Wednesday, May 4, 2005

Surat dari seorang Ayah

Untuk Anak-anaku, Khanaya, Khalila, Khairan dan Khalid.

Anak-anaku, ayah tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu.

Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiran kalian dan perjuangan bunda kalian dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.

Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.

Meskipun demikian, ketahuilah anak-anakku, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiran kalian dan bunda di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaan kalian, dan makna tugas kebapakanku terhadap keluarga.

Sepanjang masa keberadaan kalian adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja nanti, insya Allah.

Anak-anakku, saat pertama kalian hadir, kucium dan kupeluk sebagai buah cintaku dan bunda. Sebagai bukti, bahwa aku dan bunda kalian tak lagi terpisahkan oleh apapun jua.

Tapi seiring waktu, ketika kalian suatu kali telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa kalian sesungguhnya. Kalian, anak-anakku dan bunda, bukan milikku, atau milik bundamu. Kalian lahir bukan karena cintaku dan cinta bunda. Kalian adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian dari kalian semua. Karena pengabdian kalian semata-mata seharusnya hanya untuk Allah.

Anak-anakku, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa kalian. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata dihadapan Allah....Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.

Sejak saat itu, anak-anakku, satu-satunya usahaku adalah mendekatkan kalian kepada pemilik yang sebenarnya. Membuat kalian senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilik yang haq. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena aku dan bunda. Tugasku, dan juga menjadi tugas bunda kalian, bukan membuat kalian dikagumi orang lain, tapi agar kalian dikagumi dan dicintai Allah.

Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku dan bunda harus lebih dulu memberi contoh kepada kalian, dekat dengan Allah. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Allah. Agar perjalanan kalian mendekati Nya tak lagi terlalu sulit.

Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu bersama, ayah, bunda dan kalian anak-anak kami, tak pernah kalian kami hindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Kami cuma menggenggam jemari kalian dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kalian rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya.

Saat kalian mengeluh letih berjalan, ayah bunda kuatkan kalian...karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Allah tak kenal letih dan berhenti, anak-anakku. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air mata kalian dan bunda, ketika hampir putus asa.

Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Allah, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihat kalian semua dekat dengan-Nya. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya.

Dari ayah yang senantiasa merindukan dan menyayangi kalian.

(Edited from Lembaran da'wah "MISYKAT" No.8)

No comments :