Thursday, December 22, 2005

Surat Untuk Ibu Indonesia Dari DPP PKS

Kepada yang Kami Cintai
Para Ibu Indonesia
Di tempat.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi wabarakatuh,

Bunda,
Saat bunda membaca surat ini, ketahuilah bahwa kami sangat bersyukur kepada Allah karena Dia memberikan pada kami berjuta bunda yang memiliki cinta yang berlimpah. Rela meregang nyawa demi kelahiran ananda tercinta, rela berkorban bagi kebaikan seluruh anggota keluarga.

Bunda,
Sepanjang sejarah kehidupan manusia para bundalah yang paling banyak menanam jasa. Hingga Rasulullah Saw memerintahkan setiap manusia untuk menghormati bundanya tiga kali lipat lebih besar daripada ayahnya sendiri. Di bawah telapak kaki bundalah surga terletak.

Bunda,
Kami, Partai Keadilan Sejahtera, sangat meyakini bahwa bunda adalah peletak dasar pendidikan ruhani dan moral dalam keluarga dengan penuh keikhlasan dan cinta. Para bundalah yang melatih kami untuk hidup bersih dan sehat, menggemari membaca dan menuntut ilmu, memelihara martabat diri, keluarga dan bangsa serta bertanggung jawab pada Sang Pencipta.

Bunda,
Tak terhingga cinta para bunda tercurah bagi seluruh anak bangsa. Dari keikhlasan untuk menebar cinta dan membimbing keluarga lahirlah generasi yang siap untuk membangun bangsa ini dengan penuh cinta dan hanya mengharap ridho Allah semata.

Kiranya, kami haturkan rasa terima kasih yang tak berhingga bagi seluruh bunda yang telah menebar cinta, mendidik generasi pembangun bangsa.

Wassalaamu’alaikum warahmaatullaahi wabarakaatuh,

Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2005
Salam cinta dari segenap pengurus DPP Partai Keadilan Sejahtera


Ledia Hanifa, SSI, M.Psi.T
Ketua DPP Bidang Kewanitaan

Monday, November 14, 2005

Tsabit Syawal

Oh rembulan...
Engkau telah penuhi RamadhanMu hingga tiba giliranmu meninggalkan kami di bumi. Berat kami melepasmu, enggan kami berpisah denganmu.

Ahh, kenapa engkau datang hanya sesaat, sedang RamadhanMu adalah yang paling utama di setiap detik, menit, hari dan malam-malammu, saat di setiap gerak dan detak jantung, helaan napas menjadi Tasbih, saat amal-amal dilipatgandakan pahalanya.

Sedang kami belum sempat memuliakan anak-anak yatim sepenuhnya, menggantikan ayah yang yatim dan bunda yang piatu, membagi kasih dan cinta kami, sedang kebanyakan mereka masih tuna griya.

Kami belum sempat mengenyangkan rasa lapar para fakir, merelai dahaganya para fuqara dan masaakin secara merata. Kami masih membiarkan mereka berbusana compeng, apalagi membaluti tubuh mereka dengan helai baju anyar untuk hari Lebaran yang fitri ini.

Ramadhan ini juga kami belum mampu memberi makan untuk berbuka kepada kaum dhuafa, mu'allaf mukmin di zona-zona konflik dan musibah yang melaksanakan shaum. Kami masih terlalu berkalkulasi padahal kami tahu akan kemurahanMu ya Rabb.

***

Atau kami belum mampu menahan lidah dan menyembunyikan aib teman dan jiran kami. Terkadang genderang telinga masih sempat mendengar tabuhnya ghibbah, gossip dan cerca maki. Tak terasa kami hanyut dengan arusnya maksiat hati.

Kami selalu mengelak ajakan berbuat ma'ruf seolah kami tak mampu membantu kerja-kerja amar dan amal, bahkan seringnya kami mengulur waktu dan memanjang janji. Sepertinya kami diburu waktu, seolah kami dikejar hantu, sedang waktu kami cuma dua puluh empat jam sehari, tujuh hari dalam sepekan.

Sujud kami masih singkat, khatam kami tak paripurna, kedalaman lautan dzikir dan wiridMu tak mampu kami arungi. Ikhlas kami masih saru dengan pamrih dan pamer, semburat sabar kami teramat tipis, seringnya terperdaya oleh buncahnya hati hingga amarah itu tak teredam.

Kata maaf masih berat terucapkan, apalagi melupakan. Punggung-punggung kami masih berat dengan beban dosa dan salah kami, kami terdzalimi oleh diri kami sendiri.

***

Kami tengah menikmati indahnya rona bulan dan nikmatnya shaum hai pemilik Ramadhan. Kaki kami tengah menapaki fase fase kesadaran. Kedua tangan kami tengah menengadah mohon ampunan dan hampuraMu. Dan bahwa kami baru mampu ber-bait belum banyak berbuat, tiba tiba kau harus beranjak.

Ohh...
Tahu-tahu semburat Tsabit Syawal menjelang, sang hilal tiba menggantikan rona RamadhanMu dibalik sendu dan kelabunya zona Eropa. Kami patuh pada sunatullah dan para alim yang menyaksikan ru'yah.

Ohh...
Begitu menyatunya buncahan antara rasa duka dan bahagia antara perpisahan dan kemenangan.

Tapi benarkah kami telah memenangkannya, ya Allah? Tergapaikan fitri ini? Tersisipkah di kisi-kisi hati yang rapuh dan rawan ini? Mungkinkan kefitrian ini mampu mematri bingkai hati dengan suar tawadhu dan ikhlas sehingga biasnya terrefleksi pada langkah dan gerak kami nanti.

Ya Allah...
Selaksa haru penuh harap, temukanlah kami dengan RamadhanMu di tahun mendatang, berilah kami kesempatan. Allahu 'alam bishawab.

Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa fuanna. Ya Allah, sesungguhnya Engkau yang Maha Pemaaf, Engkau suka memaafkan. Maka, maafkanlah kami.


(Shahida)

Tuesday, September 6, 2005

'Muslim'...sebuah puisi seorang mualaf

Muslim
by: Muhammad Faaiz Hidayatullah
(Christian Gustav)

Ya Allah..
Tak bisa bibirku berkata
Hanya hati memuji namaMu
Pancaran jiwa
Terangi hidup yang lama hampa
Kalimat syahadat kugenggam

Dzikrullah dan shalawat riuh dalam senandung
Seiring tetes air mata
Jatuh hapuskan kekafiranku
20 November silam
empat tahun kini
Jiwa ragaku berselimut Muslim
Songsong hari jelang hidupku yang baru
Di sini, aku berharap sebuah akhir yang baik
Dari awal yang tak terkira

Thursday, September 1, 2005

Bagaimana keadaan Iman-mu hari ini?

Apa kabar saudaraku? Bagaimana keadaan imanmu hari ini? Bagaimana pula kabar imanmu hari ini? Karena engkau pasti tahu bahwa yang menjadi ukuran kita selamat di Yaumil Akhir nanti adalah tingkat amal kita di dunia.

Pernahkah engkau mengingat kematian wahai saudaraku? Karena kematian menjadi kepastian; tanah menjadi tempat pembaringan; munkar dan nankir menjadi tamu; kuburan menjadi tempat tinggal; perut bumi menjadi tempat menetap; kiamat menjadi janji yang pasti; surga dan neraka menjadi tempat kembali.

Pernahkah terbersit difikiranmu tatkala manusia dikumpulkan dipadang mahsyar?..Pernahkah terbersit difikiranmu wahai saudaraku, tatkala disana matahari sangat dekat di ujung kepala?.. Rasulullah SAW bersabda : “Di hari kiamat nanti matahari akan mendekati manusia, sehingga jaraknya hanya satu mil. Manusia akan berada dalam keringatnya masing-masing sesuai dengan amal perbuatannya. Ada yang keringatnya sampai mata kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai setengah badan dan ada yang tenggelam sampai mulutnya.”

Saudaraku...
Pernahkah engkau membayangkan tentang neraka?
Tentang kegelapan neraka yang sangat pekat?
Rasulullah bersabda : “Api neraka dinyalakan seribu tahun hingga memerah, kemudian dinyalakan lagi seribu tahun hingga memutih dan dinyalakan lagi seribu tahun hingga menghitam. Dan jadilah neraka itu gelap pekat.”

Saudaraku...
Pernahkah engkau membayangkan tentang minuman ahli neraka?
Allah berfirman “..dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumkannya air nanah tersebut..” (Q.S Ibrahim : 16)
Rasulullah bersabda : “Ketika didekatkan kemulutnya maka mulutnya terpanggang dan kulit kepalanya terkelupas. Dan ketika dia meminumnya, maka terputuslah ususnya sehingga minumannya keluar dari duburnya”.

Saudaraku...
Cukuplah cerita tadi bagi kita, karena keadaan sesungguhnya pastilah lebih mengerikan!

Maafkan aku saudaraku, karena membuat hatimu gelisah oleh cerita itu.
Tapi karena kecintaanku padamu karena ALLAH SWT, maka aku ceritakan pula. Aku hanya ingin kita menjadi orang-orang yang selamat dari keburukan-keburukan itu.

Saudaraku...
Yang aku harapkan hanyalah agar kita selalu waspada terhadap kematian dengan jalan perbaiki diri tentunya. Dan pada saatnya nanti, kita menjadi orang yang siap menghadap-Nya.

“Rabbana atina fid dun-yaa hasanataw wa fil aakhiratihasanataw waqinaa ‘adzaabannar”. (Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat; dan peliharalah kami dari siksa neraka)
(Q.S Al-Baqarah : 210)

Wednesday, August 31, 2005

Menangislah..agar kau selamat!

"Seorang yang menangis karena takut kepada Allah tidak akan masuk neraka sekalipun air susu kembali masuk kekantong kelenjarnya (perumpamaan untuk sesuatu yang tidak mungkin terjadi, artinya dia pasti dibebaskan dari neraka)", Hadist sahih ini dari Abu hurairah diriwayatkan oleh Nasaa'i dan al-tirmidzi.

Menangis, kadang sulit dilakukan, walaupun sejak lahir manusia sudah terbiasa menangis. Sulit dilakukan saat dalam lapang dan bahagia. Ketika ada bencana, ujian, musibah, baru mata setetes demi setetes mengalirkan air mata, yang kadang entah untuk apa? dan tanpa makna.

Pernahkah kita menitikkan air mata saat terlintas siksaan Allah? azabnya yang begitu pedih, neraka yang menyala-nyala?, mungkin tidak, atau jarang sekali. Padahal "Mata yang menangis ditengah keheningan malam karena takut kepada Allah, tidak akan tersentuh api neraka", begitu sabda Rasulullah saw dalam hadist hasan riwayat Al-Tirmidzi.

Dalam Hadist mauquf (sanadnya hanya sampai kepada sahabat) Disebutkan: "Tidak ada seorang hamba mukminpun yang meneteskan air matanya karena takut kepada Allah, meskipun butiran air mata tersebut sebesar kepala lalat dan air mata itu menetes disalah satu bagian wajahnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk neraka."

"Wahai saudaraku-saudaraku sekalian, tidakkah kalian menangis karena rindu kepada Allah. Bukankah sesungguhnya orang yang menangis karena takut kepada neraka akan dilindungi Allah dari neraka tersebut?". Demikian nasehat Abdul Wahid bin Zaid.

Benar, menangis bisa menyelamatkan kita dari jilatan api neraka. Didalam hadist Abdurrahman bin Samurah, Nabi saw, bersabda: "Suatu malam aku bermimpi, "kemudian Nabi menyebutkan hadist dengan redaksi yang sangat panjang. salah satu isinya adalah sabda beliau: "Aku telah melihat seorang laki-laki dari umatku dipinggir neraka jahannam, kemudian dia dihampiri oleh rasa takut (yang dia miliki) kepada Allah. Amal itu (rasa takut kepada Allah) akhirnya menyelamatkannya dia dari api neraka Jahannam. Dan Aku Melihat ada seorang lelaki dari umatku terjatuh kedalam neraka. Akan tetapi dia didatangi oleh tetesan air matanya (yang menetes) karena takut kepada Allah. Maka air mata itupun mengeluarkan dia dari api neraka."

Karenanya jangan sia-siakan airmata hanya untuk menangisi sesuatu yang tak abadi, menangislah karena takut akan siksaan dan azab Allah swt, jauhilah kemaksiatan, mohonkan ampunan kepada Allah. Tetesan air mata yang mengalir sekarang akan menjadi embun penyejuk pada hari perhitungan kelak, maka menangislah saudaraku, agar kau selamat..!

Monday, August 15, 2005

Puisi tentang Surga

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
(Tamasya Ke Surga)

Itu semua tidak lain adalah gelora membara untuk mendapatkannya
tidak ada yang menandinginya dan Tuhan Mahatahu akan hamba-hamba-Nya
Kendati dipagari dari jangkauan kita dengan segala hal yang tidak menyenangkan
dan diselimuti dengan hal-hal yang menyakitkan dan menyedihkan jiwa
Demi Allah, betapa bahagianya dikumpulkan didalamnya
dengan berbagai macam kenikmatan yang bisa dinikmati
Demi Allah, betapa enaknya hidup dikemah-kemahnya
di taman-tamannya dan berjalan-jalan didalamnya dengan senyum riang
Demi Allah, betapa indahnya lembahnya tempat mendapatkan tambahan
bagi tamu-tamu khusus, jika Anda termasuk diantara mereka
Di lembah tersebut, rasa rindu bergemuruh
sang kekasih melihat bahwa kerinduan ini mendapatkan kemenangan
Demi Allah, betapa bahagianya para kekasih
ketika Allah mengajak mereka berdialog dan memberi ucapan selamat kepada mereka
Demi Allah, betapa sejuknya mata melihat wajah Allah dengan jelas
tidak ada gunung yang menutupinya dan mata pun tidak bosan memandang-Nya
Duhai pandangan yang membuat wajah berseri-seri
segalanya aman setelah itu dan sang kekasih pun terhibur
Demi Allah, betapa banyaknya kebaikan jika Ia tersenyum
untuk-Nya cahaya di pagi hari bersinar
Duhai, betapa nikmatnya memandang kepada-Nya jika Ia datang
dan betapa indah suara-Nya jika Ia berbicara
Duhai betapa pemalunya ranting yang basah ketika ia bergoyang
betapa pemalunya dua fajar ketika ia mengulum senyum
Jika hati anda sakit hati karena cinta kepadanya
maka ia pasti tiba ditempat Anda dengan obat ditangan
Anda lihat pesona wajahnya jika ia memperlihatkan diri kepada Anda
seluruh organ tubuh terasa senang dan mendapatkan kenikmatan dengannya
Mata merasa takjub ketika ia kelihatan
berbagai macam buah-buahan dengan berbagai cita rasanya yang tidak pernah habis
Tandan dari anggur dan apel surga
delima di mana di dahan-dahannya terdapat isi yang sangat lezat
Bunga-bunga yang di dekatkan di pipinya
khamr yang didekatkan ke mulut
Ingatlah kepada Ar-ahman
wahai pelamar wanita-wanita jelita, jika Anda menginginkannya
maka inilah waktu maharnya telah datang
Puasalah Anda pada besok pagi
barangkali dengan begitu Anda meraih Idul Fitri pada saat seluruh manusia disuruh puasa
Majulah dan jangan puas dengan kehidupan yang penuh dengan kesengsaraan ini
karena sesungguhnya orang yang tidak bangkit, maka tidak selamat dengan semua kesenangan
Mari kita berjalan menuju surga-surga Aden
karena ia adalah tempat tinggal kita pertama dan didalamnya terdapat banyak kemah-kemah
Tragisnya kita tertawan oleh musuh
duhai dapatkah kita kembali ketempat kita semula dengan selamat
Mereka mengatakan bahwa jka orang asing dideportasi
dan dijauhkan dari tanah airnya, maka ia rugi besar
Duhai, adakah keterasingan yang melebihi keterasingan kita
musuh-musuh kita telah banyak berkorban untuk berkuasa
Mari kita berjalan menuju pasar
di dalamnya orang-orang yang tercinta bertemu dengan kaum yang telah dikenalnya
Apa yang Anda inginkan, maka silahkan ambil dengan gratis
karena pedagangnyatelah meminjaminya dan menyerahkannya
Mari kita berjalan pada hari penambahan
hari itu adalah hari berkunjung kepada Pemilik Arasy dan hari itu adalah musimnya
Mari kita menuju lembah
di dalamnya terdapat rumah yang luas dan tanahnya lebih harum daripada kesturi
Ia adalah mimbar dari cahaya di sana dengan lapang
Bukit dari kesturi yang dijadikan sebagai kursi-kursi
Orang-orang selain pemilik mimbar tersebut pun tahu hal ini
Ketika mereka sedang menikmati kebahagiaannya
dan rezki mengucur kepada mereka dan dibagikan kepada mereka
Tiba-tiba mereka berada pada sinar berkilauan
dengannya seantero surga terang benderang dan tidak terbayangkan keindahannya
Tuhan langit menampakkan diri kepada mereka dengan jelas
Ia tersenyum di atas langit dan berfirman
Salam sejahtera atas kalian
mereka semua mendengar ucapan salam-Nya ketika Ia mengucapkan salam
Ia berfirman, Mintalah kepada-Ku apa saja yang kalian inginkan
karena semua yang kalian inginkan ada pada-Ku dan Aku-lah Pemberi rahmat
Mereka mengatakan bahwa kami menginginkan menginginkan keridhaan
maka Engkaulah Pemilik segala keindahan dan Engkaulah Pemberi rahmat
Lalu Ia mengabulkan permintaan mereka dan mereka semua menyaksikannya
Allah Mahatinggi dan Mahamulia
Wahai orang yang menjual ini semua dengan harga yang murah dan tergesa-gesa
sepertinya anda tidak tahu, nanti Anda pasti tahu
Jika anda tidak tahu, maka ini adalah kerugian besar
kalaupun toh Anda tahu, maka sesungguhnya kerugian itu lebih besar lagi.

Friday, July 22, 2005

Perjalanan Ruh Manusia Setelah Matinya

Berikut hadits yang penuh berisi nasehat bagi orang yang mau memikirkannya.

Dari Al-Bara' bin 'Azib, dia berkata:"Kami keluar bersama Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Salam (mengantarkan) jenazah seorang laki-laki Anshar. Kemudian kami sampai di kuburan, tetapi belum dibuatkan lahd*1). Maka Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Salam duduk, dan kami duduk di sekitar beliau. Seolah-olah di atas kepala kami (hinggap) burung *2). Ditangan beliau terdapat kayu yang beliau pukulkan ketanah sampai berbekas.

Lalu beliau mengangkat kepalanya, kemudian bersabda:"Berlindunglah kepada Allah dari siksa kubur!",-dua kali atau tiga kali- kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin, saat akan meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turun kepadanya malaikat-malaikat dari langit, wajah-wajah mereka putih, wajah-wajah mereka seolah-olah matahari. Mereka membawa kafan dari kafan-kafan sorga, dan hanuth *3)dari hanuth sorga. Sehingga para malaikat itu duduk dari hamba yang mukmin itu sejauh mata memandang.

Dan datanglah malakul maut 'alaihis salam *4) sehingga dia duduk dekat kepalanya, lalu berkata: "Wahai nafs (jiwa; ruh; nyawa) yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaanNya!". Maka nyawa itupun keluar, ia mengalir sebagaimana tetesan air mengalir dari mulut qirbah (wadah untuk menyimpan air yang terbuat dari kulit), lalu malakul maut itu memegangnya.

Setelah malakul maut itu memegangnya, mereka (para malaikat yang berwajah putih itu) tidak membiarkan nyawa itu -sekejap mata di tangannya, mereka mengambilnya, dan meletakkannya pada kafan sorga itu. Dan keluarlah darinya bau misk yang paling wangi yang dio dapati di atas bumi.

Kemudian mereka naik membawa nyawa tersebut. Tidaklah mereka melewati sekelompok para malaikat, kecuali sekelompok malaikat itu bertanya:"Ruh siapakah yang baik ini?". Mereka menjawab:"Si Fulan anak Si Fulan", dengan nama terbaik yang dia dahulu diberi nama di dunia. Sehingga mereka membawa nyawa itu sampai ke langit dunia. Kemudian mereka minta dibukakan untuk nyawa tersebut. Maka langit dunia dibukakan untuknya.

Kemudian para penghuni pada tiap-tiap langit mengiringi nyawa itu sampai ke langit yang selanjutnya. Sehingga membawa nyawa itu berakhir ke langit yang ke tujuh. Lalu Allah 'Azza wa Jalla berfirman:"Tulislah kitab (catatan) hambaku di dalam 'iliyyin *5), dan kembalikanlah dia ke bumi. (Karena sesungguhnya dari bumi Kami telah menciptakan mereka,dan darinya Kami akan mengeluarkan mereka, pada waktu yang lain. Maka ruhnya dikembalikan) *6) di dalam jasadnya.

Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya:
# Kedua malaikat itu bertanya:"Siapakah Rabbmu?"
# Dia menjawab:"Rabbku adalah Allah".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Apakah agamamu?"
# Dia menjawab:"Agamaku adalah Al-Islam".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?"
# Dia menjawab:"Beliau utusan Allah".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Apakah ilmumu?"
# Dia menjawab:"Aku membaca kitab Allah, aku mengimaninya dan membenarkannya".

Maka seorang penyeru dari langit berseru:"HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari sorga, (dan berilah dia pakaian dari sorga) *7), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga.

Maka datanglah kepadanya bau sorga dan wanginya sorga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang.

Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan:"Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan(kebaikan)". Maka ruh orang mukmin itu bertanya kepadanya:"Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?" Dia menjawab:"Aku adalah amalmu yang shalih". Maka ruh itu berkata:"Rabbku tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istri dan hartaku".

Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir, pada saat akan meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turun kepadanya malaikat-malaikat yang memiliki wajah-wajah hitam.

Mereka membawa pakaian-pakaian dari rambu, sehingga duduk darinya sejauh mata memandang.

Kemudian datanglah malakul maut, sehingga dia duduk di dekat kepalanya, lalu berkata:"Wahai nafs (jiwa; ruh; nyawa) yang jahat, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahannya!". Maka nyawa itupun bercerai-berai di dalam jasadnya. Maka malakul maut mencabutnya, sebagaimana dicabutnya saffud *8) dari wol yang basah. Lalu malakul maut itu memegangnya.

Setelah malakul maut memegangnya, mereka (para malaikat yang berwajah hitam itu) tidak membiarkan nyawa itu -sekejap mata- di tangannya, sehingga mereka mengambilnya, dan meletakkannya pada pakaian dari rambut itu. Dan keluarlah darinya seperti bangkai yang paling busuk yang didapati di atas bumi.

Kemudian mereka naik membawa nyawa tersebut. Tidaklah mereka melewati sekelompok para malaikat kecuali sekelompok para malaikat itu bertanya:"Ruh siapakah yang jahat ini?". Mereka menjawab:"Si Fulan anak si Fulan", dengan nama terburuk yang dia dahulu diberi nama di dunia. Kemudian minta dibukakan, tetapi langit di dunia tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Salam membaca: "Sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum." (QS. Al-A'raf:40)

Lalu Allah 'Azza wa Jalla berfirman:"Tulislah kitab (catatan) hambaku di dalam sijjin", *9) di bumi yang bawah, kemudian nyawanya dilempar dengan keras.

Kemudian Rasulullah Salallahu 'Alaihi wa Salam membaca: "Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (QS: Al Hajj:31)

Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya:
# Kedua malaikat itu bertanya:"Siapakah Rabbmu?"
# Dia menjawab:"Hah, hah, aku tidak tahu".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Apakah agamamu?"
# Dia menjawab:"Hah, hah, aku tidak tahu".
# Kedua malaikat itu bertanya:"Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?"
# Dia menjawab:"Hah, hah, aku tidak tahu".

Maka seorang penyeru dari langit berseru:"Hambaku telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka".

Maka datanglah kepadanya panasnya neraka dan asapnya. Dan kuburnya disempitkan atasnya, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.

Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan:"Terimalah kabar dengan apa yang menyusahkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (keburukan)".

Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya:"Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?" Dia menjawab:"Aku adalah amalmu yang buruk". Maka ruh itu berkata:"Rabbku, janganlah engkau tegakkan hari kiamat".

(HR. Ahmad, dishahihkan Syaikh Al-Albani di dalam Ahkamul Janaiz dan Shahih Al-Jami' no:1672)

Note:
1). Celah yang ada pada kiblat kubur sebagai tempat mayit.
2). Di dalam perkataan ini terdapat isyarat diam di saat penguburan, tidak mengeraskan dzikir-dzikir, dan berteriak dengan tahlil (perkataan: Allahu Akbar), maka renungkanlah.
3). Minyak wangi khusus yang dicampur untuk mayit, memiliki aroma yang wangi.
4). Banyak orang menamakannya Izra'il, namun itu tidak ada dalilnya.
5). Dari kata 'a-'uluw (tinggi),ada juga yang mengatakan: itu adalah langit ke tujuh, dan disanalah ruh-ruh kaum mukminin.
6). Dalam kurung ini tidak terdapat di dalam kitab berbahasa Arab yang kami terjemahkan: Al-Maut, karya Syaikh Ali bin Hasan, tetapi ada di dalam kitab asalnya, Ahkamul Janaiz karya Syaikh Al-Albani, dan terdapat di dalam lafazh hadits imam Ahmad di dalam Musnadnya, maka kamipun menuliskannya.
7). Lihat fone note sebelum ini.
8). Gancu; besi-besi bercabang yang dibengkokkan (ujungnya)
9). Yakni: penjara dan tempat yang sempit.

Dikutip dari Majalah As-Sunnah Hal 07, Edisi 02/Tahun VIII/1425H/2004M

Thursday, July 21, 2005

Soe Hok Gie

Beberapa minggu belakangan ini ada sebuah film tentang anak muda yang menampilkan genre yang agak lain dari biasanya kita lihat, baik di layar lebar maupun di TV lewat sinetron. Biasanya film-film tentang anak muda atawa remaja selalu menggusung ide yg hampir seragam (kalo' ga mo dibilang sama!), yaitu cinta, hura-hura, mobil mewah, pergaulan bebas..dsb, yang sudah pasti ga memberi masukan apa-apa buat yang menyaksikan. Cuma parade kosong orang-orang yang berlagak. Titik.

GIE, film yang juga berbicara/bercerita tentang seorang anak muda (mahasiswa UI) aktivis, dengan ide-ide idealisnya yang dituangkan kedalam tulisan-tulisan, kejujuran, keberanian, ketegasan...khas anak muda,...serasa membawa suasana baru untuk genre film remaja.

Mungkin karena GIE ini diambil dari kisah nyata seorang demonstran, sehingga cara bertuturnya pun tidak memberikan keleluasaan penuh kepada sutradaranya untuk bermain-main dengan impian-impian kosong, sebagaimana yang ditawarkan oleh film/sinetron yang ada sekarang.

Mudah-mudahan keberanian, kejujuran Soe Hok Gie yang sebenarnya bisa dicontoh oleh kaum muda/remaja kita, meski hanya dari sepotong kisah pendek di film GIE. Semoga mendorong para muda/remaja untuk mencari tahu lebih detail tentang Gie ini lewat buku-buku dan tulisan-tulisannya. Salut untuk Riri Reza.

Film GIE ini sendiri terinspirasi dari buku Catatan Seorang Demonstran (CSD), yang merupakan catatan harian seorang aktivis muda angkatan '66, Soe Hok Gie.

Dibawah ini adalah kutipan kata pengantar dari buku CSD (terbitan LP3ES) oleh Arief Budiman, yang juga kakak kandung Soe Hok Gie.


Tulisan Arief Budiman sebagai pengantar dalam buku
Catatan Seorang Demonstran edisi 1983

Ada dua hal yang membuat saya sulit untuk menulis tentang almarhum adik saya, Soe Hok Gie. Pertama, karena terlalu banyak yang mau saya katakan, sehingga saya pasti akan merasa kecewa kalau saya menulis tentang dia pada pengantar buku ini. Kedua, karena bagaimanapun juga, saya tidak akan dapat menceritakan tentang diri adik saya secara obyektif. Saya terlalu terlibat di dalam hidupnya. Karena itu, untuk pengantar buku ini, saya hanya ingin menceritakan suatu peristiwa yang berhubungan dengan diri almarhum, yang mempengaruhi pula hidup saya dan saya harap, hidup orang-orang lain juga yang membaca buku ini.

Saya ingat, sebelum dia meninggal pada bulan Desember 1969, ada satu hal yang pernah dia bicarakan dengan saya. Dia berkata, "Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan yang sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi apa sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Apa ini bukan semacam onani yang konyol? Kadang kadang saya merasa sungguh-sungguh kesepian".

Saya tahu, mengapa dia berkata begitu. Dia menulis kritik-kritik yang keras di koran-koran, bahkan kadang-kadang dengan menyebut nama. Dia pernah mendapat surat-surat kaleng yang antara lain memaki-maki dia sebagai "Cina yang tidak tahu diri, sebaiknya pulang ke negerimu saja". Ibu saya sering gelisah dan berkata: "Gie, untuk apa semuanya ini. Kamu hanya mencari musuh saja, tidak mendapat uang". Terhadap ibu dia Cuma tersenyum dan berkata "Ah, mama tidak mengerti".

Kemudian, dia juga jatuh cinta dengan seorang gadis. Tapi orangtuanya tidak setuju mereka selalu dihalangi untuk bertemu. Orangtua gadis itu adalah seorang pedagang yang cukup kaya dan Hok Gie sudah beberapa kali bicara dengan dia. Kepada saya, Hok Gie berkata: "Kadang-kadang, saya merasa sedih. Kalau saya bicara dengan ayahnya si..., saya merasa dia sangat menghargai saya. Bahkan dia mengagumi keberanian saya tanpa tulisan-tulisan saya. Tetapi kalau anaknya diminta, dia pasti akan menolak. Terlalu besar risikonya. Orang hanya membutuhkan keberanian saya tanpa mau terlibat dengan diri saya".

Karena itu, ketika seorang temannya dari Amerika menulis kepadanya: "Gie seorang intelektual yang bebas adalah seorang pejuang yang sendirian, selalu. Mula-mula, kau membantu menggulingkan suatu kekuasaan yang korup untuk menegakkan kekuasaan lain yang lebih bersih. Tapi sesudah kekuasaan baru ini berkuasa, orang seperti kau akan terasing lagi dan akan terlempar keluar dari sistem kekuasaan. Ini akan terjadi terus-menerus. Bersedialah menerima nasib ini, kalau kau mau bertahan sebagai seorang intelektual yang merdeka: sendirian, kesepian, penderitaan". Surat ini dia tunjukkan kepada saya. Dari wajahnya saya lihat dia seakan mau berkata: Ya, saya siap.

Dalam suasana yang seperti inilah dia meninggalkan Jakarta untuk pergi ke puncak gunung Semeru. Pekerjaan terakhir yang dia kerjakan adalah mengirim bedak dan pupur untuk wakil-wakil mahasiswa yang duduk di parlemen, dengan ucapan supaya mereka bisa berdandan dan dengan begitu akan tambah cantik di muka penguasa. Suatu tindakan yang membuat dia tambah terpencil lagi, kali ini dengan beberapa teman-teman mahasiswa yang dulu sama-sama turun ke jalanan pada tahun 1966.

Ketika dia tercekik oleh gas beracun kawah Mahameru, dia memang ada di suatu tempat yang terpencil dan dingin. Hanya seorang yang mendampinginya, salah seorang sahabatnya yang sangat karib. Herman lantang. Suasana ini juga yang ada, ketika saya berdiri menghadapi jenazahnya di tengah malam yang dingin, di rumah lurah sebuah desa di kaki Gunung Semeru.

Jenazah tersebut dibungkus oleh plastik dan kedua ujungnya diikat dengan tali, digantungkan pada sebatang kayu yang panjang, Kulitnya tampak kuning pucat, matanya terpejam dan dia tampak tenang. Saya berpikir:"Tentunya sepi dan dingin terbungkus dalam plastik itu".

Ketika jenazah dimandikan di rumah sakit Malang, pertanyaan yang muncul di dalam diri saya adalah apakah hidupnya sia-sia saja? Jawabannya saya dapatkan sebelum saya tiba kembali di Jakarta. Saya sedang duduk ketika seorang teman yang memesan peti mati pulang. Dia tanya, apakah saya punya keluarga di Malang? Saya jawab "Tidak. Mengapa?" Dia cerita, tukang peti mati, ketika dia ke sana bertanya, untuk siapa peti mati ini? Teman saya menyebut nama Soe Hok Gie dan si tukang peti mati tampak agak terkejut. "Soe Hok Gie yang suka menulis di koran?", dia bertanya. Teman saya mengiyakan. Tiba-tiba, si tukang peti mati menangis. Sekarang giliran teman saya yang terkejut. Dia berusaha bertanya, mengapa si tukang peti mati menangis, tapi yang ditanya terus menangis dan hanya menjawab " Dia orang berani. Sayang dia meninggal".

Jenazah dibawa oleh pesawat terbang AURI, dari Malang mampir Yogya dan kemudian ke Jakarta. Ketika di Yogya, kami turun dari pesawat dan duduk-duduk di lapangan rumput. Pilot yang mengemudikan pesawat tersebut duduk bersama kami. Kami bercakap-cakap. Kemudian bertanya, apakah benar jenazah yang dibawa adalah jenazah Soe Hok Gie. Saya membenarkan. Dia kemudian berkata: "Saya kenal namanya. Saya senang membaca karangan-karangannya. Sayang sekali dia meninggal. Dia mungkin bisa berbuat lebih banyak, kalau dia hidup terus".

Saya memandang ke arah cakrawala yang membatasi lapangan terbang ini dan khayalan saya mencoba menembus ruang hampa yang ada di balik awan sana. Apakah suara yang perlahan dari penerbang AURI ini bergema juga di ruang hampa tersebut? Saya tahu, di mana Soe Hok Gie menulis karangan-karangannya. Di rumah di Jalan Kebon Jeruk, di kamar belakang, ada sebuah meja panjang. Penerangan listrik suram, karena voltase yang selalu turun kalau malam hari. Di sana juga banyak nyamuk. Ketika orang-orang lain sudah tidur, seringkali masih terdengar suara mesin tik dari kamar belakang Soe Hok Gie, di kamar yang suram dan banyak nyamuk itu, sendirian, sedang mengetik membuat karangannya.

Pernahkan dia membayangkan bahwa karangan tersebut akan dibaca oleh seorang penerbang AURI atau oleh seorang tukang peti mati di Malang? Tiba-tiba, saya melihat sebuah gambaran yang menimbulkan pelbagai macam perasaan di dalam diri saya. Ketidakadilan bisa merajalela, tapi bagi seorang yang secara jujur dan berani berusaha melawan semua ini, dia akan mendapat dukungan tanpa suara dari banyak orang. Mereka memang tidak berani membuka mulutnya, karena kekuasaan membungkamkannya. Tapi kekuasaan tidak bisa menghilangkan dukungan-dukungan itu sendiri, karena betapa kuat pun kekuasaan, seseorang tetap masih memiliki kemerdekaan untuk berkata "Ya" atau "Tidak", meskipun cuma di dalam hatinya.

Saya terbangun dari lamunan saya ketika saya dipanggil naik pesawat terbang. Kami segera akan berangkat lagi. Saya berdiri kembali di samping peti matinya. Di dalam hati saya berbisik "Gie, kamu tidak sendirian". Saya tak tahu apakah Hok Gie mendengar atau tidak apa yang saya katakan itu. Suara pesawat terbang mengaum terlalu keras. *

Arief Budiman (seperti dimuat dalam buku Catatan Seorang Demonstran edisi 1983)

Wednesday, July 20, 2005

Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia

Kaya'nya kita semua udah maklum dengan keadaan negeri kita ini, borok disetiap sendi kehidupan sudah jadi santapan setiap hari. Kalo' mau ditanya siapa yang bertanggung jawab sama keadaan ini, tundingan pertama tentulah kepada para pemimpin negara ini, ya kan?

Merekalah yang mempunyai wewenang menentukan arah pembangunan negara ini, merekalah yang pertama-tama akan dimintai pertanggung jawaban atas amanah yang di percayakan oleh sekian juta rakyat ini.

Hari ini ada email yang saya terima dari rekan kerja, subjectnya "Ketika Tuhan menciptakan Indonesia"...email ini cuma joke dan lucu memang, tapi jika dipikir-pikir....getir juga kalo' beneran...he..he..he...(sambil ngelus dada neh!).

Gini neh bunyi emailnya:

Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan-Nya. Malaikat pun bertanya, "Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?" "Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet baru yang bernama "Bumi," kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon.

Tuhan melanjutkan, "Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang. Ada kelebihan dan kekurangannya"

Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.

Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.

Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, "Lalu daerah apakah itu Tuhan?" "O, itu," kata Tuhan, "itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Kuciptakan ramah tamah, suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni."

Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, "Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya?"

Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, "Wait 'till you see the idiots I put in their government.......!!!"

Duh...

Rabb, hati ini merintih mengharap ampunan-MU
aku tahu Engkau mendengarnya

Rabb, jiwa dan ragaku telah lelah dalam gelimang nista
aku ingin mengakhirinya

duh...

lalu mengapa berat sangat menuju-MU?

Jakarta, ba'da Zhuhur

Menjadi wanita paling bahagia

Hari jumat kemarin, 15 Juli 2005, saya bersama 3 orang teman kantor jumatan di Al-Azhar. Setiap jumat selalu ada yang jualan di halaman masjid Al-Azhar, makanya ini jadi kesempatan untuk membeli barang-barang murah, terutama buku.

Hari itu saya beli dua buah buku, Tuntunan Bertobat (Muhammad Husein Ya'kub) dan Menjadi Wanita Paling Bahagia karangan Aidh Al'qarni (pengarang La-Tahzan). Buku itu sengaja saya beli untuk sang isteri tercinta..he..he..he.

Nah, masalahnya gimana meminta dia untuk selalu mau membaca buku ini disela-sela pekerjaan rumah yang ga ada habis-habisnya itu. Kalo' saya langsung kasih dan menyuruhnya membaca, saya rasa dia akan membacanya dengan terpaksa, malah ga bisa diserap apa yang ada di dalam buku itu.

So,...setelah saya pikir-pikir, mending saya bikin sebuah prosa yang saya tempelkan pada bagian dalam cover depan, yang isinya intinya mengajak untuk banyak belajar agar dapat beribadah sebaik-baiknya, untuk persiapan di-yaumil akhir nanti.

Alhamdulillah, dia senang dengan buku itu dan prosanya, plus aku ga perlu menyuruhnya membaca buku itu, karena setiap kali dia ingat prosa itu, dia akan membuka buku tersebut, lalu...otomatis dia tergerak untuk membaca isi buku tersebut.

Saya copy-in dibawah isi prosanya, jadi kalo' ada yang mau copy untuk ditempelin di buku yg akan di berikan untuk isterinya, monggo aja, silahkan aja,....asalkan untuk Isteri yaa...he..he..he.

For my beloved wife,
Bunda dari Naya & Lila

Bismillaahirahmaanirrahiim..

Istriku,
banyak hal yang ingin kubagi bersamamu,
kuberikan untukmu dan kedua mutiara kita
harta, perhiasan dan kesenangan duniawi
namun kesemuanya tidak akan sebanding
dengan ilmu dan amal saleh

Nabi kita pernah berkata,
“amal tanpa ilmu, tak akan ada makna”,
maka berilmulah, belajarlah

Istriku,
Ingatlah bahwa hidup kita dibatasi waktu
yang setiap detik mengurangi jatah keberadaan kita
entah nanti atau sebentar lagi
yang pasti kepada-Nya kita akan kembali

dan apakah yang telah engkau siapkan
untuk menyelamatkanmu di “yaumil akhir” nanti ?
maka itu belajarlah, bacalah

Istriku,
mungkin aku tidak bisa memberikanmu kekayaan
tapi yakinlah, aku akan selalu berusaha menuntunmu,
semampu aku bisa
untuk teguh berjalan dijalan yang diridhoi-Nya
agar bahagia kita, dunia dan akhirat

banyaklah mengingat mati
karena itu akan melembutkan hati,
maka sadarlah, beramalah

semoga dengan memberikan buku ini
akan ditulis oleh malaikat-Nya
sebagai salah satu amal baikku sebagai suamimu
dan semoga Allah merahmatimu, membersihkan hatimu
agar dapat menerima dan memahami makna didalamnya.

Dari suamimu,
Ayah Naya & Lila.

Friday, July 15, 2005

Surat untuk bangsa Inggris

Dari Iman AL-Saadun.

Saya kirim surat ini kepada rakyat Inggris, khususnya penduduk kota London.

Selama selang waktu beberapa jam, saat terjadinya beberapa ledakan bom di London, anda bisa rasakan sendiri menjalani hidup melewati saat-saat keputus asaan, kegelisahan dan tercekam horor. Pada saat-saat itu anda kehilangan sanak keluarga atau teman, dan kami berharap untuk mengatakan kepada anda, sejujur-jujurnya, bahwa kami juga ikut berduka ketika jiwa manusia tercabut, tewas jadi korban. Saya tidak bisa mengatakan kepada anda bagaimana derita kami saat kami menyaksikan keputus asaan dan kesakitan yang tergambar di wajah orang lain. Selama kami menjalani hidup melewati sutuasi seperti ini - dan akan terus menjalaninya setiap hari - sejak negara anda dan amerika membentuk persekutuan dan menjalankan rencana untuk memerangi Irak.

Perdana Mentari negara anda, Tony Blair, mengatakan bahwa para pelaku peledakan bom London, melakukannya atas nama Islam. Menteri Luar Negeri amerika, Condoleezza Rice, menggambarkan pelaku pengeboman sebagai tindakan barbar. Dewan Keamanan PBB langsung mengadakan rapat dan mengutuk secara bersama atas kejadian itu.

Saya tergoda untuk bertanya kepada anda semua, rakyat inggris yang bebas, ijinkan saya meminta penjelasan: Atas nama siapa negara kami diblokade/embargo selama 12 tahun? Atas nama siapa kota-kota kami dibom pakai senjata-senjata yang terlarang secara internasional? Atas nama siapa tentara inggris menyiksa rakyat Irak dan membunuh mereka? Apakah atas nama anda, wahai orang-orang inggris yg bebas? Atau atas nama agama anda? Atau atas nama kemanusiaan? Atau kebebasan? Atau demokrasi?

Apa sebutan untuk orang-orang yang membantai dan membunuh lebih dari dua juta anak-anak Irak? Apa sebutan untuk orang-orang yang menyebabkan tanah dan air kami terpolusi 'depleted uranium' dan zat-zat mematikan lainnya?

Bagaimana komentar anda tentang apa yang terjadi di penjara-penjara di Irak - di Abu Ghraib, Camp Bucca dan sejumlah kamp penjara lainnya? Apa sebutan untuk orang-orang yang menyiksa pria, wanita dan anak-anak tak berdosa? Apa sebutan untuk orang yang mengikatkan bom ke tubuh seorang tahanan dan kemudian meledakkannya menjadi serpihan-serpihan? Bagaimana komentar anda tentang penyempurnaan metode penyiksaan untuk tahanan Irak - seperti merenggut paksa tungkai/lengan, mencongkel mata sampai keluar, menyundut kulit dengan rokok menyala, membakar rambut dengan pemantik api? Apakah kata-kata 'barbar' cocok untuk menggambarkan kelakuan para tentara anda di Irak?

Bolehkah kami bertanya, mengapa Dewan Keamanan PBB tidak mengutuk pembantaian rakyat tak berdosa di al-Amiriyah dan apa yang terjadi di al-Fallujah, Tal'afar, Sadr City, dan an-Najaf? Mengapa seluruh dunia hanya menyaksikan saja saat rakyat kami dibunuh dan disiksa dan tanpa ada yang mengutuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan terhadap kami? Apakah karena anda semua manusia sedangkan kami jenis lain yang lebih rendah? Apakah anda pikir hanya anda saja yang bisa merasakan sakit dan kami tidak? Pada Kenyataannya, kamilah yang paling bisa merasakan bagaimana beratnya skala kesakitan dari seorang ibu yang kehilangan anaknya, atau seorang ayah yang kehilangan keluarganya. Kami sangat tahu dan merasakan bagaimana sakitnya kehilangan seseorang yang sangat dicintai.

Anda tidak pernah kenal para suhada kami, tapi kami mengenal mereka dengan baik. Anda tidak mengingat mereka, tetapi kami senantiasa akan mengingat mereka terus. Anda tidak menangisi kepergian mereka, tetapi kami sangat menangisi mereka.

Apakah anda pernah mendengar nama seorang gadis kecil , Hannan Salih Matrud? Atau seorang anak laki-laki bernama Ahmad Jabir Karim? Atau Sa'id Shabram?

Ya, rakyat kami yang tewas mempunyai nama juga. Mereka mempunyai wajah-wajah dan cerita dan memori. Ada saatnya ketika mereka masih bersama kami, tertawa dan bermain bersama. Mereka mempunyai impian, seperti anda punya impian. Mereka mempunyai masa depan yang menunggu. Tapi sekarang mereka tertidur tanpa mempunyai hari esok yang kan membangunkan mereka.

Kami tidak membenci bangsa inggris atau bangsa-bangsa lain di dunia ini. Peperangan ini ditujukan atas kami, maka kami saat ini berjuang untuk mempertahankan diri kami. Karena kami ingin hidup di tanah air kami sendiri - tanah berdaulat kami, Irak - dan menjalani hidup sesuai dengan yang kami inginkan, bukan yang pemerintah anda dan pemerintah amerika inginkan.

Biarkan para keluarga korban yang terbunuh mengetahui bahwa tanggung jawab insiden pemboman London kamis pagi itu tertumpu di pundak Tony Blair dan politik luar negerinya. Hentikan peperangan terhadap bangsa kami! Hentikan pembunuhan yang dilakukan oleh para tentara anda yang dilakukan tiap hari itu! Akhiri penjajahan anda terhadap tanah kami!

Baghdad, July 9, 2005.
Iman AL-Saadun

Tuesday, July 12, 2005

Istiqamah dalam Kebaikan

Dari Aisyiyah ra, Rasulullah saw bersabda, “Tingkatkanlah amalmu dengan baik, atau lebih dekatlah kepada kebaikan, dan bergembiralah, karena amal seseorang tiada dapat memasukkannya ke surga.” Tanya para sahabat,“Amal Anda juga begitu, ya Rasulullah?' Jawab Rasulullah, “Amalku juga begitu. Tetapi Allah melimpahiku dengan rahmat-Nya. Dan ketahuilah, bahwa amal yang paling disukai Allah ialah amal yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa'i).

Dalam hadits ini terdapat beberapa perintah atau nasihat yang bisa dipetik dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt:

1. Tingkatkan amal
Upayakan sekuat daya untuk meningkatkan amal perbuatan setiap saat. Berkomitmenlah pada jalan kebaikan (sidad). Kata sidad ditafsirkan sebagai kebenaran, atau selalu berorientasi pada tujuan dan jalan yang lurus, tidak berlebihan dan tidak meremehkan terhadap apa yang telah diperintahkan-Nya. Sikap berlebihan dan pemaksaan diri dalam melakukan amal, tak jarang dapat mengeluarkan seseorang dari jalur yang benar. Jenuh dan bosan.

2. Dekati kebenaran
Kebenaran menurut hujjatul Islam Imam Al-Ghazali bagai seberkas cahaya. Agar hidup ini senantiasa tercerahkan, dekati dan ambillah cahaya (kebenaran) itu. Jadikan kebenaran, sebagai pakaian dan teman kehidupan.

3. Kabar gembira dan Rahmat Allah
Ibsyar sama artinya dengan tabsyir, dengan kandungan makna: menggabarkan hal-hal yang menyenangkan dengan wajah berseri. Di sini Rasulullah menyuruh kita menanamkan rasa senang lantaran rahmat Allah yang melimpahi kita. Kaum beriman hendaknya tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Tetap memiliki jiwa optimistis dan maju, dengan rahmat-Nya itu. Dianjurkan untuk senantiasa bermunajat, kiranya Allah senantiasa menyelimuti dengan rahmat-Nya. Rahmat Allah inilah yang dapat mengantarkan pada keridhoan-Nya (surganya). Menjauhkannya dari siksa-Nya (neraka).

4. Sedikit Amal, tapi Langgeng
Melakukan perbuatan baik, setahap demi setahap, sama dengan membangun benteng diri yang kokoh. Ibarat menabung, tak terasa berjumlah banyak. Inilah amalan yang dicintai Allah, melakukan amaliyah yang terus-menerus meski hanya sedikit. Sedikit dalam beramal yang dilakukan terus-menerus juga sama dengan memupuk dan menyiram pohon iman sehingga ia akan tetap tumbuh segar dan tak layu. Alhasil, jiwa terus terangkat menuju derajat yang lebih baik (sempurna).

(Dari Berbagai Sumber )

Wednesday, June 22, 2005

Orang-orang yang dikabulkan do'a-nya

Banyak orang yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk bedoa, padahal boleh jadi seseorang itu tergolong yang mustajab doanya tetapi kesempatan baik itu banyak disia-siakan. Maka seharusnya setiap muslim memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa sebanyak mungkin baik memohon sesuatu yang berhubungan dengan dunia atau akhirat.

Di antara orang-orang yang doanya mustajab.



1. Doa Seorang Muslim Terhadap Saudaranya dari Tempat yang jauh

Dari Abu Darda' bahwa dia berkata bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata : "Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan". (Shahih Muslim, kitab Doa wa Dzikir bab Fadli Doa fi Dahril Ghalib).

Imam An-Nawawi berkata bahwa hadits di atas menjelaskan tentang keutamaan seorang muslim mendoakan saudaranya dari tempat yang jauh, jika seandainya dia mendoakan sejumlah atau sekelompok umat Islam, maka tetap mendapatkan keutamaan tersebut.
Oleh sebab itu sebagian ulama salaf tatkala berdoa untuk diri sendiri dia menyertakan saudaranya dalam doa tersebut, karena disamping terkabul dia akan mendapatkan sesuatu semisalnya. (Syarh Shahih Muslim karya Imam An-Nawawi 17/49)

Dari Shafwan bin Abdullah bahwa dia berkata :
Saya tiba di negeri Syam lalu saya menemui Abu Darda' di rumahnya, tetapi saya hanya bertemu dengan Ummu Darda' dan dia berkata :
Apakah kamu ingin menunaikan haji tahun ini ? Saya menjawab : Ya.
Dia berkata : Doakanlah kebaikan untuk kami karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada dihadapannya terkabulkan dan disaksikan oleh malaikat yang ditugaskan kepadanya, tatkala dia berdoa untuk saudaranya, maka malaikat yang di tugaskan kepadanya mengucapkan : Amiin dan bagimu seperti yang kau doakan".

Shafwan berkata : "Lalu saya keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Darda', beliau juga mengutarakan seperti itu dan dia meriwayatkannya dari Nabi. (Shahih Muslim, kitab Dzikir wa Doa bab Fadlud Doa Lil Muslimin fi Dahril Ghaib 8/86-87)

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa jika seorang muslim mendoakan saudaranya kebaikan dari tempat yang jauh dan tanpa diketahui oleh saudara tersebut, maka doa tersebut akan dikabulkan, sebab doa seperti itu lebih berbobot dan ikhlas karena jauh dari riya dan sum'ah serta berharap imbalan sehingga lebih diterima oleh Allah. (Mir'atul Mafatih 7/349-350)

Catatan :
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa Imam Karmani menukil dari Al-Qafary bahwa ucapan doa seorang : "Ya Allah ampunilah dosa semua kaum muslimin" adalah doa terhadap sesuatu yang mustahil sebab pelaku dosa besar mungkin masuk Neraka dan masuk Neraka bertolak belakang dengan permohonan pengampunan, bisa saja pelaku dosa besar di doakan, sebab yang mustahil adalah mendoakan pelaku dosa besar yang kekal di Neraka, selagi masih bisa keluar karena syafaat atau dimaafkan, maka itu termasuk pengampunan secara keseluruhan.

Ucapan orang di atas bertentangan dengan doa Nabi Nuh 'Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Artinya : Ya Rabb! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang-orang mukmin
yang masuk ke rumahku dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan". (Nuh : 28).

Dan juga bertentangan dengan doa Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Artinya : Ya Rabbi, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab". (Ibrahim : 41)

Serta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga diperintahkan seperti itu yang terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Artinya : Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan". (Muhammad : 19)

Yang jelas permohonan dengan lafazh umum tidak mengharuskan permohonan untuk setiap orang secara kolektif. Mungkin yang dimaksud oleh Al-Qafary bahwa mendoakan kaum muslimin secara kolektif dilarang bila seorang yang berdoa menginginkan keseluruhan tanpa pengecualian dan bukan pelarangan terhadap syariat doanya. (Fathul Bari 11/202)

2. Orang yang Memperbanyak Berdoa Pada Saat Lapang dan Bahagia

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya :Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah,maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang". (Sunan At-Tirmidzi, kitab Da'awaat bab Da'watil Muslim mustajabah 12/274. Hakim dalam Mustadrak. Dishahihkan oleh Imam Dzahabi 1/544, dan di hasankan oleh Al-Albani No. 2693).

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits di atas adalah hendaknya seseorang memperbanyak doa pada saat sehat, kecukupan dan selamat dari cobaan, sebab ciri seorang mukmin adalah selalu dalam keadaan siaga sebelum membidikkan panah. Maka sangat baik jika seorang mukmin selalu berdoa kepada Allah sebelum datang bencana berbeda dengan orang kafir dan zhalim sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Artinya : Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya ; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu". (Az-Zumar :8).

Dan firman Allah :
"Artinya : Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri,tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya". (Yunus : 12. Mir'atul Mafatih 7/360).

3. Orang yang teraniaya

Dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)".(Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38)

Dari Abu Hurairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah bersabda :
"Artinya : Doanya orang yang teraniaya terkabulkan, apabila dia seorang durhaka, maka kedurhakaannya akan kembali kepada diri sendiri". (Musnad Ahmad 2/367. Dihasankan sanadnya oleh Mundziri dalam Targhib 3/87 dan Haitsami dalam Majma' Zawaid 10/151, dan Imam 'Ajluni No. 1302)

4 & 5. Doa Orang Tua terhadap anaknya dan Doa seorang musafir

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Artinya : Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya; doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya". (Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Do'a bi Dhahril Ghaib 2/89. Sunan At-Tirmidzi, kitab Al-Bir bab Doaul Walidain 8/98-99.Sunan Ibnu Majah, kitab Doa 2/348 No. 3908. Musnad Ahmad 2/478. ihasankan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 596)

6. Doa Orang yang sedang puasa

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir". (Sunan Baihaqi, kitab Shalat Istisqa bab Istihbab Siyam Lil Istisqa' 3/345. Dishahihkan oelh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 797).

7. Doa Orang dalam keadaan terpaksa

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya,dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu menginga(Nya)". (An-Naml : 62)

Imam As-Syaukani berkata bahwa ayat diatas menjelaskan betapa manusia sangat membutuhkan Allah dalam segala hal terlebih orang yang dalam keadaan terpaksa yang tidak mempunyai daya dan upaya. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang terpaksa adalah orang-orang yang berdosa dan sebagian yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud terpaksa adalah orang-orang yang hidup dalam kekurangan, kesempitan atau sakit, sehingga harus mengadu kepada Allah.

Dan huruf lam dalam kalimat Al-Mudhthar untuk menjelaskan jenis bukan istighraq (keseluruhan). Maka boleh jadi ada sebagian orang yang berdoa dalam keadaan terpaksa tidak dikabulkan dikarenakan adanya penghalang yang menghalangi terkabulnya doa tersebut. Jika tidak ada penghalang, maka Allah telah menjamin bahwa doa orang dalam keadaan terpaksa pasti dikabulkan.

Yang menjadi alasan doa tersebut dikabulkan karena kondisi terpaksa bisa mendorong seseorang untuk ikhlas berdoa dan tidak meminta kepada selain-Nya. Allah telah mengabulkan doa orang-orang yang ikhlas berdoa meskipun dari orang kafir, sebagaimana firman Allah :
"Artinya : Sehingga tatkala kamu di dalam bahtera, dan meluncurkan bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya,
dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atan kepada-Nya semata-mata'. (Mereka berkata) :'Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini,pastilah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (Yunus : 22)

Dan Allah berfirman dalam ayat lain :
"Artinya : Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Alla)".(Al-Ankabut : 65)

Dari ayat di atas Allah mengabulkan doa mereka, padahal Allah tahu bahwa mereka pasti akan kembali kepada kesyirikan. (Fathul Qadir 4/146-147)

Imam Ibnu Katsir berkata bahwa Imam Hafizh Ibnu 'Asakir mengisahkan seorang yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Daud Ad-Dainuri yang terkenal dengan kezuhudannya. Orang tersebut berkata :
"Saya menyewakan kuda tunggangan dari Damaskus ke negeri Zabidany, pada satu ketika ada seorang menyewa kuda saya dan meminta untuk melewati jalan yang tidak pernah saya kenal sebelumnya".
Dia berkata : "Ambillah jalan ini karena lebih dekat".
Saya bertanya : "Bolehkah saya memilih jalan ini".
Dia berkata : "Bahkan jalan ini lebih dekat".
Akhirnya kami berdua menempuh jalan itu sehingga kami sampai pada suatu tempat yang angker dan jurangnya yang sangat curam yang di dalamnya terdapat banyak mayat.
Orang tersebut berkata : "Peganglah kepala kudamu, saya akan turun".
Setelah dia turun dan menyingsingkan baju lalu menghunuskan golok bermaksud ingin membunuh saya, lalu saya melarikan diri darinya, akan tetapi dia mampu mengejarku.
Saya katakan kepadanya : "Ambillah kudaku dan semua yang ada padanya".
Dia berkata : "Kuda itu sudah milikku, tetapi aku ingin membunuhmu".
Saya mencoba menasehati agar dia takut kepada Allah dan siksaan-Nya tetapi ternyata dia seorang yang tidak mudah menerima nasehat, akhirnya saya menyerahkan diri kepadanya.
Saya berkata kepadanya : "Apakah anda mengizinkan saya untuk shalat?"
Dia berkata : "Cepat shalatlah!"

Lalu saya beranjak untuk shalat akan tetapi badan saya gemetar sehingga saya tidak mampu membaca ayat Al-Qur'an sedikitpun dan hanya berdiri kebingungan.
Dia berkata : "cepat selesaikan shalatmu!",
maka setelah itu seakan-akan Allah membukakan mulut saya dengan suatu ayat yang berbunyi.
"Artinya : Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan". (An-Naml : 62)

Tidak terduga muncul dari mulut bukit seorang satria datang ke arah kami dengan menggemgam tombak di tangannya, lalu melempar tombak tersebut ke arah orang tadi dan tombakpun mengenai jantungnya lalu seketika itu orang tersebut langsung mati terkapar.

Setelah itu, maka saya memegang erat-erat satria tersebut dan saya bertanya : "Demi Allah siapakah engkau sebenarnya?"
Dia mejawab : "Saya adalah utusan Dzat Yang Maha Mengabulkan permohonan orang-orang yang dalam keadaan terpaksa tatkala dia berdoa dan menghilangkan segala malapetaka".
Kemudian saya mengambil kuda dan semua harta lalu pulang dalam keadaan selamat.
(Tafsir Ibnu Katsir 3/370-371)

Wahai orang yang ingin dikabulkan doanya, perbanyaklah berdoa pada waktu lapang agar doa Anda dikabulkan pada saat lapang dan sempit. Semoga ada manfaatnya buat menambah pengetahuan dan ke imanan kita, Aamiin yaa Rabbal`alamin.

Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-rumaih, hal 174-180 terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin Lc.

Friday, June 10, 2005

Kisah dari negeri yang menggigil (untuk adinda: Khaerunisa)

Abdurahman Faiz, 7 Juni 2005

Kesedihan adalah kumpulan layang-layang hitam
yang membayangi dan terus mengikuti
hinggap pada kata-kata
yang tak pernah sanggup kususun
juga untukmu, adik kecil

Belum lama kudengar berita pilu
yang membuat tangis seakan tak berarti
saat para bayi yang tinggal belulang
mati dikerumuni lalat karena busung lapar

: aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?

Lalu kulihat di televisi
ada anak-anak kecil
memilih bunuh diri
hanya karena tak bisa bayar uang sekolah
karena tak mampu membeli mie instan
juga tak ada biaya rekreasi

Beliung pun menyerbu
dari berbagai penjuru
menancapi hati
mengiris sendi-sendi diri
sampai aku hampir tak sanggup berdiri

: sekali lagi aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?

Lalu kudengar episodemu adik kecil
Pada suatu hari yang terik
nadimu semakin lemah
tapi tak ada uang untuk ke dokter
atau membeli obat
sebab ayahmu hanya pemulung
kaupun tak tertolong

Ayah dan abangmu berjalan berkilo-kilo
tak makan, tak minum
sebab uang tinggal enam ribu saja
mereka tuju stasiun
sambil mendorong gerobak kumuh
kau tergolek di dalamnya
berselimut sarung rombengan
pias terpejam kaku

Airmata bercucuran
peluh terus bersimbahan
Ayah dan abangmu
akan mencari kuburan
tapi tak akan ada kafan untukmu
tak akan ada kendaraan pengangkut jenazah
hanya matahari mengikuti
memanggang luka yang semakin perih
tanpa seorang pun peduli

: aku pun bertanya sambil berteriak pada diri
benarkah ini terjadi di negeri kami?

Tolong bangunkan aku, adinda
biar kulihat senyummu
katakan ini hanya mimpi buruk
ini tak pernah terjadi di sini
sebab ini negeri kaya, negeri karya.
Ini negeri melimpah, gemerlap.
Ini negeri cinta

Ah, tapi seperti duka
aku pun sedang terjaga
sambil menyesali
mengapa kita tak berjumpa, Adinda
dan kau taruh sakit dan dukamu
pada pundak ini

Di angkasa layang-layang hitam
semakin membayangi
kulihat para koruptor
menarik ulur benangnya
sambil bercerita
tentang rencana naik haji mereka
untuk ketujuh kalinya

Aku putuskan untuk tak lagi bertanya
pada diri, pada ayah bunda, atau siapa pun
sementara airmata menggenangi hati dan mimpi.

: aku memang sedang berada di negeriku
yang semakin pucat dan menggigil

Thursday, June 9, 2005

Kembalilah ke Taman Surga

Saudaraku,...
aku memang bukan ulama’ yang hafal beribu-ribu hadits
dan menulis berjilid-jilid kitab
walaupun begitu aku tetap saudaramu seakidah yang mencintai kebaikan bagimu sebagaimana aku menyenanginya bagi diriku

Saudaraku,...
bisa jadi engkau lebih banyak memiliki hafalan daripadaku
bisa jadi engkau lebih senior dan lebih cerdas daripadaku
namun kukira engkau masih mau menerima nasehat dari saudaramu

Saudaraku,...
sadarkah engkau bahwa kematian mengintai dirimu
hari kebangkitan dan perhitungan ada di hadapanmu
semuanya harus dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya

Saudaraku,...
semua tingkahmu terlihat tidak ada satupun yang tidak tercatat
pintu kamar bisa kau tutup dan kau kunci lampu pun bisa kamu padamkan
tapi ada sepasang mata yang selalu mengawasimu
meskipun engkau tidak pernah melihatnya
engkau tidak bisa bersembunyi
kemanapun engkau lari dengan kemaksiatan dan kesia-siaan

Saudaraku,...
kebenaran ada di hadapanmu majelis ilmu bertebaran di sekelilingmu
tidakkah engkau tergerak untuk menghampirinya
mereguk cahaya ilmu dan merasakan kesejukannya

Saudaraku,...
aku memang bukan dosen yang bisa memaksamu
mengerjakan tugas ini dan itu aku juga bukan rektor
yang bisa mengusirmu dari bangku kuliah
tapi aku sekedar sahabat dan saudaramu yang sedih
menyaksikan cara hidupmu

Saudaraku,...
kesempatan dan kesehatan selama ini mungkin terlalu terbuka lebar bagimu
sehingga dengan seenaknya kau sia-siakan dan kau telantarkan

Saudaraku,...
kehidupan penuh dengan tantangan sementara ilmu sangat dibutuhkan
ilmu tentang Ar Rohman dan tentang bagaimana menjalani kehidupan
tentang bagaimana berakhlak mulia tuk menggapai surga

Saudaraku,...
aku memang bukan ulama’
walaupun begitu aku tetap saudaramu seakidah yang mencintai kebaikan bagimu sebagaimana aku menyenanginya bagi diriku

Saudaraku,...
jangan sia-siakan kesempatan ini mungkin tahun depan atau bahkan besok
engkau tidak bisa menemukannya lagi
lalu ketika itu penyesalanmu tiada berguna lagi
’mengapa dulu aku tidak bersungguh-sungguh menimba ilmu syar’i’

Saudaraku,...
dunia itu hina walaupun semua orang mengatakannya berharga
dunia tetap hina dan akhiratlah yang lebih mulia
dunia akan binasa sedangkan akhirat kekal selamanya
Apakah yang kau kejar wahai saudaraku sementara kematian mengejarmu ?

Dari seorang penuntut ilmu syar’i ma’had Al ’Ilmi

Friday, May 27, 2005

Di kotaku ada pelabuhan...

Di kotaku ada pelabuhan...
dalam alami
bukan lantaran digali

sekian kapal datang dan pergi
bahkan tertambat berbilang hari

tlah ribuan, mungkin lebih
tangan dilambai mengantar terkasih

Di kotaku ada pelabuhan...
dari tempat kau berdiri
hingga sejauh tenggelamnya mentari

pandanglah dengan teliti
niscaya kau lihat air yang jernih

bersih biru belum dicemari
tempat langit berkaca diri

Di kotaku ada pelabuhan...
sampai terakhir kutinggal pergi
berita yang kudapat tak pernah berhenti

dulu pernah aku berjanji
jika kelak kembali pasti kusambangi

bersama ayah, ibu, kakak dan adik
mengulang cerita, dahulu hingga kini

Di kotaku ada pelabuhan...
indah memang...

cuma sekarang, rasanya tak ingin aku pulang
bila mesti mengulang cerita tanpa satu pemeran
karena ayahku sudah duluan "menyeberang"
dan aku tak sempat melambaikan tangan...


Jakarta, 27 Mei 2005

Untuk Papi,
semoga Allah mengampuni dosa-dosamu,

melapangkan tempat diammu,
mencintaimu sebagaimana papi mencintai kami
anak-anakmu, Amin...


Ada hal yang selalu saya hindari untuk menulisnya di blog...berpulangnya papi ke rahmatullah, kembali kepada Sang Pemilik kehidupan ini. (kami memanggil ayah ibu kami dengan papi mami bukan untuk gaya-gaya'an...di Sulawesi Utara, tempat kami lahir dan dibesarkan, pangilan ini yang umum di gunakan, justru jika kita memanggil dengan ayah ibu akan dianggap gaya-gaya'an, hal ini menjadi kebalikan di Jakarta).

Kesedihan selalu saja mendahului saya sebelum sempat menyentuh keyboard PC saya untuk menulisnya.

Hari ini keinginan untuk menulis hari duka itu mengalahkan kesedihan saya...walaupun tidak pergi jauh, mungkin hanya menepi disudut hati saya, karena sekarangpun dia sudah berusaha mengambil posisi ditengah lagi.

Setiap mengingat saat pertama kali saya diberi kabar meninggalnya beliau oleh tante saya lewat telepon, jam 11.30 malam...rasanya seperti diambil sebagian raga ini.

Masih sangat jelas di ingatan saya,...saat itu hari Jumat, tanggal 17 Desember 2004, jam 9.15 malam, papi menelpon saya ke HP, beliau baru saja tiba di Jakarta, di rumah papi mami di Tanjung Priok, jam 7.00 malam, setelah seminggu berada di Palu menengok Ibunda beliau yang sedang sakit.

Pembicaraan kami sekitar kabar di kampung beliau cukup lama, sekitar 10 menitan. Kata-kata terakhir papi di telepon adalah "nanti aja kita ngobrol lagi hari Minggu nanti"...hari Minggu kami memang berencana mengadakan syukuran ulang tahun ke-1 tahun anak kedua kami, Lila (lahir 13 Desember 2003), syukurannya sengaja kami mundurkan supaya papi bisa hadir.

Tapi itu ternyata menjadi percakapan saya yang terakhir dengan papi. Kurang lebih dua jam setelah itu, papi dipanggil menghadap Sang Khalik.

Innalillahi wa innaillaihi roji'un. Kepergian yang tenang di kamar yang hanya di temani isterinya tercinta, mami kami (adik saya sudah berlari keluar rumah meminta pertolongan tetangga)...tidak ada erangan kesakitan, hanya matanya yang menatap mami kami terus...lalu kemudian menutup seolah tidur (Ya Allah, semoga itu menjadi petunjuk akhir yang Khusnul Khotimah).

Kesedihan tak sempat melihat saat terakhir beliau, tak sempat membimbing beliau mengucapkan talqin, tak sempat mencium tangannya untuk meminta ampun...selalu kusesali.

Tapi itu mungkin jawaban dari doa-doanya yg sering beliau ucapkan dalam shalatnya yang kami tahu dari mami, "papi selalu berdoa semoga saat papi meninggal tidak merepotkan orang banyak, berlagsung cepat dan segera"...Allah telah menjawab doa papi.

Thursday, May 26, 2005

Bravo Liverpool !!!

Taksim Square has never seem anything like the scenes created by the Liverpool fans today and in amongst the hundreds of brilliant flags on display, we found this rather good one.

No small toffees for feast tonight
Kopites party with Turkish delight

Jose, Sir Alex... London press
All choking on sweet success

Money, not love, is your drive
But tell us... Can you count to five?
(www.liverpoolfc.tv)

Yes, that is the best banner in Istambul yesterday, during the Champion league final between AC Milan vs Liverpool FC.

Buat yang ga nyambung, saya jelasin dikit...Kopites itu dari kata the Kop, adalah sebutan untuk para fans Liverpool, sedangkan kata-kata terakhir, Can you count to five merujuk ke posisi terakhir Liverpool di liga Inggris musim ini.

Nah, selebihnya, artiin aja sendiri apa maksudnya!

Anyway...Amazing, astounding, awe-inspiring, breathtaking, extraordinary, hair-raising, heart-stirring, magnificent, marvellous, miraculous, moving, overwhelming spectacular, spine-tingling, striking, stunning, stupefying, stupendous, wonderful.

Pick your own word to describe what 500 million people around the world have witnessed here in Istanbul tonight. What the hell - pick a few. No single word can describe the greatest comeback ever known in world football. (www.liverpoolfc.tv)

Buat saya, kalo' ada satu kata yg bisa merangkum semua vocabulary diatas, maka kata itu pantas untuk Liverpool. Bravo Liverpool !!.

Dari ketinggalan 0-3 dibabak pertama, menyamakan menjadi 3-3 di babak kedua hanya dalam waktu 6 menit (menit 54 Gerrard, 56 Smicer, 58 Alonso penalti), dan menang 3-2 dalam adu penalti, melawan kesebelasan sekelas AC Milan....apa ga Fantastis !!

No matter what happens to Jerzy Dudek, Steve Finnan, Sami Hyypia, Jamie Carragher, Djimi Traore, Luis Garcia, Steven Gerrard, Xabi Alonso, John Arne Riise, Harry Kewell, Milan Baros, Djibril Cisse, Dietmar Hamann and Vladimir Smicer later on in their careers, no one will ever be able to take away the fact that they were the men who won the European Cup for keeps here in Turkey. (www.liverpoolfc.tv)

Yes, the Trophy is now for Liverpool FC to keep..sebagai pemenang 5 kali, UEFA menghadiahan tropi tersebut menjadi milik Liverpool.

Liverpool FC - Kings of Europe. How good does that sound?

YOU'LL NEVER WALK ALONE !!.

Monday, May 23, 2005

Mangkuk Cantik, Madu & Sehelai Rambut

Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abubakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan 'Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a.

Di rumah Ali r.a. istrinya Sayidatina Fathimah r.ha. putri Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu.

Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).

Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut".

Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yangtak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Begitulah kalimat-kalimat indah yang diucapkan, sebagai pelajaran bagi umat.

Friday, May 13, 2005

Berhitung Nikmat-Nya

Butalah, tulilah, pandirlah kita jika terlintas pikiran seperti ini?. Pertanyaan yang pantas diajukan kepada diri kita, sebagai hamba, adalah "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?". (QS. Ar Rahmaan : 13)

Atau jika ingin berhitung,...berhitunglah tentang amal-amal kita, "Hasibu qabla an tuhasabu", kata 'Umar Ibn al-Khath-thab, "Hitung-hitunglah sendiri sebelum kamu dihitung-hitung". Lebih beratkah timbangan amal kebaikan kita dibanding dengan dosa maksiat?, atau malah sebaliknya?...Naudzubillahimindzalik!.

Jika tidak bisa kita menghitung dan mengira-ngira timbangan amal dan dosa kita, apalah lagi menghitung nikmat-Nya?.

"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya". ( QS. Ibrahim : 34 )

Siapakah yang memerintah jantungmu
hingga berdenyut,
atau tiba-tiba membeku
di suatu sore yang kelabu?

Siapakah yang sampai hari ini
tak membiarkan darahmu berhenti
atau mripatmu kelam dan telingamu tuli?

Siapakah yang menghembuskan nafasmu
memberi gerak bagi persendianmu
untuk memungkinkanmu menapaki waktu?

Siapakah yang menidurkanmu di malam sunyi
sementara tak meneruskannya ke kekekalan abadi
melainkan dibangunkannya engkau di fajar hari
dan menyodorkan di hadapanmu
rejeki yang tiada kunjung selesai?

- emha ainun nadjib

“Tidak seorang pun dapat menghitung nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya sehingga jika air laut dijadikan tinta untuk menulis dan menghitungnya maka tidak akan pernah sanggup menghitung nikmat-Nya yang Maha Besar”.

Wednesday, May 11, 2005

Oase bernama Syukur

Hari ini saya baru masuk kerja lagi setelah dua hari mangkir, tidak ada yg istimewa yang terjadi di kantor selama dua hari kemarin...untunglah!. Hari ini bahkan tidak ada kesibukan berarti, pikiran jadi terbayang dua orang anak-anak terkasih dirumah yang sedang sakit.

Sejak hari Kamis, 5 Mei kemarin, Naya, si sulung kami yg berusia 2 tahun 9 bulan, sakit. Batuk, pilek dan suhu badannya naik sampai 38,7 derajat celcius. Dari dokter, dia diberi antibiotik, obat untuk batuk dan panas...hanya saja panasnya tetap berkisar 37 s/d 39...duh nak, hati ini selalu mengharap sakitnya kalian, anak-anakku di berikan saja untukku.

Minggu malam Senin, saya berjaga semalaman, sejak pukul 11.30 malam sampai terdengar adzan Subuh, Naya di kompres...kepala, punggung, dada, perut sampai ketiaknya, sesuai saran dokter jika panasnya tinggi. Besok, kami, Ayah Bundanya, sudah berniat akan membawanya ke RS Hermina, dia biasanya cocok dengan dokter dan obat disitu.

Senin pagi, si bungsu, Lila (1 tahun 5 bulan), juga panas plus pilek..ya Rabb, mengapa harus mereka, bidadari kami...saya mengeluh.

Jadilah hari senin itu kami membawa kedua buah hati kami ke dokter. Keduanya diberi obat yg sama, hanya saja si Sulung ditambah dengan Fisiotherapy.

Senin malam selasa, sepulang dari RS, Lila panasnya turun setelah minum obat, sedangkan Naya, karena habis fisiotherapy dan saran dokter, tidak diberi obat dulu, hanya diberi Sanmol setiap 4 jam untuk penurun panas. Sekali lagi saya berjaga hingga subuh untuk ngompres.

Lelah, capek dan sedih melihat kedua bocah itu kehilangan kelincahan dan cerewetnya (yang biasanya bikin sedikit kesal juga).

Selasa pagi, ada berita di koran-koran dan di beberapa stasiun TV...virus Polio menyerang, banyak sudah anak-anak, yang rata-rata seumuran dengan Naya dan Lila, menjadi korban karena ketidaktahuan orang tua mereka tentang pentingnya imunisasi, walaupun di posyandu imunisasi ini gratis.

Saya terpaku didepan TV melihat anak-anak itu tidak berdaya, tidak bisa bermain dengan sebayanya seperti biasa, berlari, berkejaran, naik sepeda...

Ya Allah, sekali lagi Engkau menegurku, langsung dengan contoh yang nyata...dalam keadaan seperti apapun, harusnya saya selalu bersyukur, bukannya mengeluh...seperti saat ini.

Bersyukur bahwa kami, Ayah Bunda Naya dan Lila, punya pengetahuan mengenai pentingnya imunisasi sehingga mereka, Alhamdulillah, terlindungi dari virus polio tersebut.

Bersyukur bahwa kami masih punya rezeki untuk membawa mereka ke RS Hermina (yang cukup mahal untuk ukuran kami), hingga sakit mereka tidak berkepanjangan, insya Allah.

Bersyukur bahwa mereka "hanya" sakit batuk, pilek dan panas, bukan penyakit yang lebih berat.

Bersyukur bahwa pada saat saya tidak masuk kerja, tidak ada pekerjaan mendesak yang perlu saya selesaikan.

Bersyukur bahwa kami, Ayah Bunda mereka, tidak dalam keadaan sakit, sehingga kami dapat merawat keduanya dengan, insya Allah, sebaik kami mampu, besyukur bahwa...ahh, banyak...banyak sekali yang patut disyukuri.

Sekarang, sejuk rasanya dada ini...nyaman, ringan dan lapang terasa, seperti bertemunya kafilah yang telah berjalan jauh di padang pasir gersang, dengan Oase yang bersih bening.

Allah berfirman dalam Hadits Qudsi*:

Apabila telah Kubebankan kemalangan (bencana) kepada salah seorang hamba-Ku pada badannya, hartanya atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan Sabar yang sempurna, Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari qiamat atau membukakan buku catatan amalannya baginya.
(HQR. al-Qudha'i, ad-Dailami dan al-Hakimut-Turmudzi dari Anas r.a.)

Ya Rabb,
teguhkan niat kami pada jalan-MU
ikatkan hati-hati kami pada tali dien-MU,
agar tak lalai kami bersyukur atas karunia-MU dalam hidup kami
amin.



Note*

Hadits Qudsi adalah setiap ucapan yang disandarkan kepada Allah swt. oleh Rasulullah saw.
Karena itu, hadits qudsi sering diawali dengan kalimat “… dari Rasulullah saw. dari hadits yang beliau riwayatkan dari Tuhannya,…” atau “Rasulullah saw. bersabda, Allah swt berfirman,…”

Terdapat perbedaan mendasar antara Al Qur’an dan Hadits Qudsi, yaitu:

(1) Kandungan isi [content] dan redaksional Al Qur’an merupakan firman Allah swt, (satu huruf pun tidak diubah oleh Rasulullah saw. saat menyampaikannya kepada ummat), sedangkan hadits qudsi kandungan isi [content] dari Allah sementara redaksionalnya dari Nabi saw.

(2) Dalam Al Qur’an dikenal istilah surat dan ayat, sementara dalam hadits qudsi tidak dikenal istilah tersebut.

(3) Ayat Al Qur’an bisa digunakan sebagai bacaan surat dalam shalat, sedangkan hadits qudsi tidak boleh dijadikan bacaan surat dalam shalat.

(4) Al Qur’an itu pasti shahih karena diriwayatkan secara mutawatir, sementara hadits qudsi ada yang shahih dan ada pula yang dhaif tergantung bagaimana kualitas para perawinya.

(This Note copied from www.percikan-iman.com)

Friday, May 6, 2005

Pygmalion

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.

Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik. Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini". Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu". Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya." Itulah pola pandang Pygmalion.

Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain, sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah..sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu." Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia sungguhan. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia seutuhnya.

Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya:

* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.

* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.

* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut Dampak Pygmalion. Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.

* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betu menjadi judes.

* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.

* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang.

Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk, kita akan menjadi curiga, "Barangkaliia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah."

Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai. Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah.

Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai. Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik.

Berpikirlah baik tentang diri sendiri. Berpikirlah baik tentang orang lain. Berpikirlah baik tentang keadaan. Berpikirlah baik tentang Tuhan.

Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Like Pygmalion, sort of!.

Make Sure You Are a Pygmalion and the world will be filled with positive people only...how nice!!!!.

Wednesday, May 4, 2005

Orang yang Dilindungi Allah

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ (ص) قَالَ : سَبْعَةٌ يُضِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ؛ إِمَامٌ عَادِلٌ وَشَابٌ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَا فِى اللهِ إِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ إِمْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصَبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّى أَخَافُ اللهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَتَعْلَمَ شِمَالُهُ مَايُنْفِقُ يَمِيْنُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ
(خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ (متفق عليه

Berkata Abu Hurairah r.a : bahwa Nabi saw telah bersabda:
“Ada tujuh kelompok yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. Mereka adalah pemimpin yang adil, anak muda yang senantiasa beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan mesjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: “Sungguh aku takut kepada Allah”, seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya, dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian ia mencucurkan air mata”. (H.R.Bukhary - Muslim)

Hadits ini menjelaskan bahwa pada hari kiamat ada tujuh tipe atau golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan Allah swt, yaitu :

1. Pemimpin yang adil
Menjadi pemimpin yang adil itu tidaklah mudah, butuh pengorbanan pikiran, perasaan, harta, bahkan jiwa. Dalam ajaran Islam, kepemimpinan bukanlah fasilitas namun amanah.

Kalau kita menganggap kepemimpinan atau jabatan itu sebagai fasilitas, kemungkinan besar kita akan memanfaatkan kepemimpinan itu sebagai sarana memperkaya diri tanpa menghiraukan aspek halal atau aharam.

Sebaliknya, kalau kita menganggap kepemimpinan atau jabatan itu sebagai amanah, kita akan melaksanakan kepemimpinan itu dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab. Nah, untuk melaksanakan kepemimpinan dengan cara yang amanah itu tidaklah mudah.

Karena itu logis kalau kita menjadi pemimpin yang adil, Allah akan memberi perlindungan di akhirat kelak.

2.Anak muda yang saleh
Masa muda adalah masa keemasan karena kondisi fisik masih prima. Namun diakui bahwa ujian pada masa muda itu sangat beragam dan dahsyat.

Oleh sebab itu, apabila ada anak muda yang mampu melewati masa keemasannya dengan taqarrub (mendekatkan) diri kepada-Nya, menjauhkan diri dari berbagai kemaksiatan, serta mampu mengendalikan nafsu syahwatnya, Allah akan memberikan perlindungan-Nya pada hari kiamat.

Ini merupakan imbalan dan penghargaan yang Allah berikan kepada anak-anak muda yang saleh.

3.Orang yang hatinya terikat pada mesjid
Kalimat “seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan mesjid” seperti yang disebutkan hadits di atas, paling tidak menunjukkan dua pengertian.

Pengertian pertama, orang-orang yang kapan dan di manapun berada selalu ingin memakmurkan tempat ibadah.

Pengertian kedua, orang-orang yang tidak pernah melalaikan ibadah di tengah kesibukan apapun yang dijalaninya.

4.Bersahabat karena Allah
Poin ini terambil dari kalimat “dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah”.

Bersahabat karena Allah swt. maksudnya kita mencintai seseorang atau membencinya bukan karena faktor harta, kedudukan, atau hal-hal lain yang bersifat material, namun murni semata-mata karena Allah swt.

Kalau sahabat kita berbuat baik, kita mendukungnya, dan kalau berbuat salah kita mengingatkannya, bahkan kita berani meninggalkannya kalau sekiranya sahabat tersebut akan menjerumuskan kita pada gelimang dosa dan maksiat.

Inilah yang dimaksud dengan persahabatan karena Allah.

5.Mampu menghadapi godaan lawan jenis
“Seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: “Sungguh aku takut kepada Allah.”

Kalimat ini menggambarkan bahwa kalau kita mampu menghadapi godaan syahwat dari lawan jenis, maka kita akan mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat. Di sini digambarkan seorang laki-laki yang digoda wanita bangsawan nan rupawan tapi dia menolak ajakannya bukan karena tidak selera kepada wanita itu, namun karena takut kepada Allah.

Jadi, rasa takut kepada Allahlah yang menjadi benteng laki-laki tersebut, sehingga tidak terjerembab pada perbuatan maksiat. Karena itu Allah memberikan penghargaan pada hari kiamat dengan memberikan pertolongan-Nya.

Di sini diumpamakan laki-laki yang digoda wanita, namun sangat mungkin wanita pun digoda laki-laki.

6.Ihklas dalam beramal
“Seseorang yang mengeluarkan sedekah lantas disembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.”

Ini gambaran keihlasan dalam beramal. Saking ihklasnya dalam beramal sampai-sampai tangan kiri pun tidak tahu apa yang diinfakkan atau disumbangkan oleh tangan kanannya.

Pertanyaannya, bolehkah kita bersedekah sambil diketahui orang lain, bahkan nama kita dipampang di koran? Boleh saja, asalkan benar-benar kita niatkan karena Allah swt, bukan karena cari popularitas.

Perhatikan ayat berikut, “ Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikannya itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Baqarah 2: 271)

7.Zikir kepada Allah dengan khusyu
“Seseorang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi, kemudian ia mencucurkan air mata.” Zikir artinya mengingat Allah. Kalau seseorang berdo’a dengan khusyu hingga tak terasa air mata menetes karena sangat nikmat berzikir dan munajat kepada-Nya, maka Allah akan memberikan pertolongan kepadanya pada hari kiamat kelak.

Mudah-mudahan Allah memberi kekuatan agar kita bisa menjadi orang-orang yang mendapat pertolongan dan perlindungan-Nya. Caranya? Kerjakanlah tujuh poin di atas! Wallahu A’lam.

Penulis : Ustadz Aam Amiruddin