Friday, July 22, 2005

Perjalanan Ruh Manusia Setelah Matinya

Berikut hadits yang penuh berisi nasehat bagi orang yang mau memikirkannya.

Dari Al-Bara' bin 'Azib, dia berkata:"Kami keluar bersama Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Salam (mengantarkan) jenazah seorang laki-laki Anshar. Kemudian kami sampai di kuburan, tetapi belum dibuatkan lahd*1). Maka Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Salam duduk, dan kami duduk di sekitar beliau. Seolah-olah di atas kepala kami (hinggap) burung *2). Ditangan beliau terdapat kayu yang beliau pukulkan ketanah sampai berbekas.

Lalu beliau mengangkat kepalanya, kemudian bersabda:"Berlindunglah kepada Allah dari siksa kubur!",-dua kali atau tiga kali- kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin, saat akan meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turun kepadanya malaikat-malaikat dari langit, wajah-wajah mereka putih, wajah-wajah mereka seolah-olah matahari. Mereka membawa kafan dari kafan-kafan sorga, dan hanuth *3)dari hanuth sorga. Sehingga para malaikat itu duduk dari hamba yang mukmin itu sejauh mata memandang.

Dan datanglah malakul maut 'alaihis salam *4) sehingga dia duduk dekat kepalanya, lalu berkata: "Wahai nafs (jiwa; ruh; nyawa) yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaanNya!". Maka nyawa itupun keluar, ia mengalir sebagaimana tetesan air mengalir dari mulut qirbah (wadah untuk menyimpan air yang terbuat dari kulit), lalu malakul maut itu memegangnya.

Setelah malakul maut itu memegangnya, mereka (para malaikat yang berwajah putih itu) tidak membiarkan nyawa itu -sekejap mata di tangannya, mereka mengambilnya, dan meletakkannya pada kafan sorga itu. Dan keluarlah darinya bau misk yang paling wangi yang dio dapati di atas bumi.

Kemudian mereka naik membawa nyawa tersebut. Tidaklah mereka melewati sekelompok para malaikat, kecuali sekelompok malaikat itu bertanya:"Ruh siapakah yang baik ini?". Mereka menjawab:"Si Fulan anak Si Fulan", dengan nama terbaik yang dia dahulu diberi nama di dunia. Sehingga mereka membawa nyawa itu sampai ke langit dunia. Kemudian mereka minta dibukakan untuk nyawa tersebut. Maka langit dunia dibukakan untuknya.

Kemudian para penghuni pada tiap-tiap langit mengiringi nyawa itu sampai ke langit yang selanjutnya. Sehingga membawa nyawa itu berakhir ke langit yang ke tujuh. Lalu Allah 'Azza wa Jalla berfirman:"Tulislah kitab (catatan) hambaku di dalam 'iliyyin *5), dan kembalikanlah dia ke bumi. (Karena sesungguhnya dari bumi Kami telah menciptakan mereka,dan darinya Kami akan mengeluarkan mereka, pada waktu yang lain. Maka ruhnya dikembalikan) *6) di dalam jasadnya.

Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya:
# Kedua malaikat itu bertanya:"Siapakah Rabbmu?"
# Dia menjawab:"Rabbku adalah Allah".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Apakah agamamu?"
# Dia menjawab:"Agamaku adalah Al-Islam".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?"
# Dia menjawab:"Beliau utusan Allah".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Apakah ilmumu?"
# Dia menjawab:"Aku membaca kitab Allah, aku mengimaninya dan membenarkannya".

Maka seorang penyeru dari langit berseru:"HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari sorga, (dan berilah dia pakaian dari sorga) *7), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga.

Maka datanglah kepadanya bau sorga dan wanginya sorga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang.

Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan:"Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan(kebaikan)". Maka ruh orang mukmin itu bertanya kepadanya:"Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?" Dia menjawab:"Aku adalah amalmu yang shalih". Maka ruh itu berkata:"Rabbku tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istri dan hartaku".

Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir, pada saat akan meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turun kepadanya malaikat-malaikat yang memiliki wajah-wajah hitam.

Mereka membawa pakaian-pakaian dari rambu, sehingga duduk darinya sejauh mata memandang.

Kemudian datanglah malakul maut, sehingga dia duduk di dekat kepalanya, lalu berkata:"Wahai nafs (jiwa; ruh; nyawa) yang jahat, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahannya!". Maka nyawa itupun bercerai-berai di dalam jasadnya. Maka malakul maut mencabutnya, sebagaimana dicabutnya saffud *8) dari wol yang basah. Lalu malakul maut itu memegangnya.

Setelah malakul maut memegangnya, mereka (para malaikat yang berwajah hitam itu) tidak membiarkan nyawa itu -sekejap mata- di tangannya, sehingga mereka mengambilnya, dan meletakkannya pada pakaian dari rambut itu. Dan keluarlah darinya seperti bangkai yang paling busuk yang didapati di atas bumi.

Kemudian mereka naik membawa nyawa tersebut. Tidaklah mereka melewati sekelompok para malaikat kecuali sekelompok para malaikat itu bertanya:"Ruh siapakah yang jahat ini?". Mereka menjawab:"Si Fulan anak si Fulan", dengan nama terburuk yang dia dahulu diberi nama di dunia. Kemudian minta dibukakan, tetapi langit di dunia tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Salam membaca: "Sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum." (QS. Al-A'raf:40)

Lalu Allah 'Azza wa Jalla berfirman:"Tulislah kitab (catatan) hambaku di dalam sijjin", *9) di bumi yang bawah, kemudian nyawanya dilempar dengan keras.

Kemudian Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Salam membaca: "Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (QS: Al Hajj:31)

Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya:
# Kedua malaikat itu bertanya:"Siapakah Rabbmu?"
# Dia menjawab:"Hah, hah, aku tidak tahu".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Apakah agamamu?"
# Dia menjawab:"Hah, hah, aku tidak tahu".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?"
# Dia menjawab:"Hah, hah, aku tidak tahu".

Maka seorang penyeru dari langit berseru:"Hambaku telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka".

Maka datanglah kepadanya panasnya neraka dan asapnya. Dan kuburnya disempitkan atasnya, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.

Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan:"Terimalah kabar dengan apa yang menyusahkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (keburukan)".

Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya:"Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?" Dia menjawab:"Aku adalah amalmu yang buruk". Maka ruh itu berkata:"Rabbku, janganlah engkau tegakkan hari kiamat".

(HR. Ahmad, dishahihkan Syaikh Al-Albani di dalam Ahkamul Janaiz dan Shahih Al-Jami' no:1672)

Note:
1). Celah yang ada pada kiblat kubur sebagai tempat mayit.
2). Di dalam perkataan ini terdapat isyarat diam di saat penguburan, tidak mengeraskan dzikir-dzikir, dan berteriak dengan tahlil (perkataan: Allahu Akbar), maka renungkanlah.
3). Minyak wangi khusus yang dicampur untuk mayit, memiliki aroma yang wangi.
4). Banyak orang menamakannya Izra'il, namun itu tidak ada dalilnya.
5). Dari kata 'a-'uluw (tinggi),ada juga yang mengatakan: itu adalah langit ke tujuh, dan disanalah ruh-ruh kaum mukminin.
6). Dalam kurung ini tidak terdapat di dalam kitab berbahasa Arab yang kami terjemahkan: Al-Maut, karya Syaikh Ali bin Hasan, tetapi ada di dalam kitab asalnya, Ahkamul Janaiz karya Syaikh Al-Albani, dan terdapat di dalam lafazh hadits imam Ahmad di dalam Musnadnya, maka kamipun menuliskannya.
7). Lihat fone note sebelum ini.
8). Gancu; besi-besi bercabang yang dibengkokkan (ujungnya)
9). Yakni: penjara dan tempat yang sempit.

Dikutip dari Majalah As-Sunnah Hal 07, Edisi 02/Tahun VIII/1425H/2004M

Thursday, July 21, 2005

Soe Hok Gie

Beberapa minggu belakangan ini ada sebuah film tentang anak muda yang menampilkan genre yang agak lain dari biasanya kita lihat, baik di layar lebar maupun di TV lewat sinetron. Biasanya film-film tentang anak muda atawa remaja selalu menggusung ide yg hampir seragam (kalo' ga mo dibilang sama!), yaitu cinta, hura-hura, mobil mewah, pergaulan bebas..dsb, yang sudah pasti ga memberi masukan apa-apa buat yang menyaksikan. Cuma parade kosong orang-orang yang berlagak. Titik.

GIE, film yang juga berbicara/bercerita tentang seorang anak muda (mahasiswa UI) aktivis, dengan ide-ide idealisnya yang dituangkan kedalam tulisan-tulisan, kejujuran, keberanian, ketegasan...khas anak muda,...serasa membawa suasana baru untuk genre film remaja.

Mungkin karena GIE ini diambil dari kisah nyata seorang demonstran, sehingga cara bertuturnya pun tidak memberikan keleluasaan penuh kepada sutradaranya untuk bermain-main dengan impian-impian kosong, sebagaimana yang ditawarkan oleh film/sinetron yang ada sekarang.

Mudah-mudahan keberanian, kejujuran Soe Hok Gie yang sebenarnya bisa dicontoh oleh kaum muda/remaja kita, meski hanya dari sepotong kisah pendek di film GIE. Semoga mendorong para muda/remaja untuk mencari tahu lebih detail tentang Gie ini lewat buku-buku dan tulisan-tulisannya. Salut untuk Riri Reza.

Film GIE ini sendiri terinspirasi dari buku Catatan Seorang Demonstran (CSD), yang merupakan catatan harian seorang aktivis muda angkatan '66, Soe Hok Gie.

Dibawah ini adalah kutipan kata pengantar dari buku CSD (terbitan LP3ES) oleh Arief Budiman, yang juga kakak kandung Soe Hok Gie.


Tulisan Arief Budiman sebagai pengantar dalam buku
Catatan Seorang Demonstran edisi 1983

Ada dua hal yang membuat saya sulit untuk menulis tentang almarhum adik saya, Soe Hok Gie. Pertama, karena terlalu banyak yang mau saya katakan, sehingga saya pasti akan merasa kecewa kalau saya menulis tentang dia pada pengantar buku ini. Kedua, karena bagaimanapun juga, saya tidak akan dapat menceritakan tentang diri adik saya secara obyektif. Saya terlalu terlibat di dalam hidupnya. Karena itu, untuk pengantar buku ini, saya hanya ingin menceritakan suatu peristiwa yang berhubungan dengan diri almarhum, yang mempengaruhi pula hidup saya dan saya harap, hidup orang-orang lain juga yang membaca buku ini.

Saya ingat, sebelum dia meninggal pada bulan Desember 1969, ada satu hal yang pernah dia bicarakan dengan saya. Dia berkata, "Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan yang sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi apa sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Apa ini bukan semacam onani yang konyol? Kadang kadang saya merasa sungguh-sungguh kesepian".

Saya tahu, mengapa dia berkata begitu. Dia menulis kritik-kritik yang keras di koran-koran, bahkan kadang-kadang dengan menyebut nama. Dia pernah mendapat surat-surat kaleng yang antara lain memaki-maki dia sebagai "Cina yang tidak tahu diri, sebaiknya pulang ke negerimu saja". Ibu saya sering gelisah dan berkata: "Gie, untuk apa semuanya ini. Kamu hanya mencari musuh saja, tidak mendapat uang". Terhadap ibu dia Cuma tersenyum dan berkata "Ah, mama tidak mengerti".

Kemudian, dia juga jatuh cinta dengan seorang gadis. Tapi orangtuanya tidak setuju mereka selalu dihalangi untuk bertemu. Orangtua gadis itu adalah seorang pedagang yang cukup kaya dan Hok Gie sudah beberapa kali bicara dengan dia. Kepada saya, Hok Gie berkata: "Kadang-kadang, saya merasa sedih. Kalau saya bicara dengan ayahnya si..., saya merasa dia sangat menghargai saya. Bahkan dia mengagumi keberanian saya tanpa tulisan-tulisan saya. Tetapi kalau anaknya diminta, dia pasti akan menolak. Terlalu besar risikonya. Orang hanya membutuhkan keberanian saya tanpa mau terlibat dengan diri saya".

Karena itu, ketika seorang temannya dari Amerika menulis kepadanya: "Gie seorang intelektual yang bebas adalah seorang pejuang yang sendirian, selalu. Mula-mula, kau membantu menggulingkan suatu kekuasaan yang korup untuk menegakkan kekuasaan lain yang lebih bersih. Tapi sesudah kekuasaan baru ini berkuasa, orang seperti kau akan terasing lagi dan akan terlempar keluar dari sistem kekuasaan. Ini akan terjadi terus-menerus. Bersedialah menerima nasib ini, kalau kau mau bertahan sebagai seorang intelektual yang merdeka: sendirian, kesepian, penderitaan". Surat ini dia tunjukkan kepada saya. Dari wajahnya saya lihat dia seakan mau berkata: Ya, saya siap.

Dalam suasana yang seperti inilah dia meninggalkan Jakarta untuk pergi ke puncak gunung Semeru. Pekerjaan terakhir yang dia kerjakan adalah mengirim bedak dan pupur untuk wakil-wakil mahasiswa yang duduk di parlemen, dengan ucapan supaya mereka bisa berdandan dan dengan begitu akan tambah cantik di muka penguasa. Suatu tindakan yang membuat dia tambah terpencil lagi, kali ini dengan beberapa teman-teman mahasiswa yang dulu sama-sama turun ke jalanan pada tahun 1966.

Ketika dia tercekik oleh gas beracun kawah Mahameru, dia memang ada di suatu tempat yang terpencil dan dingin. Hanya seorang yang mendampinginya, salah seorang sahabatnya yang sangat karib. Herman lantang. Suasana ini juga yang ada, ketika saya berdiri menghadapi jenazahnya di tengah malam yang dingin, di rumah lurah sebuah desa di kaki Gunung Semeru.

Jenazah tersebut dibungkus oleh plastik dan kedua ujungnya diikat dengan tali, digantungkan pada sebatang kayu yang panjang, Kulitnya tampak kuning pucat, matanya terpejam dan dia tampak tenang. Saya berpikir:"Tentunya sepi dan dingin terbungkus dalam plastik itu".

Ketika jenazah dimandikan di rumah sakit Malang, pertanyaan yang muncul di dalam diri saya adalah apakah hidupnya sia-sia saja? Jawabannya saya dapatkan sebelum saya tiba kembali di Jakarta. Saya sedang duduk ketika seorang teman yang memesan peti mati pulang. Dia tanya, apakah saya punya keluarga di Malang? Saya jawab "Tidak. Mengapa?" Dia cerita, tukang peti mati, ketika dia ke sana bertanya, untuk siapa peti mati ini? Teman saya menyebut nama Soe Hok Gie dan si tukang peti mati tampak agak terkejut. "Soe Hok Gie yang suka menulis di koran?", dia bertanya. Teman saya mengiyakan. Tiba-tiba, si tukang peti mati menangis. Sekarang giliran teman saya yang terkejut. Dia berusaha bertanya, mengapa si tukang peti mati menangis, tapi yang ditanya terus menangis dan hanya menjawab " Dia orang berani. Sayang dia meninggal".

Jenazah dibawa oleh pesawat terbang AURI, dari Malang mampir Yogya dan kemudian ke Jakarta. Ketika di Yogya, kami turun dari pesawat dan duduk-duduk di lapangan rumput. Pilot yang mengemudikan pesawat tersebut duduk bersama kami. Kami bercakap-cakap. Kemudian bertanya, apakah benar jenazah yang dibawa adalah jenazah Soe Hok Gie. Saya membenarkan. Dia kemudian berkata: "Saya kenal namanya. Saya senang membaca karangan-karangannya. Sayang sekali dia meninggal. Dia mungkin bisa berbuat lebih banyak, kalau dia hidup terus".

Saya memandang ke arah cakrawala yang membatasi lapangan terbang ini dan khayalan saya mencoba menembus ruang hampa yang ada di balik awan sana. Apakah suara yang perlahan dari penerbang AURI ini bergema juga di ruang hampa tersebut? Saya tahu, di mana Soe Hok Gie menulis karangan-karangannya. Di rumah di Jalan Kebon Jeruk, di kamar belakang, ada sebuah meja panjang. Penerangan listrik suram, karena voltase yang selalu turun kalau malam hari. Di sana juga banyak nyamuk. Ketika orang-orang lain sudah tidur, seringkali masih terdengar suara mesin tik dari kamar belakang Soe Hok Gie, di kamar yang suram dan banyak nyamuk itu, sendirian, sedang mengetik membuat karangannya.

Pernahkan dia membayangkan bahwa karangan tersebut akan dibaca oleh seorang penerbang AURI atau oleh seorang tukang peti mati di Malang? Tiba-tiba, saya melihat sebuah gambaran yang menimbulkan pelbagai macam perasaan di dalam diri saya. Ketidakadilan bisa merajalela, tapi bagi seorang yang secara jujur dan berani berusaha melawan semua ini, dia akan mendapat dukungan tanpa suara dari banyak orang. Mereka memang tidak berani membuka mulutnya, karena kekuasaan membungkamkannya. Tapi kekuasaan tidak bisa menghilangkan dukungan-dukungan itu sendiri, karena betapa kuat pun kekuasaan, seseorang tetap masih memiliki kemerdekaan untuk berkata "Ya" atau "Tidak", meskipun cuma di dalam hatinya.

Saya terbangun dari lamunan saya ketika saya dipanggil naik pesawat terbang. Kami segera akan berangkat lagi. Saya berdiri kembali di samping peti matinya. Di dalam hati saya berbisik "Gie, kamu tidak sendirian". Saya tak tahu apakah Hok Gie mendengar atau tidak apa yang saya katakan itu. Suara pesawat terbang mengaum terlalu keras. *

Arief Budiman (seperti dimuat dalam buku Catatan Seorang Demonstran edisi 1983)

Wednesday, July 20, 2005

Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia

Kaya'nya kita semua udah maklum dengan keadaan negeri kita ini, borok disetiap sendi kehidupan sudah jadi santapan setiap hari. Kalo' mau ditanya siapa yang bertanggung jawab sama keadaan ini, tundingan pertama tentulah kepada para pemimpin negara ini, ya kan?

Merekalah yang mempunyai wewenang menentukan arah pembangunan negara ini, merekalah yang pertama-tama akan dimintai pertanggung jawaban atas amanah yang di percayakan oleh sekian juta rakyat ini.

Hari ini ada email yang saya terima dari rekan kerja, subjectnya "Ketika Tuhan menciptakan Indonesia"...email ini cuma joke dan lucu memang, tapi jika dipikir-pikir....getir juga kalo' beneran...he..he..he...(sambil ngelus dada neh!).

Gini neh bunyi emailnya:

Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan-Nya. Malaikat pun bertanya, "Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?" "Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet baru yang bernama "Bumi," kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon.

Tuhan melanjutkan, "Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang. Ada kelebihan dan kekurangannya"

Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.

Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.

Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, "Lalu daerah apakah itu Tuhan?" "O, itu," kata Tuhan, "itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Kuciptakan ramah tamah, suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni."

Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, "Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya?"

Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, "Wait 'till you see the idiots I put in their government.......!!!"

Duh...

Rabb, hati ini merintih mengharap ampunan-MU
aku tahu Engkau mendengarnya

Rabb, jiwa dan ragaku telah lelah dalam gelimang nista
aku ingin mengakhirinya

duh...

lalu mengapa berat sangat menuju-MU?

Jakarta, ba'da Zhuhur

Menjadi wanita paling bahagia

Hari jumat kemarin, 15 Juli 2005, saya bersama 3 orang teman kantor jumatan di Al-Azhar. Setiap jumat selalu ada yang jualan di halaman masjid Al-Azhar, makanya ini jadi kesempatan untuk membeli barang-barang murah, terutama buku.

Hari itu saya beli dua buah buku, Tuntunan Bertobat (Muhammad Husein Ya'kub) dan Menjadi Wanita Paling Bahagia karangan Aidh Al'qarni (pengarang La-Tahzan). Buku itu sengaja saya beli untuk sang isteri tercinta..he..he..he.

Nah, masalahnya gimana meminta dia untuk selalu mau membaca buku ini disela-sela pekerjaan rumah yang ga ada habis-habisnya itu. Kalo' saya langsung kasih dan menyuruhnya membaca, saya rasa dia akan membacanya dengan terpaksa, malah ga bisa diserap apa yang ada di dalam buku itu.

So,...setelah saya pikir-pikir, mending saya bikin sebuah prosa yang saya tempelkan pada bagian dalam cover depan, yang isinya intinya mengajak untuk banyak belajar agar dapat beribadah sebaik-baiknya, untuk persiapan di-yaumil akhir nanti.

Alhamdulillah, dia senang dengan buku itu dan prosanya, plus aku ga perlu menyuruhnya membaca buku itu, karena setiap kali dia ingat prosa itu, dia akan membuka buku tersebut, lalu...otomatis dia tergerak untuk membaca isi buku tersebut.

Saya copy-in dibawah isi prosanya, jadi kalo' ada yang mau copy untuk ditempelin di buku yg akan di berikan untuk isterinya, monggo aja, silahkan aja,....asalkan untuk Isteri yaa...he..he..he.

For my beloved wife,
Bunda dari Naya & Lila

Bismillaahirahmaanirrahiim..

Istriku,
banyak hal yang ingin kubagi bersamamu,
kuberikan untukmu dan kedua mutiara kita
harta, perhiasan dan kesenangan duniawi
namun kesemuanya tidak akan sebanding
dengan ilmu dan amal saleh

Nabi kita pernah berkata,
“amal tanpa ilmu, tak akan ada makna”,
maka berilmulah, belajarlah

Istriku,
Ingatlah bahwa hidup kita dibatasi waktu
yang setiap detik mengurangi jatah keberadaan kita
entah nanti atau sebentar lagi
yang pasti kepada-Nya kita akan kembali

dan apakah yang telah engkau siapkan
untuk menyelamatkanmu di “yaumil akhir” nanti ?
maka itu belajarlah, bacalah

Istriku,
mungkin aku tidak bisa memberikanmu kekayaan
tapi yakinlah, aku akan selalu berusaha menuntunmu,
semampu aku bisa
untuk teguh berjalan dijalan yang diridhoi-Nya
agar bahagia kita, dunia dan akhirat

banyaklah mengingat mati
karena itu akan melembutkan hati,
maka sadarlah, beramalah

semoga dengan memberikan buku ini
akan ditulis oleh malaikat-Nya
sebagai salah satu amal baikku sebagai suamimu
dan semoga Allah merahmatimu, membersihkan hatimu
agar dapat menerima dan memahami makna didalamnya.

Dari suamimu,
Ayah Naya & Lila.

Friday, July 15, 2005

Surat untuk bangsa Inggris

Dari Iman AL-Saadun.

Saya kirim surat ini kepada rakyat Inggris, khususnya penduduk kota London.

Selama selang waktu beberapa jam, saat terjadinya beberapa ledakan bom di London, anda bisa rasakan sendiri menjalani hidup melewati saat-saat keputus asaan, kegelisahan dan tercekam horor. Pada saat-saat itu anda kehilangan sanak keluarga atau teman, dan kami berharap untuk mengatakan kepada anda, sejujur-jujurnya, bahwa kami juga ikut berduka ketika jiwa manusia tercabut, tewas jadi korban. Saya tidak bisa mengatakan kepada anda bagaimana derita kami saat kami menyaksikan keputus asaan dan kesakitan yang tergambar di wajah orang lain. Selama kami menjalani hidup melewati sutuasi seperti ini - dan akan terus menjalaninya setiap hari - sejak negara anda dan amerika membentuk persekutuan dan menjalankan rencana untuk memerangi Irak.

Perdana Mentari negara anda, Tony Blair, mengatakan bahwa para pelaku peledakan bom London, melakukannya atas nama Islam. Menteri Luar Negeri amerika, Condoleezza Rice, menggambarkan pelaku pengeboman sebagai tindakan barbar. Dewan Keamanan PBB langsung mengadakan rapat dan mengutuk secara bersama atas kejadian itu.

Saya tergoda untuk bertanya kepada anda semua, rakyat inggris yang bebas, ijinkan saya meminta penjelasan: Atas nama siapa negara kami diblokade/embargo selama 12 tahun? Atas nama siapa kota-kota kami dibom pakai senjata-senjata yang terlarang secara internasional? Atas nama siapa tentara inggris menyiksa rakyat Irak dan membunuh mereka? Apakah atas nama anda, wahai orang-orang inggris yg bebas? Atau atas nama agama anda? Atau atas nama kemanusiaan? Atau kebebasan? Atau demokrasi?

Apa sebutan untuk orang-orang yang membantai dan membunuh lebih dari dua juta anak-anak Irak? Apa sebutan untuk orang-orang yang menyebabkan tanah dan air kami terpolusi 'depleted uranium' dan zat-zat mematikan lainnya?

Bagaimana komentar anda tentang apa yang terjadi di penjara-penjara di Irak - di Abu Ghraib, Camp Bucca dan sejumlah kamp penjara lainnya? Apa sebutan untuk orang-orang yang menyiksa pria, wanita dan anak-anak tak berdosa? Apa sebutan untuk orang yang mengikatkan bom ke tubuh seorang tahanan dan kemudian meledakkannya menjadi serpihan-serpihan? Bagaimana komentar anda tentang penyempurnaan metode penyiksaan untuk tahanan Irak - seperti merenggut paksa tungkai/lengan, mencongkel mata sampai keluar, menyundut kulit dengan rokok menyala, membakar rambut dengan pemantik api? Apakah kata-kata 'barbar' cocok untuk menggambarkan kelakuan para tentara anda di Irak?

Bolehkah kami bertanya, mengapa Dewan Keamanan PBB tidak mengutuk pembantaian rakyat tak berdosa di al-Amiriyah dan apa yang terjadi di al-Fallujah, Tal'afar, Sadr City, dan an-Najaf? Mengapa seluruh dunia hanya menyaksikan saja saat rakyat kami dibunuh dan disiksa dan tanpa ada yang mengutuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan terhadap kami? Apakah karena anda semua manusia sedangkan kami jenis lain yang lebih rendah? Apakah anda pikir hanya anda saja yang bisa merasakan sakit dan kami tidak? Pada Kenyataannya, kamilah yang paling bisa merasakan bagaimana beratnya skala kesakitan dari seorang ibu yang kehilangan anaknya, atau seorang ayah yang kehilangan keluarganya. Kami sangat tahu dan merasakan bagaimana sakitnya kehilangan seseorang yang sangat dicintai.

Anda tidak pernah kenal para suhada kami, tapi kami mengenal mereka dengan baik. Anda tidak mengingat mereka, tetapi kami senantiasa akan mengingat mereka terus. Anda tidak menangisi kepergian mereka, tetapi kami sangat menangisi mereka.

Apakah anda pernah mendengar nama seorang gadis kecil , Hannan Salih Matrud? Atau seorang anak laki-laki bernama Ahmad Jabir Karim? Atau Sa'id Shabram?

Ya, rakyat kami yang tewas mempunyai nama juga. Mereka mempunyai wajah-wajah dan cerita dan memori. Ada saatnya ketika mereka masih bersama kami, tertawa dan bermain bersama. Mereka mempunyai impian, seperti anda punya impian. Mereka mempunyai masa depan yang menunggu. Tapi sekarang mereka tertidur tanpa mempunyai hari esok yang kan membangunkan mereka.

Kami tidak membenci bangsa inggris atau bangsa-bangsa lain di dunia ini. Peperangan ini ditujukan atas kami, maka kami saat ini berjuang untuk mempertahankan diri kami. Karena kami ingin hidup di tanah air kami sendiri - tanah berdaulat kami, Irak - dan menjalani hidup sesuai dengan yang kami inginkan, bukan yang pemerintah anda dan pemerintah amerika inginkan.

Biarkan para keluarga korban yang terbunuh mengetahui bahwa tanggung jawab insiden pemboman London kamis pagi itu tertumpu di pundak Tony Blair dan politik luar negerinya. Hentikan peperangan terhadap bangsa kami! Hentikan pembunuhan yang dilakukan oleh para tentara anda yang dilakukan tiap hari itu! Akhiri penjajahan anda terhadap tanah kami!

Baghdad, July 9, 2005.
Iman AL-Saadun

Tuesday, July 12, 2005

Istiqamah dalam Kebaikan

Dari Aisyiyah ra, Rasulullah saw bersabda, “Tingkatkanlah amalmu dengan baik, atau lebih dekatlah kepada kebaikan, dan bergembiralah, karena amal seseorang tiada dapat memasukkannya ke surga.” Tanya para sahabat,“Amal Anda juga begitu, ya Rasulullah?' Jawab Rasulullah, “Amalku juga begitu. Tetapi Allah melimpahiku dengan rahmat-Nya. Dan ketahuilah, bahwa amal yang paling disukai Allah ialah amal yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa'i).

Dalam hadits ini terdapat beberapa perintah atau nasihat yang bisa dipetik dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt:

1. Tingkatkan amal
Upayakan sekuat daya untuk meningkatkan amal perbuatan setiap saat. Berkomitmenlah pada jalan kebaikan (sidad). Kata sidad ditafsirkan sebagai kebenaran, atau selalu berorientasi pada tujuan dan jalan yang lurus, tidak berlebihan dan tidak meremehkan terhadap apa yang telah diperintahkan-Nya. Sikap berlebihan dan pemaksaan diri dalam melakukan amal, tak jarang dapat mengeluarkan seseorang dari jalur yang benar. Jenuh dan bosan.

2. Dekati kebenaran
Kebenaran menurut hujjatul Islam Imam Al-Ghazali bagai seberkas cahaya. Agar hidup ini senantiasa tercerahkan, dekati dan ambillah cahaya (kebenaran) itu. Jadikan kebenaran, sebagai pakaian dan teman kehidupan.

3. Kabar gembira dan Rahmat Allah
Ibsyar sama artinya dengan tabsyir, dengan kandungan makna: menggabarkan hal-hal yang menyenangkan dengan wajah berseri. Di sini Rasulullah menyuruh kita menanamkan rasa senang lantaran rahmat Allah yang melimpahi kita. Kaum beriman hendaknya tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Tetap memiliki jiwa optimistis dan maju, dengan rahmat-Nya itu. Dianjurkan untuk senantiasa bermunajat, kiranya Allah senantiasa menyelimuti dengan rahmat-Nya. Rahmat Allah inilah yang dapat mengantarkan pada keridhoan-Nya (surganya). Menjauhkannya dari siksa-Nya (neraka).

4. Sedikit Amal, tapi Langgeng
Melakukan perbuatan baik, setahap demi setahap, sama dengan membangun benteng diri yang kokoh. Ibarat menabung, tak terasa berjumlah banyak. Inilah amalan yang dicintai Allah, melakukan amaliyah yang terus-menerus meski hanya sedikit. Sedikit dalam beramal yang dilakukan terus-menerus juga sama dengan memupuk dan menyiram pohon iman sehingga ia akan tetap tumbuh segar dan tak layu. Alhasil, jiwa terus terangkat menuju derajat yang lebih baik (sempurna).

(Dari Berbagai Sumber )