Friday, December 21, 2007

Sukses Bersama MLM Atau Network Marketing ?

Agak aneh memang judul diatas, karena meskipun Blog saya ini tidak mengkhususkan pada tulisan-tulisan yang berhubungan dengan tausyiah saja, tapi saya memang tidak pernah menulis ataupun menampilkan tulisan rekan lain yang berhubungan dengan MLM atau Network Marketing. Hal ini semata karena banyak sahabat, rekan, relasi, etc, yang sering menanyakan tentang hal ini kepada saya setelah mereka mengetahui bahwa saya juga menjadi member sebuah MLM atau Network Marketing, terlebih dengan hebohnya penipuan-penipuan training motivasi yang ujung-ujungnya adalah pemaksaan mengikuti seminar dengan biaya yang sangat besar (seperti yang dilakukan oleh Nxxxxxx21).

Pertayaan-pertanyaannya pun beragam, dari soal skema piramidnya, halal tidaknya, dll. Sudah banyak email yang saya kirim untuk menerangkan hal ini, namun email-email pertanyaanpun semakin banyak yang berdatangan. Keputusan saya akhirnya, "For Once and For All", lebih baik saya tulis di blog saya, dan jika ada pertanyaan lagi saya tinggal mengarahkan ke blog ini. Dan inilah hasilnya, tulisan dari Ikwan Sopa - Motivator, Master Trainer E.D.A.N, saya ambil dan tampilkan diblog ini karena hampir persis menggambarkan keadaan saya saat mulai mengenal MLM/Network Marketing, selain itu karena beliau ini juga menggeluti MLM/Network Marketing yang sama dengan saya. So...rekans...here it is, I really hope this article will be the answer to all of your questions...


Tips 169: Sukses Bersama MLM Atau Network Marketing...

Apa yang terlintas di pikiran Anda saat membaca judul di atas? Apa yang Anda isikan untuk titik-titik pada judul itu? Tanda tanyakah? Atau tanda serukah? Apapun reaksi Anda, itulah peta Anda tentang fenomena MLM dan Network Marketing. Itulah gambaran pengalaman Anda tentang dunia MLM dan Network Marketing. Dan itulah, reaksi dan kesimpulan Anda sejauh ini.

Saya sendiri, sampai dengan dua atau tiga tahun yang lalu, termasuk yang anti terhadap MLM atau Network Marketing. Tentu saja seperti umumnya orang lain yang juga mengalaminya; karena merasa tidak berhasil, atau bahkan sampai merasa tertipu. Entah sudah berapa banyak yang menawari Saya untuk ikut ke dalam model bisnis ini. Beberapa memang Saya coba. Tapi seperti yang sudah Saya indikasikan, nyaris semuanya tidak membawa hasil sesuai yang Saya harapkan.

Sampai kemudian, Saya mulai mempelajari ilmu-ilmu komunikasi. Dalam proses itu, Saya mempelajari beberapa hal penting. Di antaranya adalah sebuah proposisi yang kemudian mulai menjadi bagian dari sistem beliefs Saya, yaitu:

"Behind every behaviour, there is a good intention."

Dengan asumsi dasar itu, Saya ber-husnu dzon saja. Pelaku MLM dan Networking pastilah punya niat baik. Baik untuk diri sendiri, atau baik untuk diri orang lain.

Kemudian, Saya mulai membuka pikiran Saya. Apakah yang telah terjadi pada diri Saya? Jika Saya belum berhasil selama ini, salah siapakah itu? Jika Saya masih mau bersentuhan dengan dunia ini, apa sih yang perlu Saya pelajari dan perbaiki? Jika Saya merasa kurang sreg menjalaninya, apa sih yang bertabrakan dengan sistem keyakinan Saya? Dan seterusnya.

Sampai sekarangpun, masih berseliweran berbagai pihak yang memprospek Saya. Mungkin karena Saya mulai terlihat "punya jaringan" atau mungkin karena kebetulan semata. Hanya bedanya, kini Saya mulai lebih terbuka untuk berbagai penawaran itu. Saya buat mudah saja. Saya tertarik ya Saya pertimbangkan. Saya tidak tertarik ya tinggal katakan saja. Saya toh pasti mendapat pelajaran.

Kini Saya menambahkan kategori baru di dalam blog Saya, yaitu serial tips MLM dan Network Marketing. Tujuannya untuk belajar. Segala kemungkinan dan peluang toh tetap harus Saya buka.

Saya tidak memprovokasi Anda untuk terlibat, tapi Saya juga tidak bisa melarang Anda untuk menjauhi. Soal benar atau salah, baik atau buruk, bahkan halal atau haram, silahkan Anda pertimbangkan sendiri. Apa yang pasti, semuanya sangat tergantung pada niat Anda, selain dari substansi dan legalitas sebuah bisnis MLM atau Network Marketing itu sendiri.

Dengan MLM atau Network Marketing, Anda bisa mensukseskan diri sendiri dan menyengsarakan orang lain, Anda juga bisa mensukseskan diri sendiri dan mensukseskan orang lain, Anda juga bisa mensukseskan upline Anda, menyengsarakan diri dan downline Anda, Anda juga bisa mensukseskan upline Anda dan diri Anda, kemudian menyengsarakan downline Anda, dan entahlah apakah Anda bisa juga menyengsarakan upline Anda. Anda juga bisa terjebak pada praktek haram. Anda juga bisa mendapatkan rizki yang halal. Semuanya terserah Anda.

Untuk menjaga keseimbangan dan menjaga "behaviour" Anda saat ber-MLM atau ber-Network Marketing, Anda bisa mempelajari banyak hal dari banyak referensi, di antaranya yang berikut ini:

Asosiasi Penjual Langsung Indonesia
Definisi MLM - Bahasa Inggris
Definisi MLM - Bahasa Indonesia
Halal Guide
Bedah MLM Priyadi Dot Net
Asal dan Usul MLM
MLM Watch
MLM Legal
Halalkah MLM?
MLM yang Sesuai Syariat
MLM Menurut Islam
Multi Level Marketing
Pemasaran Jaringan

Berikut ini, Saya sajikan kembali tips-tips yang bermanfaat bagi Anda, jika Anda mau, sedang, atau telah menerjuni dunia MLM dan Network Marketing. Kebetulan, peserta Power Workshop E.D.A.N. banyak juga yang berasal dari dunia yang satu ini. Tentunya, Saya harus banyak belajar. Semoga bermanfaat.

Pada tanggal 15-17 Oktober 2004, sebanyak 250 orang pelaku dan pakar MLM dan Network Marketing kelas dunia, berkumpul dalam sebuah event mastermind di Orlando, Florida, Amerika Serikat. Para pembicara dalam event itu adalah adalah Michael S. Clouse, Randy Gage, Tom "Big Al" Schreiter, Rod Cook, Tim Sales, John Milton Fogg, Kim Klaver, David D'Arcangelo, Art Jonak, Hilton Johnson, Dr. David Pearson, Len Clements and Lisa Jiminez. Mereka inilah biangnya dunia MLM dan Network Marketing.

Event itu sebenarnya tertutup. Para peserta dilarang mencatat atau mengambil gambar selama sesi presentasi berlangsung. Sekarang, Saya bocorkan untuk Anda. Maukan?

Apa sajakah yang mereka hasilkan dari event itu?

MICHAEL S. CLOUSE

Seorang karyawan bekerja delapan jam sehari, dan delapan jam lainnya besar kemungkinan untuk tidur. Orang itu mestinya mulai mempertimbangkan untuk menggunakan 56 jam waktunya (8 jam x 7 hari) di luar jam kerja, untuk diisi dengan aktivitas yang makin produktif. Waktu sebanyak itu, bisa digunakannya untuk memulai sebuah bisnis yang mandiri. MLM dan Network Marketing, bisa jadi salah satu pilihan.

Jika Anda mau mempertimbangkannya, mulailah dengan merefleksikan kembali berapa banyak dan seberapa efektifkah 56 jam istirahat Anda selama ini. Kemudian, mulailah membayangkan bagaimana 56 jam Anda esok hari. Bagaimana 56 jam lowong Anda empat tahun yang akan datang? Apakah tetap menjadi waktu istirahat, atau menjadi waktu yang lebih produktif?

Bandingkanlah diri Anda yang sekarang, dengan teman Anda yang sudah lebih dahulu memulainya empat tahun yang lalu. Seperti apakah mereka sekarang?

Jika Anda mau memulainya sekarang, carilah orang yang ahli dalam bidang ini. Kemudian, lakukanlah apa yang ia lakukan.

Fokuslah pada aspek fundamental dari bisnis ini, yaitu prospeksi, presentasi, dan duplikasi.

Mulailah benahi kembali filosofi Anda, sikap Anda, pikiran Anda, dan tindakan Anda. Biasanya, hal-hal inilah yang menjadi penghalang terbesar Anda.

RANDY GAGE

Syarat utama untuk menuju ke puncak, adalah duplikasi. Cara terbaik untuk mengefektifkan duplikasi, adalah dengan mendidik downline Anda, tentang bagaimana mendidik downline-nya.

Untuk tahap awal, perlebarlah downline Anda menyamping. Ini bisa dilakukan untuk "menyegerakan" penghasilan. Kemudian, perdalam downline Anda, untuk keuntungan jangka panjang. Beberapa MLM atau Network Marketing, mungkin menyarankan Anda untuk lebih memilih "pendalaman" dari pada "pelebaran". Saat itu, mulailah mencari leader-leader baru di bawah Anda.

Segala bentuk komunikasi dari "atas" ke "bawah" hendaknya selalu bernilai positif.

TOM 'BIG AL' SCHREITER

Anda harus berfokus pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Bisnis apa sih yang sebenarnya Anda terjuni?
Berapa banyak uang dan keuntungan lain yang bisa Anda dapatkan?
Apa yang harus Anda lakukan untuk mendapatkan semua itu?

Bagaimana mempromosikan bisnis MLM dan Network Marketing Anda?

Ajak prospek Anda untuk makan siang gratis.
Beri mereka pendidikan, seminar, atau pelatihan yang bermanfaat.
Publikasikan manfaat produk Anda.
Kaitkan sebuah event atau okupasi dengan produk Anda.
Kaitkan wilayah geografis dengan produk Anda.
Kaitkan angka khusus dengan produk Anda.
Tambahkan faktor personalitas, seperti loving, caring, overworked dan sebagainya ke dalam promosi Anda.

ROD COOK

MLM dan Network Marketing adalah satu-satunya 'real financial option' bagi setiap baby boomer. Mengapa? Karena mereka biasanya tidak cukup menabung atau berinvestasi secara terus-menerus untuk masa tuanya.

TIM SALES

Untuk membangun bisnis duplikasi yang benar, Anda harus membuatnya "besar" dan "benar".

Ada dua jenis bisnis, dalam konteks MLM dan Network Marketing. Yang pertama adalah "Organisasi Konsumsi Vertikal", dan yang kedua adalah "Organisasi Penjualan Vertikal".

Yang pertama berfokus pada membangun jaringan distributor, agar mereka membeli dan menggunakan produk. Yang kedua, berfokus pada menciptakan mesin uang dengan menjadikan kehidupan orang lain menjadi lebih baik dengan tingkat penghasilan yang lebih tinggi.

Yang pertama langkahnya adalah mendapatkan pelanggan, kemudian mendapatkan distributor, dan kemudian mendidik distributor agar bisa mendapatkan pelanggan.

Standar operasi yang diperlukan kurang lebih begini:

1. Dapatkan pelanggan yang mau menggunakan produk.
2. Tuliskan bagaimana Anda hendak mencapainya.
3. Lakukan lagi.

Standar operasi ini mungkin perlu Anda adjust jika kondisi lapangan memang menuntut perubahan.

JOHN MILTON FOGG

John Milton Fogg dikenal sebagai pelaku MLM dan Network Marketing yang menganut "get rich slow". Oleh sebab itu, rekomendasinya adalah:

1. Gunakan produk, rekomendasikan produk itu, dan kemudian sponsori distributor.
2. Ciptakan kemampuan leadership dan coaching untuk downline Anda.
3. Prospeklah setiap orang dengan "tanpa agenda".
4. Selama proses itu, temukanlah apakah prospek Anda layak menjadi partner bisnis atau tidak.

Dalam mengembangkan diri, tanyakanlah pada diri sendiri:

Apa yang sudah Saya ketahui, sesuatu yang "benar" menurut Saya?
Apa yang membuatnya menjadi "benar"?
Apa yang secara ideal "benar"?
Apa yang "tidak benar" menurut Saya?
Apa yang diperlukan agar itu menjadi "benar"?

KIM KLAVER

Dalam MLM dan Network Marketing, Anda menjual produk dan bisnis sekaligus.

Sekalipun Anda mau membangun downline, Anda tetap harus memperlakukan pelanggan sebagai pelanggan, sebab pelangganlah yang memberi Anda sales dan jaminan keuangan.

Tidak semua pelanggan tepat dijadikan partner bisnis. Dalam prakteknya, hanya 1 sampai 3 persen pelanggan yang akan menjadi partner bisnis Anda.

Seringkali, pelanggan yang potensial bahkan tidak membeli produk Anda. Sebab mereka sedang berfokus pada hal lain. Maka, ditunggu sajalah dengan sabar.

1 dari 10 orang yang Anda dekati mungkin akan membeli produk Anda. 9 sisanya tidak. Agar Anda bisa menjual kepada 10-nya, pakailah "sepatu" mereka. Pelajari sistem nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku mereka. Untuk itu, hindarilah kesan-kesan "menjual", generalisasi, sikap melebih-lebihkan, terlalu rumit, atau kebanyakan janji.

ART JONAK

Yang satu ini jagonya recruitment. Nasehatnya begini:

1. Selalulah menghadiri acara organisasi MLM atau Networking Anda.
2. Rekrut dan kembangkanlah leadership di jajaran downline Anda.
3. Kuncinya adalah keahlian. Makin banyak belajar, akan makin sukses Anda.
4. Saat prospek mengatakan "tidak", itu hanya masalah waktu. Apalagi, jika produk Anda ada hubungannya dengan kesehatan atau kecantikan. Bersabarlah.
5. Yakinkan dan informasikan bahwa Anda punya CD gratis tentang produk dan bisnis Anda.
6. Ketidaksuksesan Anda, biasanya tertutupi oleh berbagai alasan.
7. Tidak perlu berharap organisasi MLM atau Networking Anda sempurna.
8. Setiap leader, suksesnya disebabkan oleh kemampuan melewati masalah, bukan oleh banyaknya alasan.

HILTON JOHNSON

Hilton memberi nasehat tentang lima langkah dalam membuat janji untuk presentasi bisnis Anda:

1. Pilihlah target yang tepat dan berikan alasan Anda untuk bertemu, termasuk rencana prospecting Anda. Jangan membuat orang merasa tertipu.
2. Minta izin untuk bicara. Minta waktu yang tegas, satu menit, sepuluh menit, setengah jam dan sebagainya.
3. Berikan briefing perkenalan yang tidak berbau "jualan".
4. Nyatakan dengan taktis, "Jika Saya bisa menunjukkan sebuah bisnis rumahan yang berpeluang membuat Anda lebih sehat dan lebih sejahtera, kapan Anda mau memulainya?" Jika reaksi prospek Anda positif, lanjutkanlah dengan pertanyaan berikut:
5. Anda punya 10 jam waktu luang dalam seminggu? Apakah Anda suka bertemu dan berbicara dengan orang lain? Kami punya pelatihan yang lengkap, Anda suka mengikuti instruksi? Apakah tambahan penghasilan Rp 100.000,- sampai Rp 1.000.000,- sebulan bisa membantu Anda sekeluarga? Apa yang menurut Anda bisa memenuhi semua itu?

Setelah itu, tentukanlah waktu pertemuan Anda. Dan saat bertemu dengan prospek Anda, gunakanlah The Law of Attraction mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Temukan alasan Anda mengundangnya ke pertemuan Anda.
2. Tanyakan padanya tentang sasaran keuangan dan kesejahteraannya.
3. Dengarkanlah segala hal yang membuatnya tidak puas, dan apa yang membuatnya puas di dalam hidup dan karirnya.
4. Tanyakan padanya apakah ia tertarik, dan kapan ia mau memulainya.
5. Jelaskan tentang organisasi MLM atau Network Marketing Anda dan kredibilitasnya.
6. Jelaskan tentang produk Anda dan manfaatnya.
7. Jelaskan sistem kompensasi yang berlaku.
8. Jelaskan sistem pelatihan dan support system yang ada.
9. Buatlah ringkasan selama 60 detik, kemudian tanyakan, "bagaimana?" Jika mereka cukup puas tanyakan, "apakah Anda siap memulai?"

PETER PEARSON, Ph.D.

Peter adalah seorang psikolog. Risetnya menunjukkan bahwa seorang distributor MLM secara rata-rata hanya bisa membuat 1,7 orang mau menerjuni bisnis ini.

Saat seseorang merasa khawatir atau terancam, ia akan cenderung tidak mengambil tindakan. Bagaimana ini bisa terjadi?

Pertama, rasa was-was adalah sebuah respon yang terkondisi. Kedua, ada bagian di dalam otak manusia yang menyimpan pengalaman buruk. Dua hal ini, punya tujuan protektif agar terhindar dari "sakit" yang sama. Merasa tertipu oleh MLM atau Network Marketing misalnya.

Semua itu, menuntut keahlian Anda untuk menyuntikkan pikiran positif, open mind, dan emosi yang tepat ke dalam diri prospek Anda. Dan jika Anda yang mengalami ketakutan untuk mensponsori prospek Anda, itu tanda bahwa Anda masih kurang pengetahuan. Benahilah ketakutan dan kekurangtahuan Anda.

LISA JIMENEZ

Lihatlah upaya mengembangkan jaringan distributor dan downline, seperti orang tua melatih anak-anaknya.

1. Validasi sistem keyakinan dasar Anda, bahwa itu semua sesuai dan sejalan dengan bisnis Anda dan apakah Anda orang yang tepat, di waktu yang tepat, dan dalam bisnis yang tepat.
2. Singkirkan kekhawatiran Anda tentang kesuksesan Anda.
3. Singkirkan keyakinan negatif Anda tentang uang dan menjadi kaya.
4. Pilihlah prospek yang tepat.
5. Jadilah magnet dan bangunlah hubungan baik.
6. Lihatlah diri Anda sebagai seorang entrepreneur, yang akan menciptakan entrepreneur lain.
7. Gunakan berbagai contoh dan katalog dalam bentuk gambar.
8. Undanglah prospek Anda untuk melihat gambaran yang lebih besar, terlibatlah dalam diskusi pribadi dengan mereka, lakukan dream building bersama mereka, dan lekatkan bisnis Anda ke impian mereka.
9. Dalam waktu kurang dari 48 jam, berikan mereka pelatihan jika mereka memutuskan untuk bergabung. Kebanyakan orang sangat haus tentang leadership.
10. Tetap hargai mereka jika mereka menolak yang Anda tawarkan.

Anda tidak suka dengan MLM atau Network Marketing? Download eBook gratis "1.357 Peluang Usaha Non MLM" dengan bergabung di Milis Bicara.

Semuanya terserah Anda.

Saya Ingin Anda Sukses,
Saya Harus Membuat Anda Sukses.

Ikhwan Sopa
Trainer E.D.A.N.
021-70096855
http://milis-bicara.blogspot.com

Thursday, December 13, 2007

Nak, Selamat Ulang Tahun...


Nak,..

hari ini bertambah usiamu

empat tahun sejak kau hadir
hanya cinta yang engkau semaikan
dalam kalbu kami, Ayah Bunda-mu

senyum, tawa, bahkan tangismu
menambahkan kasih dan rindu
ingin mendekapmu dekat, selalu

nak,..
namamu adalah ungkapan do'a
agar setiap memanggilmu
Ayah, Bunda, kakakmu dan engkau sendiri
sadar akan Sang Esa
tujuan hidup paling hakiki,..Illahi Robbi
yang telah sempurna mengantarmu
kepada kami...

Khalila Humaira : "Putri tersayang dengan pipi kemerahan"

Karena kau,
kata sayang pun seakan kurang makna

cinta kasih kami, Ayah Bundamu
akan melingkupi hidupmu
berjalan melewati malam
hingga bersua fajar

Nak, selamat ulang tahun..

Untuk Anakku, Khalila Humaira Baso
Selamat hari ulang tahun ke-4
13 Desember 2007

Saturday, December 8, 2007

Jilbab Di Pelukan Bendera Amerika

Tulisan dibawah ini diambil dari milist urangsunda@yahoogro ups.com . Saya yakin tulisan ini tidak bermaksud untuk memojokkan satu kelompok atau negara dan meninggikan kelompok atau negara lain. Ini hanya sebatas kisah anak manusia di sepenggalan perjalanan hidupnya.

Jilbab Di Pelukan Bendera Amerika.
Oct 19, '07 12:42 PM
for everyone

(Catatan suka-duka dunia kerja di USA)

Menapakkan kaki yang entah ke berapa puluh kalinya di sana – selalu ada rasa itu. Rasa yang sulit untuk dijabarkan seperti ketika membaca tulisan Office of the Immigration Judge tertatah di marmer hitam itu. Marmer dingin itu pernah aku duduki sampai petugas keamanan menghampiriku, melarangku duduk di sana. Tersipu malu ketika menyadarinya, dengan kata maaf kuseret tas kerjaku dan pindah duduk ke kursi taman. Beberapa perahu cantik dengan tenang melintas di sungai besar di tepi gedung pengadilan imigrasi Miami di pojokan One River View Square itu, seolah tak perduli pada sibuknya wajah-wajah lalu lalang yang silih berganti melewati pintu penjagaan. Wajah-wajah itu tak beda banyak dengan wajahku, berkulit coklat hangat - juga seperti kulitku. Wajah-wajah Hispanic seperti wajah-wajah anak negeriku itu terasa begitu dekat di hati.

Kuhabiskan Cuban coffee yang kubeli dari café di dalam ruang tunggu dan kulirik jam tanganku. Sudah waktunya untuk masuk ke ruang sidang. Di lantai tujuh ada satu ruang besar khusus untuk para penerjemah, tapi setiap aku menengok ke ruangan itu selalu saja gelap dan sepi. Akupun jadi lebih suka menunggu di luar gedung pengadilan di tepian sungai sambil minum kopi khas Miami dan memandangi perahu yang lewat, melamun dan mereka-reka apa kiranya kasus yang akan disidangkan pada hari itu.

Kebanyakan kasus orang Indonesia adalah over stay karena masa berlaku visa yang sudah kadaluwarsa. Banyak orang yang bertahan untuk berada di Amerika sampai melewati batas waktu yang diberikan. Krisis moneter yang menggoncang ibu pertiwi beberapa tahun silam adalah salah satu penyebab utama kenekatan mereka. Banyak yang mati-matian mempertahankan kenyamanan bekerja di negeri Paman Sam ini meski itu secara illegal. Meski itu harus kucing-kucingan dengan FBI dan petugas negara lainnya. Akibatnya, ketika harus duduk di ruang pengadilan imigrasi, sebagian besar dari mereka dideportasi karena melanggar hukum dan aturan yang berlaku di negeri ini.

Untuk menghindari kemungkinan dipulangkan itu, banyak yang meminta suaka politik dengan mengacu pada rentetan tragedi 1998 antara lain pemerkosaan wanita-wanita keturunan Cina, pembakaran gereja-gereja, diskriminasi terhadap kaum minoritas, penembakan mahasiswa universitas Trisakti dan reformasi yang mengawali lengsernya kepemimpinan pemerintah orde baru.

Sementara itu dari sudut Amerika sendiri tragedi 911 telah meluluh lantakkan kepercayaan Amerika pada dunia luar dan khususnya pada negara-negara berbasis Islam. Bila keadaan ini dihubungkan dengan politik luar negeri dan situasi keamanan Indonesia, maka peristiwa pemboman yang beruntun dari bom di Bali, bom di hotel Marriott, bom di kedutaan Australia, dan bom di Bali yang lebih besar lagi – dan entah daftar perilaku kebiadaban yang menewaskan orang tak bersalah yang mana lagi - mengakibatkan negeriku masuk daftar 25 negara yang dicurigai sebagai "sarang" teroris. Sungguh fakta sejarah kelabu negeriku yang menyesakkan hati.

Pemikiranku tentang kekalutan politik Indonesia dan terorisme langsung lenyap ketika mataku tertuju pada kursi di sebelah kursi pengacara. Seorang wanita muda, kurus kecil dan tampak pucat sepucat jilbabnya, duduk di kursi itu. Kepalanya tertunduk memandangi jari-jarinya yang berkaitan satu dengan lainnya. Dari bahasa tubuhnya yang resah dan gelisah, ia kelihatan takut dan tak nyaman duduk di kursi kulit warna merah marun gelap dan berada di ruangan pengadilan yang dingin itu.

"Nama saya Neneng, asal dari Cianjur. Usia tujuhbelas tahun. Orang tua saya miskin dan tidak punya pekerjaan. Waktu saya umur 12 tahun saya dijual oleh orang tua saya kepada tetangga dengan bayaran limapuluh kilogram beras. Lalu saya dibawa ke agen tenaga kerja di Jakarta. Setelah training bahasa Arab dan pekerjaan rumah tangga lainnya saya dikirim ke Arab Saudi untuk menjadi pembantu sebuah keluarga dengan lima anak kecil-kecil. Tadinya saya senang karena saya kira saya akan punya kesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Tapi ternyata majikan saya mendapat pekerjaan di sini maka sayapun dibawa ke negeri ini."

Ruangan hening. Semua pertanyaan dari hakim dijawabnya dengan suaranya yang pelan dan terdengar gemetaran.

"Majikan saya punya adik yang berdekatan apartemennya. Mereka juga punya anak lima yang seusia dengan anak-anak majikan saya. Tiap hari mereka datang ke apartemen kami, dan saya harus mengasuh dan menjaga semuanya. Total sepuluh anak. Kalau ada anak yang berkelahi, jatuh atau terluka, maka saya dipukuli, ditendang, atau ditampar oleh majikan saya. Kadang pakai sepatu, pakai kayu, pakai tangan atau apa saja yang bisa dipukulkan ke badan saya. Kadang anak-anaknya juga memukuli saya, meniru ibunya. Sampai akhirnya saya tidak tahan lagi dan waktu mereka tidur saya lari ke masjid di dekat apartemen mereka."

Suara Neneng putus-putus menahan isak. Sesekali ia mengambil nafas kala suaranya mulai menyesak di lehernya, dan berulangkali mengusap mata basahnya
dengan ujung jilbab putihnya.

"Dan di masjid itu kamu bertemu dengan istri bapak ini?" Tanya hakim seraya menunjuk pada seorang lelaki setengah baya, dokter anak dari Mesir - yang duduk di bangku panjang di belakang ruangan, mengikuti jalannya persidangan dengan tenang.

"Ya. Dan istri bapak ini membawa saya ke rumahnya, dan sampai sekarang saya tinggal bersama mereka dan belum kembali ke rumah majikan saya. Saya takut kembali ke sana lagi. Saya takut dipukuli lagi. Saya tahu saya salah karena melarikan diri dari rumah majikan saya. Saya mau dihukum penjara, tapi tolong jangan kembalikan saya pada majikan saya." Tanpa bisa dihentikan, Neneng menangis tergugu. Hakim sesaat terpaku sebelum memberikan waktu istirahat setengah jam, lalu menyelinap ke luar ruang sidang.

Neneng adalah wajah dalam cermin kemiskinan negeriku. Refleksi bayangan ketidakmampuan bangsaku untuk mengayominya dan keluarganya. Ekonomi carut marut negara memaksa anak sebelia itu untuk jadi tenaga kerja di negeri orang. Tanpa digaji, malah disiksa. Ternyata jiwa perbudakan di mana-mana masih juga ada! Pikiran Neneng sangat sederhana. Yang dia tahu orang tuanya sudah melakukan transaksi jual beli atas dirinya. Ada sebersit harapan sewaktu datang ke Arab Saudi untuk bisa menunaikan ibadah haji. Meski seumur hidup hanya sekali. Menginjakkan kakinya di tanah suci adalah hal yang sungguh tak ternilai dalam hidupnya. Dan bila ketidakmengertiannya bahwa kepergiannya ke Arab Saudi itu tak ada hubungannya dengan naik haji karena ia adalah pembantu rumah tangga yang tak punya hak diri, itu tanggung jawab siapa?

Negeriku adalah negeri yang konon bangga dengan jumlah Muslimnya yang terbesar di dunia. Tapi apakah jumlah itu punya daya, mampu memberikan hak dan perlindungan pada anak-anak seperti Neneng dan jutaan Neneng lainnya? Aku tercenung lama dan terbersit tanya, kapan negeriku yang gemah ripah loh jinawi bisa memberikan ketentraman pada anak-anak bangsanya sendiri, sehingga tak perlu mereka mencari dan mengais rejeki di negeri orang. Sebagai anak bangsa Indonesia aku sungguh malu. Tapi sesungguhnya adakah pilihan itu? Andaipun ada, Neneng tak pernah memiliki pilihan itu.

Amerika tak bisa dipungkiri - adalah negara yang dibenci banyak negara lain di dunia. Ia dikutuk! Dihujat! Dimaki! Tapi seiring dengan itu Amerika juga adalah bangsa yang dicintai, perlindungan dan keamanannya dicari, stabilitas ekonominya diingini. Dan dengan seribu satu macam alasan dan tujuan, manusia dari seluruh penjuru dunia berlomba untuk hijrah ke negara ini. Dan rasa yang kulihat di wajah-wajah bertaburan keluar masuk di pintu pengadilan imigrasi itu adalah rasa yang berkecamuk antara harapan untuk menetap, bekerja keras dan berpenghidupan yang lebih baik di Amerika atau harus pulang dan tak tahu kehidupan apa yang menanti di negara asalnya masing-masing.

Kasus Neneng, bukanlah kasus di mana orang yang ketahuan overstay lalu minta suaka dengan merekayasa cerita tentang kebobrokan bangsa atau kebiadaban manusia di tanah air. Kasus Neneng bukanlah kasus di mana dia ingin mendapatkan green card dan visa kerja di Amerika – sementara apa itu green card dan apa itu social security Neneng tak pernah tahu dan dengar. Kasus Neneng, adalah akibat penjajahan kemiskinan dan kebodohan yang makin merajalela di negerinya, yang juga adalah negeriku. Dan Amerika pun dengan tulus memunguti serpihan luka yang berhamburan di benuanya ini dan melindungi Neneng ini dan Neneng-Neneng lainnya dalam rengkuhan senyum tipis Lady Liberty yang bersahaja tapi sarat makna: Give me your tired, your poor…

Hakim kembali ke ruang sidang siap dengan keputusannya, atas nama negara Amerika. Kudengar suara lembut keibuannya yang tak pernah kubayangkan akan terdengar dari sidang pengadilan seperti ini ketika Neneng memberikan persetujuannya dijadikan anak negara. Neneng diberi hak untuk bersekolah dengan biaya negara, diberikan pekerjaan dengan gaji minimum, mendapat tempat tinggal, diberi jaminan pelayanan kesehatan seumur hidupnya. Dan Neneng diberi kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. Terdengar dokter Mesir itu membisikkan puji syukur, "Allahu Akbar" .

Sore itu, sementara menunggu taksi untuk kembali ke bandara udara, dengan hati menyesak rindu pada kampung halaman kuguratkan tulisan di lembar kertas kuning lagu yang kuingat sebagai penutup acara televisi di masa kecilku, "Tanah airku Indonesia . Negeri elok amat kucinta. Tanah tumpah darahku yang mulia. Yang kupuja sepanjang masa. Tanah airku aman dan makmur. Pulau kelapa yang amat subur. Pulau melati pujaan bangsa sejak dulu kala… " dari tempat dudukku di tepian sungai di sudut One River View Square.

Dan Neneng, sekuntum melati bangsaku yang tak pernah hidup dalam negeri yang aman dan makmur itu kini jauh dari Indonesia, negeri elok yang hanya ada dalam lagu penutup acara di tivi itu. Hari ini dan hari esoknya bergantung pada belas kasih dan perlindungan negara ini. Ketika kulihat taksiku datang aku segera beranjak. Sekilas kuletakkan tanganku di marmer hitam di depan gedung pengadilan imigrasi itu. Dan bayangan wajah bercahaya Neneng yang berjilbab putih mengenakan toga dan merengkuh selembar diploma di tangannya, dengan latar belakang bendera Amerika - melintas di mataku yang mulai berembun.