Friday, December 21, 2007

Sukses Bersama MLM Atau Network Marketing ?

Agak aneh memang judul diatas, karena meskipun Blog saya ini tidak mengkhususkan pada tulisan-tulisan yang berhubungan dengan tausyiah saja, tapi saya memang tidak pernah menulis ataupun menampilkan tulisan rekan lain yang berhubungan dengan MLM atau Network Marketing. Hal ini semata karena banyak sahabat, rekan, relasi, etc, yang sering menanyakan tentang hal ini kepada saya setelah mereka mengetahui bahwa saya juga menjadi member sebuah MLM atau Network Marketing, terlebih dengan hebohnya penipuan-penipuan training motivasi yang ujung-ujungnya adalah pemaksaan mengikuti seminar dengan biaya yang sangat besar (seperti yang dilakukan oleh Nxxxxxx21).

Pertayaan-pertanyaannya pun beragam, dari soal skema piramidnya, halal tidaknya, dll. Sudah banyak email yang saya kirim untuk menerangkan hal ini, namun email-email pertanyaanpun semakin banyak yang berdatangan. Keputusan saya akhirnya, "For Once and For All", lebih baik saya tulis di blog saya, dan jika ada pertanyaan lagi saya tinggal mengarahkan ke blog ini. Dan inilah hasilnya, tulisan dari Ikwan Sopa - Motivator, Master Trainer E.D.A.N, saya ambil dan tampilkan diblog ini karena hampir persis menggambarkan keadaan saya saat mulai mengenal MLM/Network Marketing, selain itu karena beliau ini juga menggeluti MLM/Network Marketing yang sama dengan saya. So...rekans...here it is, I really hope this article will be the answer to all of your questions...


Tips 169: Sukses Bersama MLM Atau Network Marketing...

Apa yang terlintas di pikiran Anda saat membaca judul di atas? Apa yang Anda isikan untuk titik-titik pada judul itu? Tanda tanyakah? Atau tanda serukah? Apapun reaksi Anda, itulah peta Anda tentang fenomena MLM dan Network Marketing. Itulah gambaran pengalaman Anda tentang dunia MLM dan Network Marketing. Dan itulah, reaksi dan kesimpulan Anda sejauh ini.

Saya sendiri, sampai dengan dua atau tiga tahun yang lalu, termasuk yang anti terhadap MLM atau Network Marketing. Tentu saja seperti umumnya orang lain yang juga mengalaminya; karena merasa tidak berhasil, atau bahkan sampai merasa tertipu. Entah sudah berapa banyak yang menawari Saya untuk ikut ke dalam model bisnis ini. Beberapa memang Saya coba. Tapi seperti yang sudah Saya indikasikan, nyaris semuanya tidak membawa hasil sesuai yang Saya harapkan.

Sampai kemudian, Saya mulai mempelajari ilmu-ilmu komunikasi. Dalam proses itu, Saya mempelajari beberapa hal penting. Di antaranya adalah sebuah proposisi yang kemudian mulai menjadi bagian dari sistem beliefs Saya, yaitu:

"Behind every behaviour, there is a good intention."

Dengan asumsi dasar itu, Saya ber-husnu dzon saja. Pelaku MLM dan Networking pastilah punya niat baik. Baik untuk diri sendiri, atau baik untuk diri orang lain.

Kemudian, Saya mulai membuka pikiran Saya. Apakah yang telah terjadi pada diri Saya? Jika Saya belum berhasil selama ini, salah siapakah itu? Jika Saya masih mau bersentuhan dengan dunia ini, apa sih yang perlu Saya pelajari dan perbaiki? Jika Saya merasa kurang sreg menjalaninya, apa sih yang bertabrakan dengan sistem keyakinan Saya? Dan seterusnya.

Sampai sekarangpun, masih berseliweran berbagai pihak yang memprospek Saya. Mungkin karena Saya mulai terlihat "punya jaringan" atau mungkin karena kebetulan semata. Hanya bedanya, kini Saya mulai lebih terbuka untuk berbagai penawaran itu. Saya buat mudah saja. Saya tertarik ya Saya pertimbangkan. Saya tidak tertarik ya tinggal katakan saja. Saya toh pasti mendapat pelajaran.

Kini Saya menambahkan kategori baru di dalam blog Saya, yaitu serial tips MLM dan Network Marketing. Tujuannya untuk belajar. Segala kemungkinan dan peluang toh tetap harus Saya buka.

Saya tidak memprovokasi Anda untuk terlibat, tapi Saya juga tidak bisa melarang Anda untuk menjauhi. Soal benar atau salah, baik atau buruk, bahkan halal atau haram, silahkan Anda pertimbangkan sendiri. Apa yang pasti, semuanya sangat tergantung pada niat Anda, selain dari substansi dan legalitas sebuah bisnis MLM atau Network Marketing itu sendiri.

Dengan MLM atau Network Marketing, Anda bisa mensukseskan diri sendiri dan menyengsarakan orang lain, Anda juga bisa mensukseskan diri sendiri dan mensukseskan orang lain, Anda juga bisa mensukseskan upline Anda, menyengsarakan diri dan downline Anda, Anda juga bisa mensukseskan upline Anda dan diri Anda, kemudian menyengsarakan downline Anda, dan entahlah apakah Anda bisa juga menyengsarakan upline Anda. Anda juga bisa terjebak pada praktek haram. Anda juga bisa mendapatkan rizki yang halal. Semuanya terserah Anda.

Untuk menjaga keseimbangan dan menjaga "behaviour" Anda saat ber-MLM atau ber-Network Marketing, Anda bisa mempelajari banyak hal dari banyak referensi, di antaranya yang berikut ini:

Asosiasi Penjual Langsung Indonesia
Definisi MLM - Bahasa Inggris
Definisi MLM - Bahasa Indonesia
Halal Guide
Bedah MLM Priyadi Dot Net
Asal dan Usul MLM
MLM Watch
MLM Legal
Halalkah MLM?
MLM yang Sesuai Syariat
MLM Menurut Islam
Multi Level Marketing
Pemasaran Jaringan

Berikut ini, Saya sajikan kembali tips-tips yang bermanfaat bagi Anda, jika Anda mau, sedang, atau telah menerjuni dunia MLM dan Network Marketing. Kebetulan, peserta Power Workshop E.D.A.N. banyak juga yang berasal dari dunia yang satu ini. Tentunya, Saya harus banyak belajar. Semoga bermanfaat.

Pada tanggal 15-17 Oktober 2004, sebanyak 250 orang pelaku dan pakar MLM dan Network Marketing kelas dunia, berkumpul dalam sebuah event mastermind di Orlando, Florida, Amerika Serikat. Para pembicara dalam event itu adalah adalah Michael S. Clouse, Randy Gage, Tom "Big Al" Schreiter, Rod Cook, Tim Sales, John Milton Fogg, Kim Klaver, David D'Arcangelo, Art Jonak, Hilton Johnson, Dr. David Pearson, Len Clements and Lisa Jiminez. Mereka inilah biangnya dunia MLM dan Network Marketing.

Event itu sebenarnya tertutup. Para peserta dilarang mencatat atau mengambil gambar selama sesi presentasi berlangsung. Sekarang, Saya bocorkan untuk Anda. Maukan?

Apa sajakah yang mereka hasilkan dari event itu?

MICHAEL S. CLOUSE

Seorang karyawan bekerja delapan jam sehari, dan delapan jam lainnya besar kemungkinan untuk tidur. Orang itu mestinya mulai mempertimbangkan untuk menggunakan 56 jam waktunya (8 jam x 7 hari) di luar jam kerja, untuk diisi dengan aktivitas yang makin produktif. Waktu sebanyak itu, bisa digunakannya untuk memulai sebuah bisnis yang mandiri. MLM dan Network Marketing, bisa jadi salah satu pilihan.

Jika Anda mau mempertimbangkannya, mulailah dengan merefleksikan kembali berapa banyak dan seberapa efektifkah 56 jam istirahat Anda selama ini. Kemudian, mulailah membayangkan bagaimana 56 jam Anda esok hari. Bagaimana 56 jam lowong Anda empat tahun yang akan datang? Apakah tetap menjadi waktu istirahat, atau menjadi waktu yang lebih produktif?

Bandingkanlah diri Anda yang sekarang, dengan teman Anda yang sudah lebih dahulu memulainya empat tahun yang lalu. Seperti apakah mereka sekarang?

Jika Anda mau memulainya sekarang, carilah orang yang ahli dalam bidang ini. Kemudian, lakukanlah apa yang ia lakukan.

Fokuslah pada aspek fundamental dari bisnis ini, yaitu prospeksi, presentasi, dan duplikasi.

Mulailah benahi kembali filosofi Anda, sikap Anda, pikiran Anda, dan tindakan Anda. Biasanya, hal-hal inilah yang menjadi penghalang terbesar Anda.

RANDY GAGE

Syarat utama untuk menuju ke puncak, adalah duplikasi. Cara terbaik untuk mengefektifkan duplikasi, adalah dengan mendidik downline Anda, tentang bagaimana mendidik downline-nya.

Untuk tahap awal, perlebarlah downline Anda menyamping. Ini bisa dilakukan untuk "menyegerakan" penghasilan. Kemudian, perdalam downline Anda, untuk keuntungan jangka panjang. Beberapa MLM atau Network Marketing, mungkin menyarankan Anda untuk lebih memilih "pendalaman" dari pada "pelebaran". Saat itu, mulailah mencari leader-leader baru di bawah Anda.

Segala bentuk komunikasi dari "atas" ke "bawah" hendaknya selalu bernilai positif.

TOM 'BIG AL' SCHREITER

Anda harus berfokus pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Bisnis apa sih yang sebenarnya Anda terjuni?
Berapa banyak uang dan keuntungan lain yang bisa Anda dapatkan?
Apa yang harus Anda lakukan untuk mendapatkan semua itu?

Bagaimana mempromosikan bisnis MLM dan Network Marketing Anda?

Ajak prospek Anda untuk makan siang gratis.
Beri mereka pendidikan, seminar, atau pelatihan yang bermanfaat.
Publikasikan manfaat produk Anda.
Kaitkan sebuah event atau okupasi dengan produk Anda.
Kaitkan wilayah geografis dengan produk Anda.
Kaitkan angka khusus dengan produk Anda.
Tambahkan faktor personalitas, seperti loving, caring, overworked dan sebagainya ke dalam promosi Anda.

ROD COOK

MLM dan Network Marketing adalah satu-satunya 'real financial option' bagi setiap baby boomer. Mengapa? Karena mereka biasanya tidak cukup menabung atau berinvestasi secara terus-menerus untuk masa tuanya.

TIM SALES

Untuk membangun bisnis duplikasi yang benar, Anda harus membuatnya "besar" dan "benar".

Ada dua jenis bisnis, dalam konteks MLM dan Network Marketing. Yang pertama adalah "Organisasi Konsumsi Vertikal", dan yang kedua adalah "Organisasi Penjualan Vertikal".

Yang pertama berfokus pada membangun jaringan distributor, agar mereka membeli dan menggunakan produk. Yang kedua, berfokus pada menciptakan mesin uang dengan menjadikan kehidupan orang lain menjadi lebih baik dengan tingkat penghasilan yang lebih tinggi.

Yang pertama langkahnya adalah mendapatkan pelanggan, kemudian mendapatkan distributor, dan kemudian mendidik distributor agar bisa mendapatkan pelanggan.

Standar operasi yang diperlukan kurang lebih begini:

1. Dapatkan pelanggan yang mau menggunakan produk.
2. Tuliskan bagaimana Anda hendak mencapainya.
3. Lakukan lagi.

Standar operasi ini mungkin perlu Anda adjust jika kondisi lapangan memang menuntut perubahan.

JOHN MILTON FOGG

John Milton Fogg dikenal sebagai pelaku MLM dan Network Marketing yang menganut "get rich slow". Oleh sebab itu, rekomendasinya adalah:

1. Gunakan produk, rekomendasikan produk itu, dan kemudian sponsori distributor.
2. Ciptakan kemampuan leadership dan coaching untuk downline Anda.
3. Prospeklah setiap orang dengan "tanpa agenda".
4. Selama proses itu, temukanlah apakah prospek Anda layak menjadi partner bisnis atau tidak.

Dalam mengembangkan diri, tanyakanlah pada diri sendiri:

Apa yang sudah Saya ketahui, sesuatu yang "benar" menurut Saya?
Apa yang membuatnya menjadi "benar"?
Apa yang secara ideal "benar"?
Apa yang "tidak benar" menurut Saya?
Apa yang diperlukan agar itu menjadi "benar"?

KIM KLAVER

Dalam MLM dan Network Marketing, Anda menjual produk dan bisnis sekaligus.

Sekalipun Anda mau membangun downline, Anda tetap harus memperlakukan pelanggan sebagai pelanggan, sebab pelangganlah yang memberi Anda sales dan jaminan keuangan.

Tidak semua pelanggan tepat dijadikan partner bisnis. Dalam prakteknya, hanya 1 sampai 3 persen pelanggan yang akan menjadi partner bisnis Anda.

Seringkali, pelanggan yang potensial bahkan tidak membeli produk Anda. Sebab mereka sedang berfokus pada hal lain. Maka, ditunggu sajalah dengan sabar.

1 dari 10 orang yang Anda dekati mungkin akan membeli produk Anda. 9 sisanya tidak. Agar Anda bisa menjual kepada 10-nya, pakailah "sepatu" mereka. Pelajari sistem nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku mereka. Untuk itu, hindarilah kesan-kesan "menjual", generalisasi, sikap melebih-lebihkan, terlalu rumit, atau kebanyakan janji.

ART JONAK

Yang satu ini jagonya recruitment. Nasehatnya begini:

1. Selalulah menghadiri acara organisasi MLM atau Networking Anda.
2. Rekrut dan kembangkanlah leadership di jajaran downline Anda.
3. Kuncinya adalah keahlian. Makin banyak belajar, akan makin sukses Anda.
4. Saat prospek mengatakan "tidak", itu hanya masalah waktu. Apalagi, jika produk Anda ada hubungannya dengan kesehatan atau kecantikan. Bersabarlah.
5. Yakinkan dan informasikan bahwa Anda punya CD gratis tentang produk dan bisnis Anda.
6. Ketidaksuksesan Anda, biasanya tertutupi oleh berbagai alasan.
7. Tidak perlu berharap organisasi MLM atau Networking Anda sempurna.
8. Setiap leader, suksesnya disebabkan oleh kemampuan melewati masalah, bukan oleh banyaknya alasan.

HILTON JOHNSON

Hilton memberi nasehat tentang lima langkah dalam membuat janji untuk presentasi bisnis Anda:

1. Pilihlah target yang tepat dan berikan alasan Anda untuk bertemu, termasuk rencana prospecting Anda. Jangan membuat orang merasa tertipu.
2. Minta izin untuk bicara. Minta waktu yang tegas, satu menit, sepuluh menit, setengah jam dan sebagainya.
3. Berikan briefing perkenalan yang tidak berbau "jualan".
4. Nyatakan dengan taktis, "Jika Saya bisa menunjukkan sebuah bisnis rumahan yang berpeluang membuat Anda lebih sehat dan lebih sejahtera, kapan Anda mau memulainya?" Jika reaksi prospek Anda positif, lanjutkanlah dengan pertanyaan berikut:
5. Anda punya 10 jam waktu luang dalam seminggu? Apakah Anda suka bertemu dan berbicara dengan orang lain? Kami punya pelatihan yang lengkap, Anda suka mengikuti instruksi? Apakah tambahan penghasilan Rp 100.000,- sampai Rp 1.000.000,- sebulan bisa membantu Anda sekeluarga? Apa yang menurut Anda bisa memenuhi semua itu?

Setelah itu, tentukanlah waktu pertemuan Anda. Dan saat bertemu dengan prospek Anda, gunakanlah The Law of Attraction mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Temukan alasan Anda mengundangnya ke pertemuan Anda.
2. Tanyakan padanya tentang sasaran keuangan dan kesejahteraannya.
3. Dengarkanlah segala hal yang membuatnya tidak puas, dan apa yang membuatnya puas di dalam hidup dan karirnya.
4. Tanyakan padanya apakah ia tertarik, dan kapan ia mau memulainya.
5. Jelaskan tentang organisasi MLM atau Network Marketing Anda dan kredibilitasnya.
6. Jelaskan tentang produk Anda dan manfaatnya.
7. Jelaskan sistem kompensasi yang berlaku.
8. Jelaskan sistem pelatihan dan support system yang ada.
9. Buatlah ringkasan selama 60 detik, kemudian tanyakan, "bagaimana?" Jika mereka cukup puas tanyakan, "apakah Anda siap memulai?"

PETER PEARSON, Ph.D.

Peter adalah seorang psikolog. Risetnya menunjukkan bahwa seorang distributor MLM secara rata-rata hanya bisa membuat 1,7 orang mau menerjuni bisnis ini.

Saat seseorang merasa khawatir atau terancam, ia akan cenderung tidak mengambil tindakan. Bagaimana ini bisa terjadi?

Pertama, rasa was-was adalah sebuah respon yang terkondisi. Kedua, ada bagian di dalam otak manusia yang menyimpan pengalaman buruk. Dua hal ini, punya tujuan protektif agar terhindar dari "sakit" yang sama. Merasa tertipu oleh MLM atau Network Marketing misalnya.

Semua itu, menuntut keahlian Anda untuk menyuntikkan pikiran positif, open mind, dan emosi yang tepat ke dalam diri prospek Anda. Dan jika Anda yang mengalami ketakutan untuk mensponsori prospek Anda, itu tanda bahwa Anda masih kurang pengetahuan. Benahilah ketakutan dan kekurangtahuan Anda.

LISA JIMENEZ

Lihatlah upaya mengembangkan jaringan distributor dan downline, seperti orang tua melatih anak-anaknya.

1. Validasi sistem keyakinan dasar Anda, bahwa itu semua sesuai dan sejalan dengan bisnis Anda dan apakah Anda orang yang tepat, di waktu yang tepat, dan dalam bisnis yang tepat.
2. Singkirkan kekhawatiran Anda tentang kesuksesan Anda.
3. Singkirkan keyakinan negatif Anda tentang uang dan menjadi kaya.
4. Pilihlah prospek yang tepat.
5. Jadilah magnet dan bangunlah hubungan baik.
6. Lihatlah diri Anda sebagai seorang entrepreneur, yang akan menciptakan entrepreneur lain.
7. Gunakan berbagai contoh dan katalog dalam bentuk gambar.
8. Undanglah prospek Anda untuk melihat gambaran yang lebih besar, terlibatlah dalam diskusi pribadi dengan mereka, lakukan dream building bersama mereka, dan lekatkan bisnis Anda ke impian mereka.
9. Dalam waktu kurang dari 48 jam, berikan mereka pelatihan jika mereka memutuskan untuk bergabung. Kebanyakan orang sangat haus tentang leadership.
10. Tetap hargai mereka jika mereka menolak yang Anda tawarkan.

Anda tidak suka dengan MLM atau Network Marketing? Download eBook gratis "1.357 Peluang Usaha Non MLM" dengan bergabung di Milis Bicara.

Semuanya terserah Anda.

Saya Ingin Anda Sukses,
Saya Harus Membuat Anda Sukses.

Ikhwan Sopa
Trainer E.D.A.N.
021-70096855
http://milis-bicara.blogspot.com

Thursday, December 13, 2007

Nak, Selamat Ulang Tahun...


Nak,..

hari ini bertambah usiamu

empat tahun sejak kau hadir
hanya cinta yang engkau semaikan
dalam kalbu kami, Ayah Bunda-mu

senyum, tawa, bahkan tangismu
menambahkan kasih dan rindu
ingin mendekapmu dekat, selalu

nak,..
namamu adalah ungkapan do'a
agar setiap memanggilmu
Ayah, Bunda, kakakmu dan engkau sendiri
sadar akan Sang Esa
tujuan hidup paling hakiki,..Illahi Robbi
yang telah sempurna mengantarmu
kepada kami...

Khalila Humaira : "Putri tersayang dengan pipi kemerahan"

Karena kau,
kata sayang pun seakan kurang makna

cinta kasih kami, Ayah Bundamu
akan melingkupi hidupmu
berjalan melewati malam
hingga bersua fajar

Nak, selamat ulang tahun..

Untuk Anakku, Khalila Humaira Baso
Selamat hari ulang tahun ke-4
13 Desember 2007

Saturday, December 8, 2007

Jilbab Di Pelukan Bendera Amerika

Tulisan dibawah ini diambil dari milist urangsunda@yahoogro ups.com . Saya yakin tulisan ini tidak bermaksud untuk memojokkan satu kelompok atau negara dan meninggikan kelompok atau negara lain. Ini hanya sebatas kisah anak manusia di sepenggalan perjalanan hidupnya.

Jilbab Di Pelukan Bendera Amerika.
Oct 19, '07 12:42 PM
for everyone

(Catatan suka-duka dunia kerja di USA)

Menapakkan kaki yang entah ke berapa puluh kalinya di sana – selalu ada rasa itu. Rasa yang sulit untuk dijabarkan seperti ketika membaca tulisan Office of the Immigration Judge tertatah di marmer hitam itu. Marmer dingin itu pernah aku duduki sampai petugas keamanan menghampiriku, melarangku duduk di sana. Tersipu malu ketika menyadarinya, dengan kata maaf kuseret tas kerjaku dan pindah duduk ke kursi taman. Beberapa perahu cantik dengan tenang melintas di sungai besar di tepi gedung pengadilan imigrasi Miami di pojokan One River View Square itu, seolah tak perduli pada sibuknya wajah-wajah lalu lalang yang silih berganti melewati pintu penjagaan. Wajah-wajah itu tak beda banyak dengan wajahku, berkulit coklat hangat - juga seperti kulitku. Wajah-wajah Hispanic seperti wajah-wajah anak negeriku itu terasa begitu dekat di hati.

Kuhabiskan Cuban coffee yang kubeli dari café di dalam ruang tunggu dan kulirik jam tanganku. Sudah waktunya untuk masuk ke ruang sidang. Di lantai tujuh ada satu ruang besar khusus untuk para penerjemah, tapi setiap aku menengok ke ruangan itu selalu saja gelap dan sepi. Akupun jadi lebih suka menunggu di luar gedung pengadilan di tepian sungai sambil minum kopi khas Miami dan memandangi perahu yang lewat, melamun dan mereka-reka apa kiranya kasus yang akan disidangkan pada hari itu.

Kebanyakan kasus orang Indonesia adalah over stay karena masa berlaku visa yang sudah kadaluwarsa. Banyak orang yang bertahan untuk berada di Amerika sampai melewati batas waktu yang diberikan. Krisis moneter yang menggoncang ibu pertiwi beberapa tahun silam adalah salah satu penyebab utama kenekatan mereka. Banyak yang mati-matian mempertahankan kenyamanan bekerja di negeri Paman Sam ini meski itu secara illegal. Meski itu harus kucing-kucingan dengan FBI dan petugas negara lainnya. Akibatnya, ketika harus duduk di ruang pengadilan imigrasi, sebagian besar dari mereka dideportasi karena melanggar hukum dan aturan yang berlaku di negeri ini.

Untuk menghindari kemungkinan dipulangkan itu, banyak yang meminta suaka politik dengan mengacu pada rentetan tragedi 1998 antara lain pemerkosaan wanita-wanita keturunan Cina, pembakaran gereja-gereja, diskriminasi terhadap kaum minoritas, penembakan mahasiswa universitas Trisakti dan reformasi yang mengawali lengsernya kepemimpinan pemerintah orde baru.

Sementara itu dari sudut Amerika sendiri tragedi 911 telah meluluh lantakkan kepercayaan Amerika pada dunia luar dan khususnya pada negara-negara berbasis Islam. Bila keadaan ini dihubungkan dengan politik luar negeri dan situasi keamanan Indonesia, maka peristiwa pemboman yang beruntun dari bom di Bali, bom di hotel Marriott, bom di kedutaan Australia, dan bom di Bali yang lebih besar lagi – dan entah daftar perilaku kebiadaban yang menewaskan orang tak bersalah yang mana lagi - mengakibatkan negeriku masuk daftar 25 negara yang dicurigai sebagai "sarang" teroris. Sungguh fakta sejarah kelabu negeriku yang menyesakkan hati.

Pemikiranku tentang kekalutan politik Indonesia dan terorisme langsung lenyap ketika mataku tertuju pada kursi di sebelah kursi pengacara. Seorang wanita muda, kurus kecil dan tampak pucat sepucat jilbabnya, duduk di kursi itu. Kepalanya tertunduk memandangi jari-jarinya yang berkaitan satu dengan lainnya. Dari bahasa tubuhnya yang resah dan gelisah, ia kelihatan takut dan tak nyaman duduk di kursi kulit warna merah marun gelap dan berada di ruangan pengadilan yang dingin itu.

"Nama saya Neneng, asal dari Cianjur. Usia tujuhbelas tahun. Orang tua saya miskin dan tidak punya pekerjaan. Waktu saya umur 12 tahun saya dijual oleh orang tua saya kepada tetangga dengan bayaran limapuluh kilogram beras. Lalu saya dibawa ke agen tenaga kerja di Jakarta. Setelah training bahasa Arab dan pekerjaan rumah tangga lainnya saya dikirim ke Arab Saudi untuk menjadi pembantu sebuah keluarga dengan lima anak kecil-kecil. Tadinya saya senang karena saya kira saya akan punya kesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Tapi ternyata majikan saya mendapat pekerjaan di sini maka sayapun dibawa ke negeri ini."

Ruangan hening. Semua pertanyaan dari hakim dijawabnya dengan suaranya yang pelan dan terdengar gemetaran.

"Majikan saya punya adik yang berdekatan apartemennya. Mereka juga punya anak lima yang seusia dengan anak-anak majikan saya. Tiap hari mereka datang ke apartemen kami, dan saya harus mengasuh dan menjaga semuanya. Total sepuluh anak. Kalau ada anak yang berkelahi, jatuh atau terluka, maka saya dipukuli, ditendang, atau ditampar oleh majikan saya. Kadang pakai sepatu, pakai kayu, pakai tangan atau apa saja yang bisa dipukulkan ke badan saya. Kadang anak-anaknya juga memukuli saya, meniru ibunya. Sampai akhirnya saya tidak tahan lagi dan waktu mereka tidur saya lari ke masjid di dekat apartemen mereka."

Suara Neneng putus-putus menahan isak. Sesekali ia mengambil nafas kala suaranya mulai menyesak di lehernya, dan berulangkali mengusap mata basahnya
dengan ujung jilbab putihnya.

"Dan di masjid itu kamu bertemu dengan istri bapak ini?" Tanya hakim seraya menunjuk pada seorang lelaki setengah baya, dokter anak dari Mesir - yang duduk di bangku panjang di belakang ruangan, mengikuti jalannya persidangan dengan tenang.

"Ya. Dan istri bapak ini membawa saya ke rumahnya, dan sampai sekarang saya tinggal bersama mereka dan belum kembali ke rumah majikan saya. Saya takut kembali ke sana lagi. Saya takut dipukuli lagi. Saya tahu saya salah karena melarikan diri dari rumah majikan saya. Saya mau dihukum penjara, tapi tolong jangan kembalikan saya pada majikan saya." Tanpa bisa dihentikan, Neneng menangis tergugu. Hakim sesaat terpaku sebelum memberikan waktu istirahat setengah jam, lalu menyelinap ke luar ruang sidang.

Neneng adalah wajah dalam cermin kemiskinan negeriku. Refleksi bayangan ketidakmampuan bangsaku untuk mengayominya dan keluarganya. Ekonomi carut marut negara memaksa anak sebelia itu untuk jadi tenaga kerja di negeri orang. Tanpa digaji, malah disiksa. Ternyata jiwa perbudakan di mana-mana masih juga ada! Pikiran Neneng sangat sederhana. Yang dia tahu orang tuanya sudah melakukan transaksi jual beli atas dirinya. Ada sebersit harapan sewaktu datang ke Arab Saudi untuk bisa menunaikan ibadah haji. Meski seumur hidup hanya sekali. Menginjakkan kakinya di tanah suci adalah hal yang sungguh tak ternilai dalam hidupnya. Dan bila ketidakmengertiannya bahwa kepergiannya ke Arab Saudi itu tak ada hubungannya dengan naik haji karena ia adalah pembantu rumah tangga yang tak punya hak diri, itu tanggung jawab siapa?

Negeriku adalah negeri yang konon bangga dengan jumlah Muslimnya yang terbesar di dunia. Tapi apakah jumlah itu punya daya, mampu memberikan hak dan perlindungan pada anak-anak seperti Neneng dan jutaan Neneng lainnya? Aku tercenung lama dan terbersit tanya, kapan negeriku yang gemah ripah loh jinawi bisa memberikan ketentraman pada anak-anak bangsanya sendiri, sehingga tak perlu mereka mencari dan mengais rejeki di negeri orang. Sebagai anak bangsa Indonesia aku sungguh malu. Tapi sesungguhnya adakah pilihan itu? Andaipun ada, Neneng tak pernah memiliki pilihan itu.

Amerika tak bisa dipungkiri - adalah negara yang dibenci banyak negara lain di dunia. Ia dikutuk! Dihujat! Dimaki! Tapi seiring dengan itu Amerika juga adalah bangsa yang dicintai, perlindungan dan keamanannya dicari, stabilitas ekonominya diingini. Dan dengan seribu satu macam alasan dan tujuan, manusia dari seluruh penjuru dunia berlomba untuk hijrah ke negara ini. Dan rasa yang kulihat di wajah-wajah bertaburan keluar masuk di pintu pengadilan imigrasi itu adalah rasa yang berkecamuk antara harapan untuk menetap, bekerja keras dan berpenghidupan yang lebih baik di Amerika atau harus pulang dan tak tahu kehidupan apa yang menanti di negara asalnya masing-masing.

Kasus Neneng, bukanlah kasus di mana orang yang ketahuan overstay lalu minta suaka dengan merekayasa cerita tentang kebobrokan bangsa atau kebiadaban manusia di tanah air. Kasus Neneng bukanlah kasus di mana dia ingin mendapatkan green card dan visa kerja di Amerika – sementara apa itu green card dan apa itu social security Neneng tak pernah tahu dan dengar. Kasus Neneng, adalah akibat penjajahan kemiskinan dan kebodohan yang makin merajalela di negerinya, yang juga adalah negeriku. Dan Amerika pun dengan tulus memunguti serpihan luka yang berhamburan di benuanya ini dan melindungi Neneng ini dan Neneng-Neneng lainnya dalam rengkuhan senyum tipis Lady Liberty yang bersahaja tapi sarat makna: Give me your tired, your poor…

Hakim kembali ke ruang sidang siap dengan keputusannya, atas nama negara Amerika. Kudengar suara lembut keibuannya yang tak pernah kubayangkan akan terdengar dari sidang pengadilan seperti ini ketika Neneng memberikan persetujuannya dijadikan anak negara. Neneng diberi hak untuk bersekolah dengan biaya negara, diberikan pekerjaan dengan gaji minimum, mendapat tempat tinggal, diberi jaminan pelayanan kesehatan seumur hidupnya. Dan Neneng diberi kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. Terdengar dokter Mesir itu membisikkan puji syukur, "Allahu Akbar" .

Sore itu, sementara menunggu taksi untuk kembali ke bandara udara, dengan hati menyesak rindu pada kampung halaman kuguratkan tulisan di lembar kertas kuning lagu yang kuingat sebagai penutup acara televisi di masa kecilku, "Tanah airku Indonesia . Negeri elok amat kucinta. Tanah tumpah darahku yang mulia. Yang kupuja sepanjang masa. Tanah airku aman dan makmur. Pulau kelapa yang amat subur. Pulau melati pujaan bangsa sejak dulu kala… " dari tempat dudukku di tepian sungai di sudut One River View Square.

Dan Neneng, sekuntum melati bangsaku yang tak pernah hidup dalam negeri yang aman dan makmur itu kini jauh dari Indonesia, negeri elok yang hanya ada dalam lagu penutup acara di tivi itu. Hari ini dan hari esoknya bergantung pada belas kasih dan perlindungan negara ini. Ketika kulihat taksiku datang aku segera beranjak. Sekilas kuletakkan tanganku di marmer hitam di depan gedung pengadilan imigrasi itu. Dan bayangan wajah bercahaya Neneng yang berjilbab putih mengenakan toga dan merengkuh selembar diploma di tangannya, dengan latar belakang bendera Amerika - melintas di mataku yang mulai berembun.

Wednesday, November 21, 2007

“Edensor”: Bermimpilah!


Menggugah imajinasi, membawa hayal menembus batas mimpi! Itu kesan saya terhadap novel "Edensor" karya Andrea Hirata. Padahal saya cuma baca resensinya saja dari blognya Seta. Wuih! gimana kalo' baca novelnya ya?. Ini neh resensinya.



Jalan-jalan desa menanjak berliku-liku dihiasi deretan pohon oak berselang-seling di antara jerejak anggur yang ditelantarkan. Lebah madu berdengung mengerubuti petunia. Daffodil dan astuaria tumbuh sepanjang pagar peternakan, berdesakan di celah-celah bangku batu. Di belakang rumah penduduk tumpah ruah dedaunan berwarna orange, mendayu-dayu karena belaian angin. Lalu terbentang luas padang rumput, permukaannya ditebari awan-awan kapas… (hal. 274)

#

Aku bergegas meminta sopir berhenti dan menghambur ke luar. Ribuan fragmen ingatan akan keindahan tempat ini selama belasan tahun, tiba-tiba tersintesa persis di depan mataku, indah tak terperi.

Kepada seorang ibu yang lewat aku bertanya, “Ibu, dapatkah memberi tahuku nama tempat ini?”

Ia menatapku lembut, lalu menjawab.

“Sure lof, it’s Edensor …” (hal. 288)

#

Ya, tidak salah memang, "Edensor" adalah nama sebuah desa khayalan yang dikutip dari novel karya Herriot, “Seandainya Mereka Bisa Bicara”, kenangan A Ling untuk Ikal—sang tokoh protagonis. Khayalan terhadap desa ini telah menghantarkan Ikal (dan Arai) menjelajahi setiap jengkal tanah di Benua Biru—Eropa, hingga menjamah Gurun Sahara dan Zaire di Benua Hitam—Afrika.

#

Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.

Itulah kata kunci yang menjadi benang merah novel “Edensor”. Novel ketiga dari tetralogi “Laskar Pelangi” (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov) karya Andrea Hirata, alumni FE UI yang mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di UniversitĂ© de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.

Kalau novel pertama “Laskar Pelangi” berkisah tentang masa kecil para Laskar Pelangi dengan latar SD Muhammadiyah nun jauh di kampung halamannya di pesisir Belitong (Provinsi Babel) sana, dan novel kedua, “Sang Pemimpi” bercerita mengenai Ikal saat merantau ke Jakarta, maka “Edensor” mengupas kehidupan Ikal dan Arai semasa menempuh kuliah di UniversitĂ© de Paris, Sorbonne, Prancis dan petualangan-petualangan gilanya menaklukkan 31 negara di dataran Eropa dan separo Afrika dengan cara mengamen menjadi manusia patung ikan duyung untuk membiayainya.

Berbekal visa Schengen-nya yang memungkinkan seseorang bebas keluar masuk banyak negara Eropa, kita akan diajak berkeliling benua Biru itu dengan segudang keunikan masing-masing kota di setiap negara yang disinggahi Ikal dan Aray.

Dimulai dari Groningen’s Red Zone—sebuah kompleks lokalisasi di ujung utara Belanda. Membungkus diri dalam sleeping bag di sudut stasiun Kõln—Jerman. Menjelajah kawasan Skandinavia—dari Denmark, Swedia, Norwegia, Islandia, hingga kota terakhir Helsinky di Finlandia. Terlunta-lunta dan kelaparan berbulan-bulan di pedalaman miskin negeri Beruang Merah yang terbentang belasan ribu kilometer dari Belomorsk di titik paling timur hingga Olovyannaya di ujung paling barat Rusia. Singgah ke ujung dunia—Belush’ye, yang berada di Taiga Siberia, bagian dari Siberia yang paling pelosok berbatasan langsung dengan Samudra Artik dan Kutub Utara yang jika musim dingin suhunya merosot hingga minus 46 derajat celcius.

Berdiri di atas kapal fery di tengah Laut Kaspia dan tiba di Akropolis, gudangnya para filosof dunia itu—Yunani. Melintasi negeri-negeri Balkan dan nyaris kehilangan nyawa saat di rampok kawanan begundal di kota terpencil nan kumuh Crainova, di pelosok Rumania. Menyebrangi Laut Baltik dari pelabuhan Estonia ke Hamburg—Jerman, dan kembali menjelajah Eropa Barat menerobos Genewa, Swiss.

Bertatap muka dengan Oruzgan Mourad Karzani di Austria, pahlawan besar Balloch yang menumbangkan resimen Tentara Merah di Lembah Towraghondi tahun 1988. Salah satu penentu hengkangnya Rusia setelah dua belas tahun menginvansi Afganistan. Oruzgan adalah pejuang Mujahiddin yang mendapat suaka politik di Austria setelah bertikai dengan Aliansi Utara milisi Taliban.

Kemudian kita diajak singgah di Venesia dengan gondola-gondola yang meluncur syahdu di kanal-kanal yang berkilauan. Mengunjungi Colosseum Verona, tempat dimana konon William Shakespeare menulis kisah cinta terbesar dalam sejarah umat: Romeo and Juliette. Kemudian bertemu dengan Andrea Galliano—seorang wanita Italia yang dulu pernah dianggap sinting karena memanjat tiang telepon dan mengancam menerjunkan diri jika Elvis Presley—artis pujaannya, tak membalas suratnya, di Milan.

Oi, kalian percaya tidak kalau ternyata nama depan Andrea Hirata diambil dari nama depan wanita Italiano itu?

Begitulah, dari Milan, Ikal dan Arai akan memaksa kita menuju Jembatan Ponte Vechio di Florence di selatan Italia yang sangat unik karena lengan-lengan jembatan itu dilekati rumah-rumah penduduk berusia ratusan tahun, bertingkat-tingkat seperti kandang merpati. Dan, akhirnya terdampar di Mesina, kota sarang gembong mafia di Negeri Pizza, di Pulau Sisilia.

Tidak puas di daratan Eropa, mereka melintasi Kanal Sisilia, Pulau Sardinia, dan Pantai Malta untuk kemudian merapat di Dermaga Kelibia, Tunisia, gerbang utara Afrika.

Selamat Datang di Benua Hitam!

#

Jika buku-buku motivasi menguraikan banyak hal yang hanya berhenti sampai pada tataran teori, maka novel “Edensor” ini adalah sebuah kitab provokasi yang proven karena penulisannya terinspirasi oleh perjalanan hidup Andrea Hirata sendiri.

Pembuktian bahwa sekecil apapun mimpi-mimpi yang pernah kita miliki di masa lalu dan saat ini merupakan energi terdahsyat yang akan membawa kita untuk meraihnya di masa yang akan datang. Bahwa tidak ada hal sekecil apa pun terjadi karena kebetulan. Bahwa mimpi-mimpi masa kecil mampu menjadi pemain utama dalam pengembaraan nasib.

#

Dalam novel ini, kita juga akan menemukan kekhasan Andrea Hirata yang kampiun dalam bermetafora, pesan-pesan bijak dan akhir tiap mozaik yang mengejutkan dan penuh ironi menggelitik nan satire yang sungguh akan membuat kita terpingkal-pingkal—tertawa sampai menggigil.

Seperti kutipan di bawah ini, yang terdapat pada mozaik 38 “Enam Belas Tahun Tuhan Menunggu” hal. 243-244.

….

Sejak imam mengucapkan basmallah, aku dan Arai terpejam, khusyuk. Suara imam mendayu dalam masjid yang senyap. Aku dan Arai terhanyut. Senandungnya perlahan membawaku melayang ke Masjid Al-Hikmah di kampungku di Belitong, sebab lekukan tajwid, gaya, dan lagu imam sangat mirip dengan senandung imam kampung kami, Taikong Hamim. Ayat demi ayat mengalir, membelai-belai dan aku tercabut dari masjid itu. Aku serasa berdiri bersama puluhan anak Melayu di shaf belakang Masjid Al-Hikmah. Suasana tentram dan damai.

Namun ketika Imam Oruzgan sampai pada ayat terakhir Al-Fatihah, Waladh-dhoooolliiiin …. kekhusyukanku sontak berantakan. Aku terperanjat mendengar jeritan panjang, nyaring meliuk-liuk, seperti serigala mengundang kawin.

“Aaammmiiinnn … mmmmmiiinn … mmiiiiiiiinnnnn … mmmiiiiiiiiiinnnn ….”

Rupanya Arai melolong seperti dulu sering dilakukannya di Masjid Al-Hikmah untuk mengejek Taikong. Aku lebih kaget lagi karena suara amin itu hanya sendiri, sebab madzab yang dianut jamaah masjid ini hanya mengucapkan amin dalam hati. Suara Arai nyaring bergema-gema, meliuk-liuk, terpantul-pantul sendirian dari pilar ke pilar dalam ruangan besar itu. Di sebelahku tubuh Arai bergetar-getar hebat, kulitnya yang menempel padaku menjadi dingin, keringatnya mengalir deras, dan giginya gemelutuk. Mashood mendengus-dengus seperti kambing bengek. Ia pasti setengah mati menahan tawa.

Tuhan Tahu tapi Menunggu, kata Tolstoy. Enam belas tahun Tuhan menunggu untuk membalas kejahatan Arai dengan rasa malu yang tak tertanggungkan pada jemaah Afghanistan yang terhormat. Ribuan kilometer dari Masjid Al-Hikmah di Belitong, nun jauh di negeri yang sedikit pun tak pernah terbayangkan, karma menemui Arai. Usai shalat Arai menghampiri Imam, ia bersikap gentleman, memohon maaf dan mengatakan semua terjadi di luar kesadarannya.

“Sesuatu yang berasal dari keisengan masa kecil, Imamku,” kilahnya menyesal.

Imam tersenyum simpul.

“My brother,” sapanya halus. “Tak selembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan Allah.”

Kami bergegas kabur. Dari kejauhan kulihat segerombolan besar orang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut, sampai terduduk-duduk. Mashood tergopoh-gopoh meraih sepeda ontelnya, pontang-panting menyusul kami.

“Brothers, brothers ….

“Very very goooood ….”

#

Dan, bagi Anda yang mempunyai mimpi—ya, hanya sebatas mimpi bolehlah seperti saya juga, untuk bisa menginjakkan kaki di Benua Biru, lebih khusus lagi dalam rangka melanjutkan studi, saya pikir “Edensor”—yang termasuk salah satu nominasi calon peraih Katulistiwa Award 2007, mungkin bisa menjadi sebuah referensi yang perlu untuk dibaca sekaligus menghibur.

Anda tidak percaya? Buktikan saja sendiri!

#

Selasa pagi, 20 November 2007 03:14 a.m


Thursday, November 15, 2007

Kita Seperti Impian Kita

Hari ini dapat email yang "inspiring" banget dari teman milist (jokoglobal@yahoo.co.id). Saya post disini setelah di edit sedikit...here it sounds...

.....Aku sesuai dengan prasangka hamba-hambaKu kepadaKu (Hadist Qudsi-HR. Abu Hurairah)

BERSAHABAT DENGAN GAGAL..

Sebab sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Alam Nasrah [94]: 5-6)

Sudah sunnatullah setiap manusia pernah mengalami kegagalan, para nabi-nabi juga pernah gagal.
Hukum pertama untuk berhasil adalah berani gagal. Kita tidak akan tahu seberapa jauh kita bisa terbang kalau kita tidak pernah mencoba. Karena kegagalan sesungguhnya adalah berhenti untuk mencoba lagi.

Tidak ada orang yang langsung lancar bersepeda tanpa jatuh pada kesempatan pertama.

Waktu belajar jalan kita sudah mengalami jatuh berkali-kali.

Rasulullah tidak langsung sukses berdakwah di Mekkah pada masa-masa awal Islam turun, padahal beliau utusan Tuhan. Bahkan, beliau sampai harus hijrah ke Madinah karena ditolak orang-orang jahil.

Thomas Alfa Edison mengalami 2000 kali kegagalan sebelum menemukan lampu.

Debut pertama Elvis Presley di Las Vegas thn 1956 dibatalkan karena tiketnya tidak laku.

Wright bersaudara gagal dan dihina sebelum berhasil menemukan pesawat terbang.

Abraham Lincoln 45 tahun gagal sebelum akhirnya sukses sebagai Presiden Amerika yang menghapus perbudakan.

Apa jadinya Afrika Selatan kalau Nelson Mandela berhenti melawan apartheid (diskriminasi ras) setelah 25 thn dipenjara.

Kita tidak akan ada di dunia jika saja dulu ayah kita takut ditolak waktu melamar ibu kita. Hee..hee..

Gagal cuma bagian dari proses belajar untuk sukses.

So,..gagal? Biasa aja lagi!!! Ayo..coba lagi dengan lebih baik..Optimislah !!!

Saturday, November 10, 2007

Yang Mendapat Nikmat

Sungguh, tidak mudah menjadi terasing; bersendirian dalam keyakinan, ucapan, serta amalan. Sebab tabiat manusia yang sosial, menghajatkan penerimaan yang layak dari sekitarnya. Ia selalu mencari komunitasnya agar diterima dan selalu bertanya, di manakah manusia ramai berada. Seperti perkataan Ibnul Qayyim, "Inilah keadaan mayoritas manusia, keadaan yang seringkali menghancurkan mereka."

Memang tidak mudah mencari kesalahan mayoritas, sebab semuanya tampak benar dan baik-baik saja. Aneh rasanya berbeda dengan mereka. Padahal mereka sendiri tidak pernah bertanya tentang kebenaran keyakinan dan perbuatan mereka, bahkan juga tentang duduk masalah sebenarnya.

Ibarat ajaran kitab suci, penerimaannya diniscayakan, sedang penolakannya ditabukan. Mereka hanya menerima, melestarikan, dan membela apa yang ada. Mereka mencari siapa yang berbeda, karena ingin semuanya sama dan serupa. Mereka merasa telah menjadi pahlawan, meski entah untuk apa. Tapi siapa yang bisa menolak hidayah? Ketika ia menyinari dan menghidupkan kalbu, juga akal sehat.

Membuat segala persoalan menjadi benderang, sehingga semuanya tampak sebagaimana seharusnya. Kemudian memberinya energi untuk menggugat. Bahkan kepada kelaziman yang telah diterima bulat. Hasilnya adalah keyakinan dan keberanian. Sebab hidup yang hanya sekali, memang harus membuatnya berarti! Akan selalu berbeda antara hamba yang kalbunya disinari iman dengan manusia yang berada dalam kegelapan. Antara mereka yang "bernyawa" dengan mereka yang telah binasa.

Mereka tidak akan pernah sama selama langit dan bumi masih ada. Bahkan ketika saat menghadap-Nya di akhirat telah tiba. Bahkan akhir dan kesudahannya. Manusia yang mendapat nikmat, adalah hamba-hamba yang ikhlas menerima kebenaran. Kalbu mereka bersinar karena al-Quran, ilmu, dan petunjuk. Mereka berjalan di bumi menyusuri shirathal mustaqim.

Mereka pun pernah menjadi mayoritas pada zamannya. Ketika langit menyentuh bumi, hingga ajaran Sang Pencipta langit tidak lagi diingkari. Kita harus percaya bahwa mereka pernah ada. Bahwa keyakinan mereka pernah juga menjadi yang paling banyak pengikutnya. Dan bahwa, saat itu, kebenaran bukanlah sebuah kemustahilan. Hingga manusia-manusia durjanalah yang justru menjadi asing dan tak lazim.

Meski kini, kita tak lagi berada dalam situasi yang sama, bukan berarti kita boleh menyerah begitu saja. Sebab kita hidup untuk Sang Pencipta yang sama, sedang zaman bisa berubah semaunya. Membolak-ballikkan logika kebenaran, juga siapa yang mayoritas dan siapa yang minoritas. Kita ingin menjadi hamba yang mendapat nikmat, bukan manusia yang dilaknat, dan bukan pula manusia yang sesat. Kita ingin hidup ini bermakna, sebab untuk inilah, sesungguhnya, kita diciptakan dan ada!

Thursday, November 8, 2007

Kisah Sufi : Ayah, Bagaimana Keadaanmu ?

Saat itu Syech Hasan sedang duduk-duduk di depan rumahnya, tiba-tiba ada jenazah seorang laki-laki melintas di depan rumahnya menuju ke tempat pemakaman. Terlihat olehnya di belakang jenazah seorang anak wanita bersama para pelayat yang lain. Rambut wanita itu tergerai dan tidak henti-hentinya menangis. Jelas nampak dalam raut wajahnya rasa duka yang sangat mendalam.

Syech Hasan berfikir bahwa mungkin anak wanita itu adalah Putri dari jenazah tadi. Segera saja Syech Hasan membuntuti iring-iringan jenazah tersebut dan mendekati anak wanita yang dari tadi menangis. Tatkala sudah dekat dengan anak wanita itu, Syech Hasan mendengar dengan jelas rintihannya.

"Wahai Ayah, belum pernah selama hidupku mengalami perasaan sedih dan duka yang sangat mendalam seperti yang aku alami sekarang ini. Aku benar-benar merasa kehilangan Ayah."

"Nak, belum pernah juga ayahmu mengalami kejadian yang menyusahkan seperti sekarang ini!" sahut Syekh Hasan.

Setelah tiba di sebuah mushalla, jenazah itu pun segera disholati dan kemudian dimakamkan. Derai tangis anak wanita tadi belum juga reda sampai acara pemakaman. Setelah acara pemakaman selesai para pengantar pun segera kembali ke rumahnya masing-masing.

Esok harinya, setelah menjalankan shalat subuh Syeikh Hasan kembali duduk-duduk santai di depan rumahnya. Namun selang beberapa lama kemudian, ia melihat anak wanita dengan jalan yang tergesa-gesa melintasi depan rumahnya. Rupanya, ia adalah anak wanita yang kemarin ditinggal mati oleh bapaknya. Anak wanita ini rupa-rupanya berjalan menuju tempat pemakaman. Merasa ada gelagat yang kurang baik, segera Syech Hasan mengikutinya dari kejauhan. Beliau ingin tahu apa sebenarnya yang ingin dikerjakan anak itu. Saat anak wanita itu memasuki makam, Syeikh Hasan mengintip dari tempat yang tersembunyi.

Tiba-tiba anak wanita itu memeluk nisan dan pipinya yang basah dengan air mata ditaruh diatas gundukan makam ayahnya, seraya berkata,

"Wahai ayah, bagaimana tadi malam engkau menginap? Kemarin lusa aku masih mempersiapkan alas tidur untukmu. Lalu siapakah yang mempersiapkan alas tidurmu tadi malam? Kemarin lusa aku masih mempersiapkan lampu untuk menerangimu. Lalu siapakah gerangan yang mempersiapkan lampu untuk menerangimu tadi malam?"

"Wahai ayah, ketika badanmu terasa pegal-pegal, seringkali aku memijat badanmu. Lalu siapa lagi sekarang yang akan memijat-mijatmu?"

"Wahai ayah," rintihnya lebih lanjut, "Ketika engkau merasa haus, dengan segera aku mengambilkan minuman untukmu. Namun siapakah yang mengambilkan engkau minum tadi malam? Ketika engkau merasa jemu dan penat tidur terlentang, maka segara aku balikkan engkau agar nyaman. Namun siapakah tadi malam yang mau membalik tubuhmu agar nyaman?"

"Dengan perasaan belas kasih, kemarin aku masih memandangi wajahmu. Tapi sekarang siapa lagi yang akan memandangi wajahmu seperti itu? Saat engkau memerlukan sesuatu, engkau segera memanggilku. Tapi bagaimana dengan malam tadi, siapakah yang engkau panggil? Bahkan kemarin lusa, aku masih memasakkan makanan untukmu. Tapi masihkah engkau juga menginginkannya dan siapa yang akan menyiapkan makanan untukmu?"

Air mata Syech Hasan tak sanggup lagi dibendungnya saat mendengar rintihan anak wanita itu. Air matanya berderai dengan derasnya berjatuhan satu persatu ke pipinya. Ia langsung menampakkan diri dari tempat persembunyiannya.

"Janganlah engkau mengucapkan kata-kata seperti itu, Nak!" hibur Syech Hasan sambil mengusap rambut wanita kecil itu.

"Namun katakanlah, "Wahai ayah, kemarin kami masih menghadapkan wajahmu ke arah kiblat. Lalu masihkah kini wajahmu menghadap ke kiblat ataukah telah berpaling darinya? Wahai ayah, saat kami menaruhkanmu di kubur, tubuhmu masih tampak utuh. Tapi masihkah sekarang keadaanmu seperti itu ataukah sudah habis dimakan ulat?"

"Ucapkan pula, Nak! Para ulama telah mengatakan bahwa seseorang yang sudah mati itu pasti akan ditanyai tentang keimanannya. Di antara mereka ada bisa menjawab dengan benar tapi ada juga yang tidak bisa menjawabnya sama sekali. Adakah ayah termasuk di antara mereka yang bisa menjawabnya?"

"Mereka juga menjelaskan bahwa sebagian jenazah itu ada yang dijepit oleh liang kuburnya sendiri hingga tulang rusuknya hancur berantakan, tapi adakalanya pula yang merasa liang kuburnya tersebut sangat luas sekali. Lalu bagaimana dengan keadaan kubur ayah sekarang ini?"

"Begitu juga ada keterangan yang menyebutkan bahwa kubur itu acapkali diganti dengan taman-taman surga, tapi adakalanya pula yang diubah menjadi jurang neraka. Lalu bagaimana dengan kubur ayah sekarang? Demikian pula ada yang menerangkan bahwa sebagian kafan itu kelak akan digantikan dengan kafan surga dan adakalanya pula yang diganti dari kafan neraka. Lantas dengan apakah kafan ayah digantikan?"

"Keterangan lain yang dikatakan oleh para ulama adalah bahwa kubur itu acapkali memeluk penghuninya sebagimana seorang ibu yang memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Tapi adakalanya pula yang mendapatkan marah dari kuburnya hingga menjepit sampai tulang belulangnya berserakan. Adakah kubur ayah sekarang marah ataukah sebaliknya memeluk ayah dengan kasih sayang?"

"Demikian juga bahwa para ulama telah menjelaskan, ketika seseorang telah memasuki kuburnya, maka bila dia sebagai orang yang bertakwa, ia akan menyesal karena merasa ketakwaannya belumlah seberapa. Begitu juga dengan orang yang durhaka. Mereka akan menyesal karena semasa hidupnya tidak mau berbuat kebajikan. Lantas apakah ayah tergolong mereka yang menyesal karena tidak pernah berbuat kebajikan ataukah mereka yang menyesal karena merasa ketakwaannya belumlah seberapa?"

"Wahai ayah, cukup lama aku memanggilmu! Tapi mengapa engkau tidak menjawab sedikit pun panggilanku. Ya Allah, janganlah kiranya Engkau menghalangi pertemuanku kelak di akhirat dengannya!"

Usai Syech Hasan mengajari seperti itu, anak kecil tersebut menolehkan kepalanya seraya berkata,

"Kalimat-kalimat yang engkau ajarkan itu sungguh menyejukkan hatiku. Sehingga hatiku sekarang merasa lebih tentram dan memalingkan aku dari kelalaian."

Melihat anak wanita itu sudah tenang hatinya, segera saja Syech Hasan mengantarnya pulang.

Demikianlah, mudah-mudahan dari kisah ini ada hikmah dan pelajaran berharga yang bisa kita renungkan bersama. Tidaklah perkara dunia yang harus kita tanyakan atau kita pikirkan pada orang yang ada di dalam kubur, namun perkara akhiratlah yang harus kita tanyakan atau kita pikirkan pada orang yang sudah berada di alam kubur.

Tuesday, November 6, 2007

Inilah 10 Kriteria Aliran Sesat


Gagah Wijoseno - detikcom

Jakarta - Bagaimana caranya menentukan suatu kelompok merupakan aliran sesat? Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan 10 kriterianya. Pedoman agar tidak tersesat.

Pedoman identifikasi aliran sesat dikemukakan dalam penutupan rakernas MUI di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin,
Jakarta, Selasa (6/11/2007).

Berikut kriterianya:

1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6.

2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah.

3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.

4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran.

5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.

6. Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam.

7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.

8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.

9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak 5 waktu.

10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.

Walau termuat kriteria-kriteria sesat, Sekretaris Umum MUI Ichwan Syam mengatakan, tidak serta merta seseorang atau kelompok dikelompokkan sesat.

"Butuh waktu dan pengkajian mendalam untuk mengeluarkan fatwa sesat. Kita teliti, dikaji dulu, baru dikeluarkan fatwanya," ujarnya. (sss/nrl)

Friday, November 2, 2007

Cinta di Atas Cinta

Perempuan oh perempuan ! Pengalaman bathin para pahlawan dengan mereka ternyata jauh lebih rumit dari yang kita bayangkan. Apa yang terjadi, misalnya jika kenangan cinta hadir kembali di jalan pertaubatan seorang pahlawan? Keagungan!

Itulah, misalnya, pengalaman bathin Umar bin Abdul Aziz. Sebenarnya Umar seorang ulama, bahkan seorang mujtahid. Tapi ia dibesarkan di lingkungan istana Bani Umayyah, hidup dengan gaya hidup mereka, bukan gaya hidup seorang ulama. Ia bahkan menjadi trendsetter di lingkungan keluarga kerajaan. Shalat jamaah kadang ditunda karena ia masih sedang menyisir rambutnya.

Tapi, begitu ia menjadi khalifah, tiba-tiba kesadaran spiritualnya justru tumbuh mendadak pada detik inagurasi nya. Iapun bertaubat. Sejak itu ia bertekad untuk berubah dan merubah dinasti Bani Umayyah. Aku takut pada neraka katanya menjelaskan rahasia perubahan itu kepada seorang ulama terbesar zamannya, pionir kodifikasi hadits, yang duduk di sampingnya, Al Zuhri.

Ia memulai perubahan besar itu dari dari dalam dirinya sendiri, istri, anak-anaknya, keluarga kerajaan, hingga seluruh rakyatnya. Kerja keras ini membuahkan hasil; walaupun hanya memerintah dalam 2 tahun 5 bulan, tapi ia berhasil menggelar keadilan, kemakmuran dan kejayaan serta nuansa kehidupan zaman Khulafa Rasyidin. Maka iapun digelari Khalifah Rasyidin kelima.

Tapi itu ada harganya. Fisiknya
segera anjlok. Saat itulah istrinya datang membawa kejutan besar; menghadiahkan seorang gadis kepada suaminya untuk dinikahinya (lagi). Ironis, karena Umar sudah lama mencintai dan sangat menginginkan gadis itu, juga sebaliknya. Tapi istrinya, Fatimah, tidak pernah mengizinkannya; atas nama cinta dan cemburu. Sekarang justru sang istrilah YANG MEMBAWANYA SEBAGAI HADIAH. Fatimah hanya ingin memberikan dukungan moril kepada suaminya.

Itu saat terindah dalam hidup Umar, sekaligus saat paling mengharu-biru. Kenangan romantika sebelum saat perubahan bangkit kembali, dan menyalakan api cinta yang dulu pernah membakar segenap jiwanya. Tapi saat cinta ini hadir di jalan pertaubatannya, ketika cita-cita perubahannya belum selesai.

Cinta dan cita bertemu atau bertarung, di sini, di pelataran hati Sang Khalifah, Sang Pembaru. Apa yang salah kalau Umar menikahi gadis itu? Tidak ada! Tapi, Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya masih harus kembali ke dunia perasaan semacam ini, Kata Umar.

Cinta yang terbelah dan tersublimasi diantara kesadaran psiko-spiritual, berujung dengan keagungan; Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta! Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain.

Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya dengan sendu, Umar, dulu kamu pernah sangat mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang? Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya jauh lebih dalam!

M Anis Matta Lc.
Sumber : Tarbawi 55/4/Muharram 1424H

Friday, October 5, 2007

Menggadaikan "Cinta" untuk Yang Tercinta

Lelaki itu menatap bangunan di depannya dengan wajah gamang. Ia menghela nafas, lalu memandangi sesuatu yang ada di genggamannya. Dengan seksama ia mengamati barang di tangannya itu, seolah sesuatu yang amat berharga. Sekali lagi ia menarik nafasnya, memejamkan mata sebentar, kemudian melangkah masuk ke pintu bangunan.


Beberapa saat berlalu, dan Yudi (25), nama lelaki itu, keluar dari pintu pegadaian dengan kepala tertunduk. Ayah satu anak ini tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya karena harus merelakan cincin kawinnya digadaikan di Pegadaian Pasar Senen. Ia terpaksa melakukan hal itu demi mendapatkan uang untuk berlebaran nanti. “Lebaran nanti keperluan banyak,“ ujarnya lirih.

Ia menuturkan, gaji sebagai penjaga loket di Ancol tidak mencukupi, sementara THR-nya baru keluar seminggu setelah Lebaran. Padahal kebutuhan untuk berlebaran harus segera dibeli. Ia merencanakan menggunakan uang hasil gadai untuk membeli pakaian istri dan anaknya yang baru berumur tiga bulan.

Ia tidak tega membiarkan istrinya berlebaran tanpa pakaian baru, karena saudara dan tetangga lainnya sudah berulang kali mengajak istrinya itu berbelanja. "Selama ini jawaban yang kami berikan adalah menunggu THR. Tapi yang ditunggu itu ternyata baru muncul nanti," katanya.

Namun Yudi sedikit kecewa lantaran cincin emas seberat lima gram yang digadaikan hanya ditaksir Rp350 ribu. ”Tapi mau bagaimana lagi, cuma itu yang bisa digadai. Yah, mudah-mudahan cukup,” ujarnya dengan nada rendah. Uang itu pun dilipatnya dan dimasukkan ke dalam kantong celana jins-nya yang robek.

Yudi mengaku tindakannya itu atas sepengetahuan istrinya. ”Istri sudah setuju. Ini kan buat keperluan dia juga,” ujarnya sambil tersenyum kecut. Mereka berencana akan menebus kembali simbol ikatan cinta itu kelak setelah THR-nya keluar.

Mendekati hari Lebaran, pegadaian memang menjadi salah satu tujuan bagi mereka yang membutuhkan uang. Tak bisa dipungkiri, sebagian masyarakat kita memang masih hidup kekurangan. Sementara meniadakan hal-hal yang sudah menjadi "tradisi" Lebaran kadang sulit dilakukan.

Karena di hari Lebaran-lah satu-satunya kesempatan untuk pulang ke kampung halaman bagi sementara orang. Tak jarang pula Lebaran jadi satu-satunya momen untuk membeli baju baru, karena di luar itu tidak ada lagi uang yang ada, atau diusahakan ada.

Dan di waktu seperti inilah pegadaian menjadi tempat orang "memasrahkan" barang-barangnya. Tempat di mana beberapa orang terpaksa menggadaikan "cintanya" demi yang tercinta, seperti Yudi yang masih menerawang melihat jari manisnya yang kini polos.

Penulis : M2

Thursday, October 4, 2007

Bantah Fitnah, PKS Keluarkan Bayan

PKS akhirnya mengambil sikap setelah menghadapi berbagai fitnah dan tuduhan yang kerap diarahkan kepada partai dakwah itu. Dalam bayan (keterangan) yang berjudul “Risalah untuk mengokohkan ukhuwwah dan Ishlah”, PKS menyatakan prihatin terhadap fitnah yang belakangan gencar dilakukan oleh oknum tertentu terhadap para kader dan PKS sebagai organisasi politik sekaligus dakwah.

“DPP PKS prihatin dengan masih terus disebarkannya beragam informasi yang tidak bertanggung jawab seperti pengedaran selebaran/fotokopian yang mengatasnamakan DPD/DPP PKS, juga melalui ceramah/pengajian yang bisa menjadi fitnah terhadap PKS, dan dapat mengganggu iklim ukhuwah yang sedang dijalin serta ikhawatirkan dapat mengurangi kekhusuan beribadah puasa, ” demikian bunyi salah satu kalimat dalam bayan tersebut.

Dalam hal ini, DPP PKS menyampaikan klarifikasi bahwa pihaknya tidak sama dengan apa yang dilakukan kelompok yang disebut sebagai Wahabi. Disebutkan, PKS sangat menghormati perbedaan furuiyah dan mengedepankan ukhuwwah dan memahami bahwa ikhtilaf ijtihad bisa menjadi rahmat.

Dengan tinta tebal, bayan tersebut menuliskan “Karenanya melakukan tabdi' (membid'ahkan) dan takfir (mengkafirkan) para ulama apalagi para Wali songo yang sangat berjasa itu bukanlah Manhaj PKS yang menganut Ahlus Sunnah WaI Jama'ah.

Karenanya PKS tidak pernah mengeluarkan surat edaran yang berisi hujatan maupun pengharaman terhadap peringatan Maulid, Tahlilan, Barzanji yang dilakukan oleh ummat Islam di Indonesia penganut Ahlul Sunnah Wal jamaah. ”

Pernyataan ini, menurut PKS dilatarbelakangi karena ada sejumlah fotokopi surat edaran yang mengatas namakan DPP atau DPD tanpa ada yang menandatanganinya dan menggunakan kop yang berbeda itu adalah palsu dan merupakan fitnah terhadap PKS.

Sebagai jawabannya, disebutkan pula bahwa kader PKS seperti Nur Mahmudi Ismail yang juga adalah Walikota Depok, menyelenggarakan peringatan Maulid dengan penceramah K. H Zainuddin MZ dan Habieb Rizieq Shihab.

Poin kedua, dijelaskan bahwa PKS dalam melakukan aktifitasnya selalu mementingkan pengamalan prinsip tasamuh dan ta'awun dan berorientasi kepada khidmatul ummah dengan tetap menghormati kekhasan dari masing-masing organisasi maupun pilihan hasil ijtihadnya, selama ia memang mempunyai rujukan di dalam AI-Quran, Assunnah maupun mazhab ahlu sunnah wal jamaah.

Terlebih disadari pula bahwa banyak kader dan simpatisan PKS berasal dari berbagai macam latar belakang ormas keagamaan, seperti dari NU, Muhammadiyah. DDII, Persis, PUI, Hidayatullah dan lain-lain.

Karena itu ditegaskan dalam bayan tersebut, PKS tidak akan pernah mengeluarkan doktrin untuk mengambil alih apalagi menguasai asjid, jadwal Khotib, Rumah Sakit, Sekolah atau amal usaha milik organisasi lain. PKS bahkan menginstruksikan kepada seluruh kademya untuk membantu ummat yang menjadi korban gempa di Yogjakarta dan lain-lain dengan berkomunikasi dengan para donatur untuk membangunkan/membangun kembali Masjid-masjid yang diwakafkan misalnya kepada Muhammadiyah di Prambanan.

Bayan ini juga membantah adanya sekolah maupun radio partai yang menyampaikan takfir (mengkafirkan) dan membid’ahkan Wali Songo, terlebih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.

Pada poin terakhir, keterangan yang ditandanani oleh H. Tifatul Sembiring selaku Presiden Partai dan DR. Surahman Hidayat selaku Ketua Dewan Syariah Pusat PKS, menyebutkan pihaknya seperti juga organisasi yang lain, bukanlah kelompok yang ma'shum. Tapi hanyalah sekumpulan manusia yang bisa melakukan kesalahan. Karena itu, bila ternyata kebijakan partal tetapi di lapangan dinilai telah menimbulkan masalah di tengah sebagian ummat, PKS menyampaikan mohon maaf lahir dan bathin.

“PKS tetap berkomitmen untuk mendengar serta menerima nasihat. Agar terjadi ishlah, agar ukhuwwah Islamiyah dapat terjaga guna menguatkan ukhuwwah wathoniyah dan ukhuwwah basyariyah, ” tulis PKS sambil mengakhiri pernyataannya dengan harapan agar NKRI yang berdaulat menjadi jaya di tengah persaingan global.(Lili)

Wednesday, October 3, 2007

Menangislah Untuk Ramadhan Yang Kan Hilang

Nak, menangislah,

Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubarimu. Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan, dan tadarus quranmu tak juga beranjak pada juz empat. Jika itu adalah ungkapan penyesalanmu. Jika itu merupakan awal tekadmu untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lailmu yang centang perentang (ah, pasti kamu masih ingat obrolan tadi siang ketika dengan senyum manisnya teman ruanganmu berucap, "alhamdulillah tarawihku belum bolong. " dan kamu merasa ada malaikat yang menjauh darimu dan pindah padanya. Kamu merasa sendiri, terasing.)

Menangislah,

Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa ada satu hamba Allah yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena. Yang katanya berdoa sejak dua bulan sebelum ramadhan, yang katanya berlatih puasa semenjak rajab, yang katanya rajin mengikuti taklim tarhib ramadhan, tapi..., tapi sampai puasa hari ke dua puluh satu masih juga menggunjingkan kekhilafan teman ruanganmu, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunnah... Bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.

Menangislah, lebih keras...

Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kamu masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa kurang dari sepuluh. Tak ada yang dapat menjamin usiamu sampai untuk Ramadhan besok, sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang, bersama nostalgia yang terus tumbuh bersama usiamu. Setengah sadar menatap hidangan saat sahur, kolak-es buah yang tersaji saat berbuka, menyusuri gang sempit saat tadarus keliling, petasan dan kembang api yang disulut usai subuh. Ramadhan yang selalu membuka ingatan masa kecilmu dan terus terulang mengisi tahun-tahun kedewasaan.. .

Menangislah,

Untuk dosa-dosa yang belum juga diampuni, tapi kamu masih juga menambahi dengan dosa baru. Berapa kali kamu sholat taubat, tetapi tak lama kemudian ada saja kelalaian yang kamu buat? Kamu bilang tak sengaja? Tapi mengapa berulang dan tak juga kamu mengambil pelajaran? Syarat taubatan nasuha adalah bertekad tidak mengulanginya lagi dan bukannya bertobat sambil berucap 'kalau kejadian lagi, yaa taubat lagi'...

Menangislah,

Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Karena besok waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah sepuluh hari terakhir dan kamu belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar-lembar quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan keping-lembar mata uang menunggu disalurkan. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...

Oleh : Abdul Rozak