Pada suatu hari lewatlah seseorang di depan Rasulullah SAW. Beliau bertanya kepada seseorang disampingnya:
"Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?"
Orang itu menjawab: "Ia lelaki golongan terhormat. Demi ALLAH, seandainya meminang pastilah diterima dan bila memberi pembelaan pasti dikabulkan".
Lalu Rasulullah SAW berdiam. Kemudian melintaslah seseorang. Rasulullah bertanya kepada orang yang disampingnya tadi:
“Bagaimana pandanganmu tentang orang ini?"
Ia menjawab: "Ia muslim yang faqir. Bila meminang pantas ditolak, bila memberi pembelaan takkan didengar pembelaannya dan bila berbicara takkan didengar ucapannya".
Rasulullah SAW bersabda : "Sepenuh bumi ia lebih baik daripada orang tadi (yang pertama)" (HSR Muslim).
Ketika Da'wah ini muncul dan eksis dalam waktu yang sangat singkat, ia telah menyatakan jatidirinya dengan jelas. Ia adalah kemenangan bagi siapa saja yang mau berjuang, tidak peduli anak siapa dan berapa kekayaan bapaknya. Ia tidak peduli penolakan Bani Israil pasca nabi
Bahkan ia pun tak sungkan-sungkan menegur keras nabinya karena 'logika prioritas' yang dibangunnya menyebabkan Abdullah bin Ummi Maktum 'nyaris tertinggal'. Alqur-an menyebutkan "Ia telah bermasam muka dan berpaling, ketika datang kepadanya hamba yang buta" (Qs. 80:1-2).
Siapa yang tak kenal keutamaan keempat khalifah dan beberapa tokoh legendaris di kalangan para sahabat? Namun, carilah dimana nama mereka terpampang dan bukan hanya sifat, selain Zaid, RA (Qs.33:37)?
'Kelas' inilah yang diakui sebagai kekuatan yang dengan mereka "kalian diberi rezki dan dimenangkan" (HSR Bukhari)
Pungguk Mengaku Duduki Bulan
Demi kepentingan mereka, bahkan Dzulqarnain mengoreksi salah kaprah yang merugikan mereka sendiri. mereka berkata: "Wahai Dzulqarnain, maukah Engkau kami beri upeti, agar mau membangunkan tembok (benteng) yang dapat melindungi kami dari (serangan) mereka?" Ia menjawab; "Kedudukan yang ALLAH telah berikan kepadaku itu lebih baik. Cukuplah kalian membantuku dengan kekuatan, aku bangunkan benteng yang kuat, memisahkan antara kamu dan mereka" (Qs.18:94-95) .
Tanpa pembinaan dan penataan yang benar kelas ini akan menjadi kekuatan destruktif yang dikendalikan tangan-tangan berdarah. Dendam kemiskinan kerap membuat orang melahap fatamorgana. Mereka melahap tuduhan bahwa masyarakat tak peduli kepada derita mereka, lalu menyambut lambaian para penipu yang akan menunggangi mereka.
Kalau para kader hanya mencemooh dari jauh kelicikan para tengkulak yang memperdagangkan kemiskinan dan melahap begitu banyak hak masyarakat miskin, tetaplah roda kemenangan berpihak kepada angkara murka.
Banyak orang kaya baru (OKB) berlomba-lomba memamerkan kekayaan mereka dan politisi dari partai-partai baru yang mencaci-maki partai tiran dan korup sebelumnya. Tetapi ajaib, mereka menjadi begitu norak, kemaruk dan lebih 'ndeso' dari para pendahulu.
Kader yang menyikapi jabatan yang diterimanya lebih sebagai amanah dari pada kehormatan, akan dengan cepat belajar menyesuaikan diri dan memahahami karakteristik tugas dan tantangannya. Bawahan yang lebih pandai, diakuinya dan didorongnya untuk cepat menggapai posisi yang lebih sesuai. Mereka berendah hati, karena memang tak takut jatuh dengan merendah. Sebaliknya mereka yang bagaikan senior perpeloncoan yang kerap bermasalah dalam IP mereka, sering menampakkan gejala ketakutan ‘disaingi’.
Perasaan berkasta tinggi
Hal paling berat bagi kader yang berorientasi kekuasaan atau dunia ialah usaha untuk mendengarkan dan memahami. Mereka lebih suka didengar, difahami dan dimaklumi. Tak ada kemajuan dalam prestasi kecuali seni membuat-buat alasan. Karena otak tak bekerja, kerap, mereka lebih suka menggunakan lutut.
Muncullah kader-kader 'gagah' dengan mengimitasi tampilan serdadu, bukan meningkatkan etos, disiplin dan kehormatan jundi sejati.
Pepatah lama menyadarkan kita betapa pentingnya mendengar. "Ta'allam husna'l Istima'
Banyak kondisi menipu (Zhuruf Muzayyafah) , yang kerap membuahkan kekecewaan. Sesudah iman, ikhlas dan pengenalan konsep serta
3. Anzilu'n Nas manazilahum (Dudukkan masyarakat menurut kedudukan mereka).
Karena da'wah bukanlah obral candu, perlu diuji ulang, cukup tajamkah telinga ini mendengar krucuk perut yang hanya berisi angin?
Masihkah ada waktu muhasabah sebelum tidur, menyusuri wajah demi wajah, adakah yang belum tersantuni? atau menelisik kader yang hanya diberi sanksi, tanpa seorang pun tahu, tiga hari ini ia tak punya tenaga karena sama sekali tak dapat makanan?
Ini mozaik kehidupan kita yang harus ditata menjadi serasi dan harmoni.
Bagaimana ia dapat memahami gelombang besar rakyat jelata yang bagai singa terluka, menanti kapan saatnya menerkam dengan penuh murka.
No comments :
Post a Comment