu dan malah mengabsen mantan-mantan pacarnya semasa masih berandalan dulu. Setelah prosesi, kedua mempelai segera diboyong ke tahta mereka sebagai sepasang manusia paling bahagia di hari itu.

"Ful... ful..."


Di tengah langkah gemulai bak pameran busana pengantin, si Ikhwan
tiba-tiba memanggil perempuan yang menggandengnya itu dengan setengah berbisik.

"Apa kang?" jawab si Akhwat malu-malu.

"A... aku cinta mati sama..."


"Ssst..." belum sempat melanjutkan, si Akhwat memberi isyarat kepada
pangerannya itu untuk tidak melanjutkan.

"Aku lebih cinta mati daripada kamu." lanjutnya dengan senyuman.

Si ikhwan termenung sebentar, lalu dengan senyum sumringah dia menanggapinya. ..

"Aku juga lebih cinta mati daripada kamu..." ucapnya berbisik, "Aku ingin mencintai mati, sama sepertimu." lanjutnya dengan nada bersungguh-sungguh.

Bidadari itu menjawabnya dengan senyum. Senyum penuh arti yang diiringi lantunan doa yang sejak bertahun-tahun lalu begitu akrab dengan lisannya.

Allahumma... Innaka ta'lam anna hadzihil quluub
qad ijtamaat alaa mahabbatik.. . wal taqqat ala Thaa'atik...
wa Tawahhadat ala nashrati syari'atik.. .
fa watstsiqillahumma rabithatahaa. ..
wa adimmuddahaa. .. wahdiha subulahaa...
wamla'haa bi nuurikalladzi laa yakhbuu...
Wasyrah suduurahaa bi faidzil iimaanubik.. .
wa jamiilit tawakkuli alaik...
wa ahyihaa bi ma'rifatik.. .
wa amithaa ala syahaadati fii sabiilik...
wa amithaa ala syahaadati fii sabiilik...
wa amithaa ala syahaadati fii sabiilik...
innaka ni'mal maulaa... wa ni'mannashiir. ..

Dan ucapan pangerannya tadi menjadi hadiah paling romantis baginya di hari paling istimewa sepanjang hidupnya itu.

Sunday, March 23, 2008

Syekh Yassin Sang Qiyadah dan Fitnah Harta

Syekh Yasin, nama lengkapnya Syekh Ahmad Ismail Yasin lahir tahun 1938 di desa Al-Jura, sebelah selatan kota Gaza, syahid pada saat sedang puasa sunah Senin- Kamis, hari Senin, 1 Shafar 1425 H/ 22 Maret 2004 M karena dihantam rudal penjajah Zonis Israel setelah melaksanakan sholat subuh berjama’ah di masjid Al-Mujama’ Al-Islami, Gaza.

Syekh Ahmad Yasin merupakan tokoh spiritual gerakan Hamas, Qiyadah/ pemimpin bagi pejuang dan rakyat Palestina melawan penjajah Zionis Israel.

Walaupun usianya uzur, kondisi tubuhnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki, setiap hari harus menggunakan kursi roda, tidak menghalangi beliau untuk berdakwah, memimpin dan membina umat, rakyat Palestina khususnya di Gaza.
Beliau memiliki ‘izzah/ kemuliaan sehingga disegani dan dicintai kawan, ditakuti lawan dalam hal ini penjajah Zionis Israel.

Sebagai tokoh spiritual dan qiyadah dalam perjuangan, Syekh Ahmad Yasin banyak memberikan keteladanan bagi pengikutnya dan rakyat Palestina, juga bagi umat Islam yang rindu syahid di jalan Allah.

Dalam suatu khutbahnya, Syekh Ahmad Yasin pernah berkata: Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemmpinan yang berpegang teguh kepada Islam, baik sebagai aturan, prilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilih Allah atau binasa!

Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS: Al-Imran/3: 126).

Suatu ketika ada seorang penganut Kristen di kota Ramallah, Tepi Barat, Bassam Hana Rabbah namanya. Dia datang menemui Syekh Ahmad Yasin untuk mengadukan permasalahannya karena ada seseorang di Gaza melakukan penipuan terhadap dirinya. Syekh Ahmad Yasin yang juga pimpinan Dewan Islah (perdamaian) dengan bijaksana mampu mendamaikan antara Bassam Hana Rabbah seorang Kristen dengan seseorang yang telah melakukan penipuan.

Syekh meresponnya dengan serius, bahkan mampu bersikap adil terhadapku. Hak-hak saya pun bsa kembali saya nikmati. Sebagai tanda terima kasih, sebagian hartaku diberikan kepada Dewan Islah, tutur Hana Rabbah.

Sebagai seorang Qiyadah/pemimpin, Syekh Ahmad Yasin tidak cinta dunia, tidak gila harta, bahkan kehidupannya sangat sederhana.

Mariyam Ahmad Yasin menceritakan tentang sikap hidup ayahnya:

Rumah ayah terdiri dari 3 kamar dengan jendela yang sudah rapuh. Rumah ini sangat sederhana sekali. Ini fakta bahwa ayahku tak cinta dunia, namun cinta akhirat. Banyak yang menawari beliau untuk memiliki rumah seperti pejabat tinggi negara, namun ditolaknya. Bahkan pernah suatu ketika, Pemerintah Otoritas Palestina memberi sebuah rumah besar di suatu kampung mewah di Gaza, . Namun Tawaran itupun di tolak, ia tidak peduli dengan berbagai ragam bentuk kesenangan duniawi.

Rumah ini sangat sempit. Tidak ada lantai, dapurpun ala kadarnya. Jika musim dingin, kami kedinginan. Namun jika musim panas tiba, kami pun kepanasan. Ayah sama sekali tidak memikirkan untuk merenovasi rumahnya. Ia justru sibuk mempersiapkan rumah di akhiratnya. Adapun kondisi psikis, Alhamdulillah, kami cukup sabar, karena kami percaya. Insya Allah, kami akan melihatnya lagi di surgaNYa nanti. Untuk itulah kami juga sangat berharap bisa mati syahid seperti beliau.

Jika Syekh Ahmad Yasin ingin kaya, harta menumpuk, rumah mewah bertingkat, mobil mengkilat lebih dari empat, makanannya serba lezat, semuanya bisa saja beliau dapatkan, bukankah beliau mempunyai pengikut yang taat, kedukukan yang memikat, akan tetapi semuanya itu tidak beliau lakukan untuk memperkaya diri di tengah pengikut dan rakyatnya yang sedang sengsara dan menderita, akibat penjajah, sekali lagi tidak!

Syekh Ahmad Yasin memiliki iman dan perasaan yang tinggi, beliau sangat cinta dan peduli kepada umat yang pada hakekatnya adalah umat Nabi Muhammad saw.

Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS:An Nisaa/4: 69).

Apakah kita semua telah meneladani beliau yang hidup sebagaimana kehidupan Rasul SAW dan para shahabatnya? Yang lebih mencintai akherat ketimbang kehidupan dunia yang murah dan menipu? Yang lebih menyukai debu-debu jihad daripada mobil-mobil mewah mengkilat? DI manakah kita sekarang?

(H. Ferry Nur, S.Si, Sekjen Kispa)


Friday, February 8, 2008

Pak Suyatno (True Story)

Sudah seminggu terakhir ini saya ingin menulis rasa gundah yang mengganduli hati. Tapi entah mengapa, selalu saja saya seolah kamus yang kehabisan kata, bingung dengan awal sapa. Banyak yang ingin saya tulis, namun dengan seluruh "Vocabularry" yang saya mengerti serasa tak cukup untuk mengungkapkannya. Bahkan hingga saat ini pun saya masih belum tahu dari mana kegundahan ini akan mulai saya tumpahkan dalam barisan huruf dan membentuk kata per kata, hingga hilang - atau paling tidak, berkurang - rasa gundah ini. Namun syukurlah, disaat kegersangan hati ini makin mengkristal, saya menerima email dari seorang sahabat di sebuah mailing list, sebuah email yang sarat dengan makna dan penuh hikmah, sejuk menyiram hati....

Read on the email bellow...


Based on True Story..

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam,pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun

Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal dengan keluarga masing-masing dan pak suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu, semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yg sulung berkata "Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak. Bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" . Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya, "Sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu bergantian".

Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka. "Anak-anakku, jikalau hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak sudah menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian"... sejenak kerongkongannya tersekat, "Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta, yang tidak satupun didunia ini dapat dibandingkan dengan itu. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ? kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang ?".

"Kalian menginginkan bapak,
yang masih diberi Allah kesehatan, dirawat oleh orang lain, lalu bagaimana dengan ibumu yg masih sakit?". Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu...

Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber diacara islami selepas shubuh dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada pak suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa..disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak suyatno bercerita"..

"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai karena Allah, semuanya akan luntur. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu.."

"Sekarang dia sakit karena berkorban untuk saya karena Allah..dan itu merupakan ujian bagi saya, sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi saat dia sakit,...setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya dapat bercerita kepada Allah diatas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk
menyimpan dan mendengar rahasia saya.."

Thursday, January 3, 2008

Menjadi Orang Paling Kaya

''Ridhalah dengan apa yang dibagikan Allah SWT untukmu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya.'' (HR Turmudzi). Penggalan hadis Rasulullah SAW di atas merupakan bentuk nyata betapa susahnya menumbuhkan rasa qanaah atau merasa cukup.

Hadis itu mengandung maksud orang paling kaya adalah mereka yang qanaah atas apa pun pemberian Allah SWT. Betapa positif dan bermartabatnya hidup ini bila seseorang selalu merasa ridha dan cukup dengan segala kondisinya. Dengan qanaah, yang sedikit akan menjadi banyak dan yang banyak akan menjadi berkah.

Kesenangan tidak akan sempurna dan nikmat tidak akan menjadi besar kecuali dengan memutuskan angan-angan memiliki seperti yang dimiliki orang lain. ''Himpunlah rasa putus asa terhadap apa-apa yang ada di tangan manusia.'' (HR Ibnu Majah).

Sikap tidak menerima atas apa yang telah dimiliki, hanya akan menguras keterkaitan hati dengan Allah SWT. Akibatnya, kehidupan yang sebenarnya tidak akan bisa dirasakan. Sementara kehidupannya menjadi tidak tertata. Ridha dengan pemberian, mensyukuri pemberian Allah SWT, dan menginvestasikannya untuk hal yang bermanfaat, maka inilah sebenarnya yang disebut kaya nan mulia. Allah SWT berjanji kepada orang yang hatinya dipenuhi keridhaan akan memenuhi hatinya dengan kekayaan, rasa aman, penuh dengan cinta, dan tawakkal kepada-Nya.

Sebaliknya, bagi yang tidak ridha, hatinya akan dipenuhi dengan kebencian, kemungkaran, dan durhaka. Pantaskah sebagai seorang hamba mengaku kekurangan, sementara pada waktu yang sama, kita masih memiliki akal. Andai kata akal itu dibeli orang atau menukarnya dengan emas dan perak sebesar gunung, kita pasti enggan menerimanya.

Kita memiliki dua mata yang sekiranya dibayar dengan permata sebesar Gunung Uhud, pasti tidak rela. Saat ini banyak orang enggan mengakui dan menyebut dirinya orang paling kaya. Kekayaan hanya mereka ukur dengan materi, banyaknya harta, dan pangkat yang tinggi.

Bersyukurlah atas nikmat agama, akal, kesehatan, pendengaran, penglihatan, rezeki, keluarga, penutup (aib), dan nikmat lain yang tak terhitung. Sebab, di antara manusia itu ada yang hilang akalnya, terampas kesehatannya, dipenjara, dilumpuhkan, atau ditimpakan bencana.

Kini saatnya untuk menyadari bahwa kita sebenarnya adalah orang yang paling kaya. Caranya dengan selalu qanaah dan merasa ridha. Bersyukur dengan apa yang kita miliki, sehingga hidup lebih bermakna, berkah, serta lebih berarti. Jadikanlah keridhaan itu dengan mengosongkan hati dari berbagai sangkaan dan membiarkannya hanya untuk Allah SWT.

(Nur Kolis Mughni, Republika - Hikmah )