Friday, October 5, 2007

Menggadaikan "Cinta" untuk Yang Tercinta

Lelaki itu menatap bangunan di depannya dengan wajah gamang. Ia menghela nafas, lalu memandangi sesuatu yang ada di genggamannya. Dengan seksama ia mengamati barang di tangannya itu, seolah sesuatu yang amat berharga. Sekali lagi ia menarik nafasnya, memejamkan mata sebentar, kemudian melangkah masuk ke pintu bangunan.


Beberapa saat berlalu, dan Yudi (25), nama lelaki itu, keluar dari pintu pegadaian dengan kepala tertunduk. Ayah satu anak ini tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya karena harus merelakan cincin kawinnya digadaikan di Pegadaian Pasar Senen. Ia terpaksa melakukan hal itu demi mendapatkan uang untuk berlebaran nanti. “Lebaran nanti keperluan banyak,“ ujarnya lirih.

Ia menuturkan, gaji sebagai penjaga loket di Ancol tidak mencukupi, sementara THR-nya baru keluar seminggu setelah Lebaran. Padahal kebutuhan untuk berlebaran harus segera dibeli. Ia merencanakan menggunakan uang hasil gadai untuk membeli pakaian istri dan anaknya yang baru berumur tiga bulan.

Ia tidak tega membiarkan istrinya berlebaran tanpa pakaian baru, karena saudara dan tetangga lainnya sudah berulang kali mengajak istrinya itu berbelanja. "Selama ini jawaban yang kami berikan adalah menunggu THR. Tapi yang ditunggu itu ternyata baru muncul nanti," katanya.

Namun Yudi sedikit kecewa lantaran cincin emas seberat lima gram yang digadaikan hanya ditaksir Rp350 ribu. ”Tapi mau bagaimana lagi, cuma itu yang bisa digadai. Yah, mudah-mudahan cukup,” ujarnya dengan nada rendah. Uang itu pun dilipatnya dan dimasukkan ke dalam kantong celana jins-nya yang robek.

Yudi mengaku tindakannya itu atas sepengetahuan istrinya. ”Istri sudah setuju. Ini kan buat keperluan dia juga,” ujarnya sambil tersenyum kecut. Mereka berencana akan menebus kembali simbol ikatan cinta itu kelak setelah THR-nya keluar.

Mendekati hari Lebaran, pegadaian memang menjadi salah satu tujuan bagi mereka yang membutuhkan uang. Tak bisa dipungkiri, sebagian masyarakat kita memang masih hidup kekurangan. Sementara meniadakan hal-hal yang sudah menjadi "tradisi" Lebaran kadang sulit dilakukan.

Karena di hari Lebaran-lah satu-satunya kesempatan untuk pulang ke kampung halaman bagi sementara orang. Tak jarang pula Lebaran jadi satu-satunya momen untuk membeli baju baru, karena di luar itu tidak ada lagi uang yang ada, atau diusahakan ada.

Dan di waktu seperti inilah pegadaian menjadi tempat orang "memasrahkan" barang-barangnya. Tempat di mana beberapa orang terpaksa menggadaikan "cintanya" demi yang tercinta, seperti Yudi yang masih menerawang melihat jari manisnya yang kini polos.

Penulis : M2

Thursday, October 4, 2007

Bantah Fitnah, PKS Keluarkan Bayan

PKS akhirnya mengambil sikap setelah menghadapi berbagai fitnah dan tuduhan yang kerap diarahkan kepada partai dakwah itu. Dalam bayan (keterangan) yang berjudul “Risalah untuk mengokohkan ukhuwwah dan Ishlah”, PKS menyatakan prihatin terhadap fitnah yang belakangan gencar dilakukan oleh oknum tertentu terhadap para kader dan PKS sebagai organisasi politik sekaligus dakwah.

“DPP PKS prihatin dengan masih terus disebarkannya beragam informasi yang tidak bertanggung jawab seperti pengedaran selebaran/fotokopian yang mengatasnamakan DPD/DPP PKS, juga melalui ceramah/pengajian yang bisa menjadi fitnah terhadap PKS, dan dapat mengganggu iklim ukhuwah yang sedang dijalin serta ikhawatirkan dapat mengurangi kekhusuan beribadah puasa, ” demikian bunyi salah satu kalimat dalam bayan tersebut.

Dalam hal ini, DPP PKS menyampaikan klarifikasi bahwa pihaknya tidak sama dengan apa yang dilakukan kelompok yang disebut sebagai Wahabi. Disebutkan, PKS sangat menghormati perbedaan furuiyah dan mengedepankan ukhuwwah dan memahami bahwa ikhtilaf ijtihad bisa menjadi rahmat.

Dengan tinta tebal, bayan tersebut menuliskan “Karenanya melakukan tabdi' (membid'ahkan) dan takfir (mengkafirkan) para ulama apalagi para Wali songo yang sangat berjasa itu bukanlah Manhaj PKS yang menganut Ahlus Sunnah WaI Jama'ah.

Karenanya PKS tidak pernah mengeluarkan surat edaran yang berisi hujatan maupun pengharaman terhadap peringatan Maulid, Tahlilan, Barzanji yang dilakukan oleh ummat Islam di Indonesia penganut Ahlul Sunnah Wal jamaah. ”

Pernyataan ini, menurut PKS dilatarbelakangi karena ada sejumlah fotokopi surat edaran yang mengatas namakan DPP atau DPD tanpa ada yang menandatanganinya dan menggunakan kop yang berbeda itu adalah palsu dan merupakan fitnah terhadap PKS.

Sebagai jawabannya, disebutkan pula bahwa kader PKS seperti Nur Mahmudi Ismail yang juga adalah Walikota Depok, menyelenggarakan peringatan Maulid dengan penceramah K. H Zainuddin MZ dan Habieb Rizieq Shihab.

Poin kedua, dijelaskan bahwa PKS dalam melakukan aktifitasnya selalu mementingkan pengamalan prinsip tasamuh dan ta'awun dan berorientasi kepada khidmatul ummah dengan tetap menghormati kekhasan dari masing-masing organisasi maupun pilihan hasil ijtihadnya, selama ia memang mempunyai rujukan di dalam AI-Quran, Assunnah maupun mazhab ahlu sunnah wal jamaah.

Terlebih disadari pula bahwa banyak kader dan simpatisan PKS berasal dari berbagai macam latar belakang ormas keagamaan, seperti dari NU, Muhammadiyah. DDII, Persis, PUI, Hidayatullah dan lain-lain.

Karena itu ditegaskan dalam bayan tersebut, PKS tidak akan pernah mengeluarkan doktrin untuk mengambil alih apalagi menguasai asjid, jadwal Khotib, Rumah Sakit, Sekolah atau amal usaha milik organisasi lain. PKS bahkan menginstruksikan kepada seluruh kademya untuk membantu ummat yang menjadi korban gempa di Yogjakarta dan lain-lain dengan berkomunikasi dengan para donatur untuk membangunkan/membangun kembali Masjid-masjid yang diwakafkan misalnya kepada Muhammadiyah di Prambanan.

Bayan ini juga membantah adanya sekolah maupun radio partai yang menyampaikan takfir (mengkafirkan) dan membid’ahkan Wali Songo, terlebih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.

Pada poin terakhir, keterangan yang ditandanani oleh H. Tifatul Sembiring selaku Presiden Partai dan DR. Surahman Hidayat selaku Ketua Dewan Syariah Pusat PKS, menyebutkan pihaknya seperti juga organisasi yang lain, bukanlah kelompok yang ma'shum. Tapi hanyalah sekumpulan manusia yang bisa melakukan kesalahan. Karena itu, bila ternyata kebijakan partal tetapi di lapangan dinilai telah menimbulkan masalah di tengah sebagian ummat, PKS menyampaikan mohon maaf lahir dan bathin.

“PKS tetap berkomitmen untuk mendengar serta menerima nasihat. Agar terjadi ishlah, agar ukhuwwah Islamiyah dapat terjaga guna menguatkan ukhuwwah wathoniyah dan ukhuwwah basyariyah, ” tulis PKS sambil mengakhiri pernyataannya dengan harapan agar NKRI yang berdaulat menjadi jaya di tengah persaingan global.(Lili)

Wednesday, October 3, 2007

Menangislah Untuk Ramadhan Yang Kan Hilang

Nak, menangislah,

Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubarimu. Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan, dan tadarus quranmu tak juga beranjak pada juz empat. Jika itu adalah ungkapan penyesalanmu. Jika itu merupakan awal tekadmu untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lailmu yang centang perentang (ah, pasti kamu masih ingat obrolan tadi siang ketika dengan senyum manisnya teman ruanganmu berucap, "alhamdulillah tarawihku belum bolong. " dan kamu merasa ada malaikat yang menjauh darimu dan pindah padanya. Kamu merasa sendiri, terasing.)

Menangislah,

Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa ada satu hamba Allah yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena. Yang katanya berdoa sejak dua bulan sebelum ramadhan, yang katanya berlatih puasa semenjak rajab, yang katanya rajin mengikuti taklim tarhib ramadhan, tapi..., tapi sampai puasa hari ke dua puluh satu masih juga menggunjingkan kekhilafan teman ruanganmu, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunnah... Bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.

Menangislah, lebih keras...

Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kamu masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa kurang dari sepuluh. Tak ada yang dapat menjamin usiamu sampai untuk Ramadhan besok, sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang, bersama nostalgia yang terus tumbuh bersama usiamu. Setengah sadar menatap hidangan saat sahur, kolak-es buah yang tersaji saat berbuka, menyusuri gang sempit saat tadarus keliling, petasan dan kembang api yang disulut usai subuh. Ramadhan yang selalu membuka ingatan masa kecilmu dan terus terulang mengisi tahun-tahun kedewasaan.. .

Menangislah,

Untuk dosa-dosa yang belum juga diampuni, tapi kamu masih juga menambahi dengan dosa baru. Berapa kali kamu sholat taubat, tetapi tak lama kemudian ada saja kelalaian yang kamu buat? Kamu bilang tak sengaja? Tapi mengapa berulang dan tak juga kamu mengambil pelajaran? Syarat taubatan nasuha adalah bertekad tidak mengulanginya lagi dan bukannya bertobat sambil berucap 'kalau kejadian lagi, yaa taubat lagi'...

Menangislah,

Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Karena besok waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah sepuluh hari terakhir dan kamu belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar-lembar quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan keping-lembar mata uang menunggu disalurkan. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...

Oleh : Abdul Rozak